🍂| two wife :: XXII
Play multimedia
Happy reading 💜
Tzuyu baru tahu, kalau Dahyun sedang hamil sekarang.
Wanita itu baru kembali ke rumahnya untuk mengambil semua pakaiannya selagi Jungkook pergi ke kantor dan ia tidak sengaja melihat amplop yang berisi hasil tes kandungan atas nama Dahyun dan sebuah tespek positif. Tzuyu menghela napas dan kembali memasukan kedua benda itu ke dalam amplop.
Wanita itu sudah mengira kalau ini akan terjadi tapi ia juga bingung kenapa ia bisa setenang ini. Seolah hatinya telah mati rasa hingga air matanya pun sudah tak mampu lagi untuk ke luar. Sudah terlalu banyak kekecewaan dan rasa sakit yang ditorehkan Jungkook pada dirinya hingga membuat luka itu pun tak mampu lagi membuatnya merasakan sakit. Rasanya hampa dan Tzuyu sudah lelah untuk bertahan. Bahtera pernikahannya dengan Jungkook telah hancur dan sekuat apapun dia berusaha memperbaikinya, bahtera itu tidak akan berjalan seperti semula lagi.
Tzuyu mengeluarkan amplop miliknya yang berisi surat cerai dan ditaruh bersama amplop tadi. Ia mengedarkan pandangannya, seolah mengucapkan selamat tinggal ke rumah yang dulu selalu menjadi tempat pulang terbaiknya. Rumah yang kini kehangatannya telah memudar dan hanya menyisakan rasa asing yang menyesakkan. Ada banyak kenangan yang telah ia tinggalkan disini bersama Jungkook, bahkan foto pernikahan mereka masih terpajang megah di dinding.
“Tzuyu-ssi, gwenchana?” Tzuyu menoleh ke arah Taehyung yang menunggunya di ambang pintu. Wanita itu tersenyum tipis dan mengangguk, lalu menghampiri lelaki itu seraya menggeret kopernya.
“Aku sudah selesai, ayo kita pergi,” ujarnya setelah menutup pintu rumahnya.
Taehyung mengambil alih kopernya. “Kau sungguh tidak mau bertemu dengan Jungkook dulu?”
Tzuyu menggeleng. “Tidak, lagipula nanti juga kami akan bertemu di pengadilan. Semuanya sudah selesai, aku menyerah—ani, mungkin seharusnya sudah sejak dulu aku menyerah karena … aku tidak bisa mengabulkan keinginan terbesarnya.” Wanita itu menunduk. Bohong jika ia tidak merasa sedih tapi memang ia harus melewati semua ini jika ingin terlepas dari ikatan yang selama ini seolah memborgolnya.
Tzuyu kontan mendongak, menatap wajah Taehyung saat lelaki itu memegang tangannya. “Tzuyu-ssi, ingat ini, tidak bisa melahirkan anak bukanlah suatu kejahatan. Hanya karena tidak bisa menghasilkan keturunan bukan berarti kau tidak patut untuk dicintai.”
Manik Tzuyu memanas, perkataan Taehyung itu begitu menyentuh. Taehyung langsung mengusap air matanya yang menetes seraya mengulas senyum hangat. “Ayo kita pergi sebelum lelaki itu kembali.”
Wanita itu mengangguk. Taehyung segera memasukan koper itu ke dalam bagasi mobilnya. Tzuyu baru saja akan masuk ke dalam mobil lelaki itu kalau saja maniknya tidak menangkap presensi Dahyun yang tengah menatap dirinya di balkon penthouse itu. Dahyun yang semula menatapnya tanpa ekspresi langsung mengulas senyum.
“Lama tak bertemu ya, mau mampir ke rumahku sebentar?” Alih-alih sebuah ajakan untuk mampir, Tzuyu malah merasa kalau Dahyun saat ini tengah menertawakannya, apalagi tak lama, Jungkook keluar dari penthouse itu dan menghampiri Dahyun yang ada di balkon.
“Kau mengajak siapa—“ Jungkook mematung saat melihat Tzuyu yang tengah melihatnya dari bawah sana. Taehyung keluar dari mobilnya dan baru menyadari ketegangan suasana yang terjadi saat ini ketika melihat arah pandangan Tzuyu saat ini. Well, sepertinya ia harus membatalkan jadwal syutingnya untuk hari ini.
Kini di ruang tengah itu, mereka berempat telah berkumpul. Tzuyu duduk disofa yang sama dengan Taehyung bahkan lelaki itu sama sekali tidak canggung dan terang-terangan menggenggam tangan Tzuyu yang sangat dingin karena gugup. Wanita itu sejak tadi menunduk, seolah ia telah melakukan kesalahan besar padahal faktanya, justru ia yang dikhianati oleh suaminya hingga menghamili wanita lain.
Sementara itu, Jungkook sejak tadi menatap Taehyung tajam, kedua lelaki itu seolah berbicara lewat telepati yang hanya dipahami oleh keduanya. Saling memaki hanya lewat tatapan. Dan Dahyun selaku pemilik penthouse itu hanya menghela napas panjang seraya menopang wajahnya dengan sebelah tangannya yang menyangga ke sofa.
“Wae? Kenapa tidak ada yang bicara sama sekali? Sudah sepuluh menit berlalu dan kalian hanya saling menatap? Wah … benar-benar membosankan.” Tanpa perlu dijelaskan pun, kalian sudah tahu siapa yang barusan berbicara. Wanita itu lantas melayangkan tatapannya pada Tzuyu, “Tzuyu-ssi, aku yakin ada banyak hal yang ingin kau katakan pada suamimu itu, kan? Bicaralah, atau aku dan lelaki tampan itu harus pergi meninggalkan kalian berdua dulu?”
Tzuyu agak terkesiap, ia membasahi bibirnya seraya membuang napas perlahan untuk menghilangkan kegugupannya. “Aniya, tidak perlu, lagipula eonni dan Jungkook oppa juga pasti sudah tahu maksud kedatanganku kesini untuk apa.”
Jungkook menatap Tzuyu tajam. “Mwoya, kau mau memperkenalkan pacar barumu itu padaku?” sinisnya.
Tzuyu kaget sementara Taehyung semakin menguatkan genggaman tangannya dan Tzuyu sama sekali tak berniat melepaskannya. Entah kenapa, genggaman tangannya seolah menjadi tameng yang memperkuat dirinya supaya tidak goyah lagi.
“Oppa … ayo kita cerai.” Kalimat itu akhirnya keluar juga dari bibir Tzuyu. Mengucapkannya secara langsung tanpa perantara surat yang telah ia selipkan juga diamplop tadi. Rasanya sakit tapi beban yang selama ini ditanggungnya seolah hilang begitu saja.
“Mwo?” Jungkook tahu. Cepat atau lambat, Tzuyu pasti menginginkan untuk cerai darinya, tapi tetap saja, ia kaget. Apalagi melihat Tzuyu yang akhirnya lebih memilih lelaki itu dibandingkan dirinya semakin membuatnya geram. Ia merasa telah kalah.
Dahyun menyandarkan punggungnya pada sofa, menatap mereka seolah tontonan gratis. Rasanya tidak sia-sia ia meninggalkan pekerjaannya dulu sebentar untuk menyaksikan momen ini. Ya, ini mungkin terdengar jahat tapi bukankah pembicaraan dewasa seperti ini lebih baik daripada baku hantam?
“Iya, cerai. Oppa tinggal menandatangani surat cerainya saja.” Tzuyu menarik napasnya sejenak. “Lagipula aku juga tidak perlu membeberkan alasannya, kan? Kita semua disini sudah tahu apalagi sekarang Dahyun eonni tengah mengandung anakmu jadi tugasku sebagai istrimu sudah selesai sampai sini, aku tidak mau lagi mempertahankan sesuatu yang telah hancur sejak awal.”
Rasanya sakit sekali. Padahal baru saja ia berpikir kalau hatinya telah mati rasa, tapi sekarang ia malah ingin menangis. Apalagi saat melihat Jungkook justru ada di sini, bukannya pergi ke kantor. Membayangkan lelaki itu tinggal bersama Dahyun selama ia pergi, rasanya ia ingin marah tapi itu semua percuma. Semuanya telah terjadi dan seharusnya ia senang karena memiliki Taehyung di sisinya, yang berada dipihaknya.
Jungkook sudah tak mampu lagi untuk berbicara. Selama Tzuyu pergi, ia juga sudah memikirkan hal ini. Memikirkan segala konsekuensi yang akan menimpanya ketika ia dan Tzuyu resmi bercerai. Lelaki itu juga bukan lelaki egois yang tetap ingin mempertahankan rumah tangganya walaupun ia sendiri telah melakukan kesalahan.
Alih-alih merasa tidak rela, Jungkook justru takut karena perkataan wanita tua itu soal mereka bertiga yang telah terikat itu akhir-akhir ini kembali menghantuinya.
“Kalau itu keinginanmu, ayo kita lakukan. Aku akan menandatanganinya secepatnya tapi …” Jungkook kembali menatap Taehyung dengan manik tajamnya. “Aku hanya akan menceraikanmu jika lelaki ini sudah siap menikahi dan menjagamu seumur hidup.”
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro