🍂| two wife :: XXV
"Ya, menurutmu, apa mungkin perkataan wanita tua itu memang sudah direncanakan dari awal? Maksudku ... bisa jadi itu bukan ramalan, tapi memang sebuah rencana yang sudah disusun sedemikian rupa oleh orang yang membencimu." Perkataan Dahyun membuat pergerakan Jungkook terhenti. Lelaki itu menoleh padanya, memandangnya bingung sementara Dahyun melanjutkan.
"Ini hanya asumsiku saja sih, soalnya seseorang bisa melakukan apa saja untuk membalaskan dendam."
Mendengar itu, Jungkook malah tertawa kecil sekaligus menarik tubuh Dahyun supaya bersandar di dadanya, memeluk perutnya yang semakin besar itu dengan hangat seraya mengusap-usapnya perlahan. "Kau terlalu berlebihan. Aku bahkan sudah tidak mempercayai wanita tua itu karena buktinya kita baik-baik saja, kan? Perceraianku dan pernikahan Tzuyu dengan Taehyung juga berjalan lancar. Kalau memang benar, kita bertiga berada digaris takdir yang sama dan ditakdirkan bersatu, dua hal itu pasti tidak akan berjalan semudah ini. Ya ... Walaupun prosesnya memakan waktu tapi tetap saja kan? Pada akhirnya ikatanku dan Tzuyu terlepas namun sampai sekarang kami baik-baik saja."
Dahyun terdiam, memikirkan perkataan Jungkook barusan. Ada benarnya juga tapi ... Itu hanya berjalan lancar untuk Tzuyu dan Jungkook, bukan untuk dirinya, jika dibandingkan dengan seberapa sulitnya dia dulu sebelum kembali masuk kedalam kehidupan Jungkook. Penuh cobaan hingga nyaris melakukan percobaan bunuh diri kalau saja tidak ditahan oleh Jimin.
Semangka yang ditunggu Jungkook akhirnya datang. Lelaki itu dengan semangat membelah semangka itu menjadi dua, lalu mencampurnya dengan es dan susu.
"Kau seperti anak kecil," celetuk Dahyun seraya mengusap sisa air semangka dan susu yang agak belepotan di sudut bibir Jungkook hingga lehernya.
Bukannya tersinggung, Jungkook malah tersenyum. Senang diperhatikan. "Kau tidak mau coba?" tawarnya.
Dahyun menggeleng, "Belum ingin."
"Maksudku bukan semangka, tapi ini." Jungkook menarik tengkuk Dahyun, membawanya ke dalam sebuah ciuman dengan mulutnya yang masih penuh semangka dan susu yang manis.
Dahyun berontak, ia memukul dada Jungkook keras, lantas mendorongnya hingga ciuman itu terlepas. Menatap lelaki itu nyalang dengan area bibir yang memerah. "Apa-apaan sih! Aku bilang tidak mau!" Wanita itu sampai berteriak membuat Jungkook yang awalnya hanya menganggap candaan jadi agak tersinggung juga.
"Kenapa marah? Kau tidak suka aku cium?"
"Eoh, tidak dengan semangka yang berair itu, rasanya aku ingin muntah."
"Ck, kau ini tidak romantis sekali, padahal Tzuyu—"
"Dan aku tidak mau mendengar nama wanita lain." Dahyun mendelik sinis sembari melempar tisu bekas mengelap area bibirnya itu dengan kesal. "Sudah kubilang, aku berbeda dengannya. Kalau kau masih mau membicarakannya, keluar saja sana, aku tak peduli kalau kau mau menemuinya juga silahkan."
Dahyun bangkit berdiri, hendak angkat kaki dari ruang tengah namun Jungkook segera menahan tangannya.
"Kau marah sungguhan? Mian, aku tidak bermaksud—"
"Aku lelah, bisa biarkan aku pergi sendiri?"
"Dahyun-ah ..."
"Hanya sebentar, jangan mengikutiku."
"Tapi."
"Please, let me alone."
"I can't!" Jungkook bangkit berdiri, mengubah cekalannya menjadi genggaman. "Katakan, kau mau kemana? Biar aku antar. Aku tak bisa membiarkanmu pergi sendiri dengan keadaan seperti ini."
"Ck, memangnya aku kenapa? Aku masih bisa menyetir sendiri kok!"
"Lihat, kerutan di keningmu itu, kau masih emosional."
Dahyun menghela napas panjang. "Kau tahu, aku paling tidak suka dibantah."
"Dan aku juga paling tidak bisa membiarkan orang yang kucintai pergi dengan keadaan seperti ini." Jungkook mengelus rambut Dahyun lembut, menyelipkannya ke belakang telinga. "Biar kuantar ya, hm?"
"Baiklah, tapi jangan ajak aku bicara selagi diperjalanan."
"Iya."
"Kau juga jangan banyak bicara, aku ingin pergi dengan tenang."
"Tentu, Sayang. Tapi biarkan aku memegang tanganmu seperti ini ya." Dahyun langsung mendelik sinis membuat Jungkook segera merangkulnya hangat sembari berjalan menuju mobil. "Bercanda, Sayang. Duh, mommy Jeon benar-benar menakutkan."
"Semangkanya bagaimana?"
"Itu biar si bibi yang bereskan nanti. Sekarang keinginanmu lebih penting."
Setelah berkendara sekita satu jam setengah. Mereka tiba disebuah bukit yang menghadap langsung ke pantai. Suara deburan ombak yang menabrak karang, terdengar cukup jelas di sini. Pun langit yang berwarna kuning keemasan dengan beberapa burung yang berterbangan semakin menambah suasana yang hangat disini.
Jungkook sedang pergi ke minimarket untuk membeli beberapa makanan dan minuman untuk mengganjal lapar karena mereka belum sempat makan dari siang.
Sejak tadi Dahyun hanya termenung. Pikirannya penuh sekali, seolah tidak membiarkannya untuk menikmati hari indah yang sebentar lagi akan usai ini.
Seorang wanita yang terlihat sebaya dengannya tiba-tiba saja duduk di bangku yang sama dengannya. Hanya menyisakan sedikit jarak karena mereka duduk ditiap ujung bangku. Dahyun sebelah kanan, wanita itu sebelah kiri.
Dahyun tidak begitu memperdulikannya, biar saja, toh ini memang fasilitas umum, namun perkataan wanita itu membuatnya seketika mengernyit.
"Kau pikir setelah mendapatkan lelaki itu, kau akan selamat?"
Dahyun menoleh, apa maksudnya, apa wanita itu sedang bicara padanya?
Wanita bergaun merah itu tersenyum tipis, "Tentu saja, aku bicara padamu, Dahyun-ssi."
Manik Dahyun melebar, "Darimana kau tahu namaku?"
"Darimana aku tahu namamu, itu tidak penting. Tapi ... Biarkan aku bertanya satu hal, kau ... mencintai lelaki itu, kan?"
"Mwo? Apa maksud—"
"Sangat mencintainya ya, rupanya. Kalau begitu, pilihannya saat ini hanya dua." Wanita itu mengubah posisi duduknya jadi menghadap ke arah Dahyun, bibir berwarna merah merekahnya itu terlihat membentuk senyum tipis saat mengatakan,
"Gugurkan kandunganmu, dan selamat atau selamatkan kandunganmu, tapi kau mati."
Masih nungguin, kan?
Cukup vote aja, sampe 50, langsung aku up lanjutannya
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro