🍂| two wife :: XI
Play: My love - Lee Hi
Jimin mendekap tubuh polos itu dengan erat. Ia membenarkan juntaian rambut yang sudah agak basah karena keringat itu ke belakang telinga sang wanita seraya berbisik lirih, "Aku tahu kau belum tidur, apa yang sedang kau pikirkan, hm?"
Dahyun perlahan membuka manik matanya, pandangannya kosong sementara tangannya memegang erat bahu telanjang Jimin, "Sampai kapan kita akan melakukan ini? maksudku ... kita sudah tinggal bersama seperti ini selama tiga tahun, tapi kenapa aku tidak pernah merasa bahagia?"
Jimin tersenyum miris, ia mengecup bibir Dahyun sekilas sebagai upaya menghapus kekecewaannya yang masih belum mampu memiliki Dahyun walau ia telah sering mencicipi tubuhnya, "Itu semua tergantung padamu. Aku bisa pergi kalau kau ingin."
"Ani, andwae." Dahyun menatap tajam Jimin. Ia lalu membaringkan kepalanya di dada Jimin, membuat tubuh telanjang mereka kembali bersentuhan. "Kau milikku."
Jimin mendecih geli, "Kalau aku milikmu, berarti kau juga milikku."
"Ani, aku milikku. Kim Dahyun milik Kim Dahyun. Bukan milik siapapun."
"Ck, egois sekali."
"Memang, neo shiro?"
*kau tidak suka?
"Ani, nan juha."
*tidak, aku suka
Jimin kembali mendekap Dahyun dengan erat. Pikirannya kembali melayang pada sepasang suami istri yang kini tinggal di depan penthouse mereka. "Omong-omong apa rencanamu untuk keluarga Jungkook itu?"
"Emm ... aku masih memikirkannya. Lagipula, seperti katamu, sepertinya aku belum siap."
"Baiklah, itu bagus." Jimin mengecup bahu Dahyun sekilas lalu meletakan dagunya di pucuk rambut Dahyun. "Jangan gegabah, kau harus memberitahukan dulu rencanamu padaku sebelum kau melakukannya."
"Ck, iya iya, bawel sekali sih."
Jimin terkekeh garing. "Kau pilih aku atau jungkook?"
Dahyun menjauhkan wajahnya dari dada Jimin, lantas menatap lelaki itu dengan kening berkerut, "Masih bertanya? Tentu saja aku memilihmu."
"Jadi kau sudah mencintaiku?"
Dahyun tidak langsung menjawab, ia kembali menenggelamkan wajahnya di dada Jimin, "Jangan bahas itu, kau tahu kan, semenjak Jungkook membatalkan perjodohan itu ... aku sudah tidak percaya lagi dengan cinta. Bukankah kenyataan kalau aku jauh lebih memilihmu daripada Jungkook itu sudah cukup?"
"Tapi Day-"
"Sudahlah, aku mengantuk. Kau bermain terlalu keras tadi, jadi aku sangat lelah."
Jimin menghela napas. Pada akhirnya, ia mengusap rambut Dahyun perlahan saat wanitanya itu mulai tertidur. "Hah ... aku harap kau tidak berubah."
"Oppa."
Jungkook tak membalas, pandangannya masih terarah pada penthouse di seberangnya yang hanya menyisakan satu lampu yang menyala-tepat di kamarnya, sehingga lelaki itu bisa melihat apa saja yang terjadi di dalam sana lewat bayangan dari gorden.
Tzuyu menatap punggung suaminya kecewa, entah sudah berapa kali ia diabaikan oleh Jungkook hari ini. Alih-alih kembali menyahut, wanita itu menggeser tidurnya, lantas memeluk pinggang Jungkook dari belakang hingga lelaki itu terkesiap, "Ahh-Tzuyu, ada apa?"
"Oppa, kenapa kau terus mengabaikanku hari ini? sebenarnya ... apa yang sedang kau pikirkan? Apa itu ... ada hubungannya dengan Dahyun eonni?" tanya Tzuyu. Jujur, wanita itu sempat cemas saat melihat tatapan yang suaminya ini layangkan pada Dahyun tadi. Alih-alih kaget, tatapannya malah cenderung tatapan lega karena bisa bertemu lagi. Jungkook melepaskan tangan Tzuyu yang memeluk pinggangnya, lantas membalikan tubuhnya hingga kini mereka saling berhadapan.
"Ani." Jungkook mengelus rambut Tzuyu lembut, "Aku hanya memikirkan masalah di kantor saja. Maaf, aku tidak bermaksud mengabaikanmu."
Tzuyu menatap Jungkook ragu, "Jinjja? Hanya masalah kantor?"
Jungkook terdiam. Sepertinya ia memang tidak bisa berbohong pada Tzuyu, "Emm ... sashireul ... eomma ...."
*emm ... sebenarnya ... ibu ....
Lelaki itu kemudian menceritakan perihal percakapannya dengan ibunya siang tadi saat di kantor. Semuanya, kecuali perihal ibunya yang sampai saat ini masih lebih menyukai Dahyun daripada Tzuyu, menantunya sendiri.
Tzuyu terlihat sangat terpukul, matanya bahkan sudah berkaca-kaca, "Sa-satu tahun?"
"Iya, ibuku hanya memberi kita waktu satu tahun untuk memiliki keturunan."
Tzuyu memalingkan wajahnya, air mata yang sejak tadi ia tahan langsung ke luar begitu saja. "K-kalau sudah seperti itu ... aku bisa apa? Oppa, kenapa kau tidak bilang saja pada ibu kalau aku ... tidak bisa hamil."
"Tidak Tzuyu, ibu tidak boleh tahu. Aku tidak bisa memberitahunya."
"Tapi kenapa?!" Tzuyu meledak. Ia menatap Jungkook tak percaya dengan linangan air matanya yang masih terus mengalir, "Apa Oppa malu memiliki istri sepertiku? Itu sebabnya kau tidak bisa memberitahu ibu?"
Jungkook menggeleng, "Aniya, bukan begitu. Kau tahu sendiri kan kalau ibuku itu-"
"Wae? Dia tidak akan menerimanya?" Tzuyu menepis air matanya sekilas seraya membuang pandangan. "Kalau Oppa tidak bisa, biar aku saja yang memberitahu-"
"Jangan Tzuyu! Jangan." Jungkook meraih wajah Tzuyu supaya wanitanya itu bisa menatapnya. "Dengar, kalau kau memberitahu ibuku, pernikahan kita pasti hancur, dan aku tidak menginginkan hal itu terjadi. Apalagi ini menyangkut wasiat ayahku."
"Lalu, apa dalam waktu satu tahun aku bisa memberikan apa yang ibumu inginkan? walaupun aku melakukan operasi, setahun tidak akan cukup Oppa. Pada akhirnya kita tetap tidak bisa mengabulkannya kecuali-"
"Kecuali?"
"Oppa ...," Tzuyu menarik napas dalam. Tenggorokannya tercekat dan sesuatu terasa menikam jantungnya saat ia melanjutkan, "Kecuali kalau Oppa menikahi wanita lain, mungkin keinginan ibu akan terwujud."
Emm, ini makin aneh gk si? Kalo aneh, bakal aku rombak dari awal, mumpung blm terlalu jauh
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro