Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

🍂| two wife :: XXIII

Halo kangen gk sama cerita ini?👀

Warning: 18+ 💃| full dahkook

Happy reading 💜

Jungkook menginap di rumahnya lagi.

Sidang perceraian antara Tzuyu dan Jungkook sudah dilaksanakan beberapa hari yang lalu. Mereka telah resmi bercerai. Semuanya berjalan lancar sekali, mungkin karena mereka berdua memang benar-benar sudah tidak memiliki harapan untuk bersama lagi, jadi sidangnya pun tidak dipersulit.

Pun Dahyun juga sudah melarang Jungkook untuk tidak menginap di sini, tapi lelaki itu keras kepala, butuh dipantau juga karena saat Jungkook kacau, ia tidak segan menyakiti dirinya sendiri. Dahyun merasa tengah melihat dirinya yang dulu ada pada Jungkook sekarang.

"Ya, walaupun kau sudah bercerai dengan Tzuyu, aku tidak mau menikah denganmu," ujarnya sembari berlalu menuju dapur. Dahyun hanya mengenakan bathrobe dengan handuk yang menutupi kepalanya, baru selesai mandi, wanginya menguar dengan lembut—sexy tapi segar—Jungkook menyukainya.

"Wae? Bukannya waktu itu, kau sampai mau menjadi istri kedua ku? Kenapa disaat aku sudah bercerai, kau malah tidak mau menikah denganku?" tanya Jungkook seraya berdiri, berjalan menuju ke arahnya.

"Ya mungkin ... saat itu aku terlalu bodoh. Ingin membuktikan apa yang dikatakan si nenek itu benar atau tidak. Tapi rupanya, proses perceraian kalian pun berjalan lancar sekali. Aku juga merasa aman, tidak ada yang menguntitku lagi. Satu-satunya yang aku pikirkan sekarang justru ... keselamatanmu. Memangnya, kau akan baik-baik saja setelah melepaskan semua itu?"

"Maksudmu?"

Dahyun meletakan gelasnya yang telah kosong, lantas menatap Jungkook dengan tenang sembari melipat kedua lengannya di dada. "Dia bilang, kalau kita bertiga itu terikat. Alih-alih mewujudkannya—dengan memiliki kami berdua—kau malah melepaskan Tzuyu dan kau tahu sendiri, sejak awal aku hanya mengandung anakmu, belum benar-benar menjadi milikmu. Kau pikir ... Kau akan baik-baik saja setelah menentang semua itu?"

Jungkook berdecih sinis, "Tunggu, memangnya dia siapa sih? Tuhan? Kenapa aku harus hidup sesuai skenario darinya?!" Lelaki itu frustasi. Jelas, ia merasa jadi boneka yang dikendalikan oleh seseorang. Selama ini ia terbutakan saja hingga baru menyadarinya sekarang.

Dahyun mengendikkan bahunya tak acuh. "Aku tidak tahu. Itu sebabnya ini jadi lebih menantang karena baik kau maupun aku sama sekali belum paham dengan maksudnya. Dan siapa dalang dibalik semua ini pun masih belum jelas karena aku merasa ... 'Dia' pun dikendalikan oleh seseorang."

Jungkook menghela napas. Rupanya, perceraiannya itu bukan akhir dari segalanya. Ia seperti baru melepaskan kerikil berlian ke tempat yang lebih aman sementara badai sesungguhnya baru akan menyerangnya.

Dahyun mengambil sebotol wine yang sudah ia simpan sejak lama lantas menyadarkan Jungkook dari lamunannya dengan mengecup pipinya sekilas.

"Mau minum?" tawarnya santai.

"Sedang menggodaku, huh? Katanya tidak ingin menikah denganku?"

"Mwo? Memangnya kau tergoda?" Dahyun berjalan lebih dulu. Meletakan botol wine itu di meja dekat balkon sementara Jungkook mengikutinya dari belakang. "Itu hanya kecupan, kita bahkan sudah melakukan yang lebih dari itu jadi jangan berlebihan," lanjutnya.

"Tetap saja, seharusnya kau tidak menyentuhku seenaknya." Mengambil pengering, Jungkook membuka handuk yang membalut rambut Dahyun. Membuat helai demi helai rambut basah itu terpampang jelas. "Lihatlah, kau bahkan tidak bisa mengurus dirimu sendiri. Kau bisa masuk angin jika kau terus membiarkan rambutmu seperti ini, bahkan kau juga belum pakai baju tapi malah mengajakku minum? Ck, aku benar-benar tidak mengerti."

"Siapa bilang aku tidak pakai baju? Aku pakai kok!"

"Sungguh? Terus kenapa masih mengenakan bathrobe?" Jungkook mulai mengeringkan rambut Dahyun seraya menyisirnya perlahan. Dulu, ia selalu melakukan ini pada Tzuyu. Memanjakannya sudah menjadi kebiasaannya sebelum semua itu berubah.

"Iya, aku pakai lingerie. Mau lihat?"

Kaget. Jungkook langsung mematikan pengeringnya. "Ya, kenapa kau pakai itu? Kau mau memancingku?!"

"Siapa yang memancing! Aku hanya ingin pakai saja sebelum perutku semakin membesar. Aku memakainya untuk diriku sendiri, bukan untukmu!" pekik Dahyun sebal. Ia paling tidak suka diatur. Wanita itu mencoba menyingkirkan tangan Jungkook di rambutnya tapi Jungkook mengelak.

"Diamlah, sebentar lagi selesai."

Dengan wajah ditekuk, Dahyun hanya terdiam selagi Jungkook mengeringkan rambutnya. Menatap Jungkook yang terlihat serius menyisir rambutnya. Posisi Jungkook berada tepat dihadapannya, terlalu dekat sampai pipi mereka bersinggungan saat Jungkook mencondongkan tubuhnya.

"Ya, bisakah kau menyingkir? Aku bisa menyisirnya sendiri." Jujur, Dahyun risih. Posisi ini membuatnya tidak nyaman tapi Jungkook tak peduli. Lelaki itu menyibak semua helai rambut Dahyun ke belakang hingga leher putihnya terekspos.

"Ya, jangan berani macam-macam. Aku akan menendangmu keluar kalau kau berani menyentuh tubuhku tanpa seizinku." Iya, semenjak hamil, Dahyun jadi lebih sensitif soal sentuhan. Apalagi jika Jungkook yang melakukannya. Terkadang, hanya dengan melihat wajahnya saja, ia sudah kesal. Mungkin ini bawaan janin dalam kandungannya.

"Berarti kalau kau mengizinkan, aku boleh menyentuhmu?" Jungkook balik menantang. Kalau mau, ia bisa saja menarik tali bathrobe ini supaya terlepas, tapi ia mencoba menahan diri untuk tidak melakukannya.

"Tentu. Menyingkirlah, aku ingin ke toilet dulu. Siapkan wine nya ya, tapi jangan dulu di minum sebelum aku datang."

Jungkook menatap kepergian Dahyun sembari menghela napas. Pun ia segera membuka botol wine itu lalu menuangkannya pada gelas. Jujur, tinggal bersama Dahyun di sini kadang membuatnya "tersiksa". Salah satunya tadi, wanita itu terang-terangan menggodanya, tapi disisi lain, ia juga tidak mau disentuh. Memang, hanya Dahyun yang bisa membuatnya segila ini.

Baru saja dibicarakan, wanita itu sudah muncul saja. Datang dengan santainya sementara Jungkook nyaris mengumpat saat melihatnya.

"Ya! Kau sungguh ingin menyiksaku, ya?"

"Menyiksa apa si? Aku tidak melakukan apapun." Dahyun duduk dihadapannya, mengangkat sebelah kaki mulusnya sebelum meraih salah satu gelas wine di atas meja yang memisahkan mereka.

"Maksudmu apa memakai gaun tidur seperti itu di depanku? Kau pikir aku tidak akan terangsang?" Jungkook sampai bingung harus bereaksi seperti apa. Munafik jika ia tidak menyukainya tapi disisi lain, ia juga tersiksa karena hanya bisa melihatnya saja

Bagaimana tidak tergoda? Dahyun memakai gaun tidur seperti ini.

"Jangan berlebihan. Masih baik aku tidak memakai lingerie tadi. Lagipula kau juga sudah melihat tubuhku. Seharusnya sudah tidak kaget lagi." Dahyun meminum wine-nya dengan santai.

Jungkook menggeram sembari memejamkan matanya. Astaga tenang Jeon, jangan bangun dulu.

Lelaki itu memilih mengalihkan pandangannya dan mulai menyesap wine berwarna merah pekat itu.

"Ah ya, tolong bilang ke ibumu juga kalau aku mungkin tidak bisa menikah denganmu," ujar Dahyun tiba-tiba membuat Jungkook menatapnya kesal.

"Mwo? Ya, sebenarnya kau kenapa? Kau sungguh tidak mau menikah denganku? Kau mau anak itu lahir tanpa ayah?

"Kan kau ayahnya. Aku hanya tidak mau menikah saja." Dahyun kembali mengisi gelasnya. "Setidaknya tidak dengan cara seperti ini." Menyesap wine nya perlahan lalu kembali menatap Jungkook tenang. "Aku berbeda denganmu. Aku sama sekali belum pernah menikah dan ya ... Aku juga tidak mau jika alasanmu menikahiku hanya untuk mendapatkan anak dalam kandunganku."

Jungkook terdiam. Perkataan Dahyun barusan menamparnya sekali. Memang, itu adalah salah satu alasannya. Karena dengan anak itu, ia bisa mendapatkan warisan ayahnya. "Jadi, apa yang kau inginkan?"

"Kau bodoh atau bagaimana?" Dahyun mendelik sinis. "Pikirkan saja sendiri! Aku malas memberitahumu."

Jungkook malah tersenyum. "Sepertinya aku tahu jawabannya." Lelaki itu bangkit berdiri, lantas berjalan mendekat ke arah Dahyun lalu mendudukkan dirinya di samping wanita itu. Mengundang tatapan sinis darinya. "Mwo? Kenapa menatapku seperti itu?"

Senyum Jungkook semakin melebar. Maniknya dengan kurang ajar melihat sekujur tubuh Dahyun dengan lamat. "Ya, aku jadi ingat. Dulu, wanita tua itu pernah mengatakan kalau aku lebih baik memilihmu daripada Tzuyu. Tapi aku tetap keras kepala dan tidak mendengarkannya. Dan sekarang aku paham, kenapa wanita tua itu menyarankan untuk memilihmu."

"Mworae ... kau sedang mencoba menggodaku supaya aku luluh?"

"Ani, aku hanya sedang bertanya-tanya, apa aku bisa melakukannya? Lagipula, kau juga sudah tidak percaya dengan cinta kan."

"Eoh, cinta hanya membuatku lemah dan bodoh. Hanya orang konyol yang mengorbankan kehidupan mereka hanya untuk cinta."

"Tapi apa kau tahu, cinta juga bisa membuat seseorang hidup," bantah Jungkook. Maniknya melirik ke arah perut Dahyun yang masih rata—usia kandungannya memang masih muda, jadi belum terlalu terlihat. "Menurutmu, apa seorang anak akan lahir tanpa cinta kedua orangtuanya?"

"Bisa. Buktinya banyak anak yang lahir dari orangtua yang tidak saling mencintai."

"Lalu bagaimana dengan ibunya? Seorang ibu sampai harus mempertaruhkan nyawanya hanya agar anaknya terlahir ke dunia. Apa itu mungkin dilakukan jika dia tidak mencintai anaknya? Tidak. Dia bisa saja menggugurkan kandungannya. Sama halnya denganmu."

Dahyun mendongak, balas menatap Jungkook yang menatapnya hangat.

"Kau tetap mempertahankannya walaupun kau tahu, sulit untuk merawatnya seorang diri. Bahkan setelah tahu, kalau aku menginginkan anak itu hanya untuk warisan, kau tetap mempertahankannya. Apa namanya itu kalau bukan cinta?"

Dahyun memalingkan wajahnya. Ia tidak suka pembicaraan ini. Ia tidak suka kalau Jungkook berlagak seolah tahu segalanya tentangnya. Ia tidak mau merasakan ini. Tidak mau merasa berdebar hanya karena perkataannya. "Berhenti membicarakan itu. Aku tidak mau membahasnya."

"Kenapa? Kau takut merasakan 'sakit' lagi?"

"Eoh. Aku tidak mau berharap lebih padamu. Aku takut, setelah anak ini lahir, kau malah pergi meninggalkanku." Dahyun menunduk. Sekuat apapun dia menahannya, pada akhirnya ia tetap mengatakannya juga.

"Jadi karena hal itu kau tidak mau menikah denganku?" Dahyun tidak menjawab. Ia mengulum bibirnya kuat sementara Jungkook mensejajarkan wajahnya. "Hey, kemana Kim Dahyun yang penuh percaya diri itu?"

"Shikeuro!* Aku membencimu."

*Berisik!

"Ya, aku tidak akan meninggalkanmu. Sekarang aku bisa menjadi milikmu seutuhnya, kenapa kau masih khawatir?"

Dahyun menatap Jungkook sebal, bibirnya mengerucut. "Benar ya? Aku akan membunuhmu kalau kau selingkuh!"

Jungkook malah tertawa membuat Dahyun memekik kesal, "aku serius!"

"Iya iya tidak akan! Lucu sekali sih. Kau tahu, ekspresimu barusan bertolak belakang sekali dengan penampilanmu yang seksi ini. Darimana kau mendapat baju ini, hm?" tanya Jungkook sembari tersenyum nakal.

"Dari Jimin, dia yang membelikannya untukku."

Mendengar nama Jimin, raut wajah Jungkook yang semula tersenyum langsung berubah marah. "Mwo? Dari Jimin?" Dahyun mengangguk sembari tersenyum tipis memandangi gaun tidurnya yang cantik.

"Lepas! Lepaskan bajunya!" Jungkook langsung melepas paksa luaran gaun tidur Dahyun membuat wanita itu memekik panik.

"Ya! Apa-apaan kau ini?!"

"Aku tidak suka kau memakai barang dari lelaki lain."

"Ya! Kau mau menelanjangiku?! Ya geumanhe!"

Luaran gaun tidur itu sudah terlempar entah kemana. Menyisakan gaun tidur super pendek yang masih melekat di tubuh Dahyun. Napas Jungkook memburu, tanpa sadar ia sudah mengungkung tubuh Dahyun yang kini berbaring di sofa. Dadanya naik turun, saling berebut oksigen.

"Ya, aku tidak suka kalau kau masih menyimpan pemberian dari lelaki lain. Kau harus segera membuang gaun ini, aku akan membelikannya yang baru."

"Siapa kau mengaturku? Suka-suka akulah ingin memakai apa."

"Aku calon suamimu, Kim Dahyun," ujar Jungkook penuh penekanan.

"Mwoya ... Kapan kau melamarku? Belum, kan? Jadi tak usah mengaturku. Bahkan kalau kita sudah menikah pun, kau tidak bisa mengaturku semaumu. Aku tidak sebaik dan sepenurut Tzuyu."

"Aku tak masalah soal itu. Aku hanya ingin kau menyingkirkan semua barang pemberian lelaki lain. Ini semua ..." Jungkook mengarahkan tangannya ke seluruh tubuh Dahyun dari mulai kepala hingga ujung kaki. "Milikku."

Dahyun membeku. Tubuhnya meremang. Sialan sekali, Jungkook sudah mengklaimnya saja.

"Minggirlah. Posisi ini membuatku tidak nyaman," ujar Dahyun tanpa menatap Jungkook yang berada di atasnya.

"Wae? Kau tersiksa?" Alih-alih menjauh, Jungkook malah mendekatkan wajahnya. Menghirup wangi tubuh Dahyun diceruk lehernya seraya berbisik. "Aku ingin mengunjungi calon anak kita. Boleh, kan?"

Dahyun menggigit bibirnya. Agak menggelinjang saat Jungkook menyesap lehernya kuat, memberi tanda kemerahan di sana. "Emmhh ... Lakukanlah tapi jangan di sini." Dahyun lantas mengalungkan tangannya dileher Jungkook saat lelaki itu menjauhkan wajahnya dari lehernya. "Kita lakukan di kamar," lanjutnya.

Jungkook tersenyum. Mencium bibir Dahyun dalam sebelum akhirnya memangku tubuh Dahyun ala bridal menuju kamar. Membuka dan menutup pintu menggunakan kakinya dengan mudah. Pun akhirnya lampu kamar itu dimatikan, menyisakan lampu tidur di atas nakas.

Malam itu, mereka kembali melakukannya setelah sekian lama Jungkook menahan hasratnya. Berbeda dengan yang dilakukan saat di club maupun di ruangan pribadi Jungkook, kali ini mereka benar-benar melakukannya dengan cinta. Begitu hati-hati dan memabukan hingga sang purnama pun mengintip malu-malu.

Pada akhirnya, Dahyun kembali mendapatkan cinta pertamanya. Begitupun dengan Jungkook.

Merasa berdosa sekali aku edit manipnya ಥ‿ಥ kalo kalian merasa gak nyaman bilang aja ya. Nanti aku ganti pake yg gak ada mukanya 💜

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro