🍂| two wife :: VI
Matahari telah berada di puncak singgahsananya saat ini. Konsentrasi debu halus di Seoul saat ini tidak terlalu buruk, jadi Tzuyu memeutuskan untuk berjalan-jalan di sekitaran sungai Han—sendiri. Entah kemana Jungkook saat ini, lelaki itu belum kembali sejak tadi pagi pergi terburu-buru tanpa memberitahunya. Tzuyu menatap riak air sungai yang saat ini begitu tenang, ia begitu merindukan tempat ini, setelah belasan tahun menetap di Taiwan. Ibunya aslinya Korea, ia masih ingat ketika pergi berlibur ke sini setiap perayaan Natal ataupun Chuseok. Mungkin saat dirinya kuliah saja, Tzuyu tidak pernah ke Korea lagi karena kedua orangtuanya telah meninggal.
Tzuyu menarik dan menghembuskan napasnya panjang. Ia pikir sekembalinya dia kesini, ia akan mendapatkan kebahagiaan, namun justru takdir malah membuatnya merasa bimbang. Antara terus mempertahankan Jungkook atau justru melepaskannya. Baik ia maupun Jungkook tidak pernah berbicara lagi semenjak pembicaraan mereka semalam. Ia merasa lega telah mengeluarkan bebannya selama ini, tapi di sisi lain, ia juga takut jika Jungkook akan berpaling darinya.
Gadis itu terus termenung selama beberapa menit sampai sebuah dehaman, diikuti dengan presensi seseorang yang menempati bangku di sampingnya membuat Tzuyu menoleh ke arahnya. "Oh-kau?"
Taehyung hanya melirik Tzuyu sekilas tanpa berniat membuka maskernya. Ia kembali melihat ke depan, di mana beberapa burung merpati kini mulai berpencar dan berterbangan ke arah barat. "Sedang apa kau menyendiri di sini?" tanyanya kemudian. Tzuyu kembali mengalihkan pandangan ke depan lalu tersenyum tipis. "Entahlah ... aku hanya ingin menghirup udara luar saja. Kau sendiri?"
Taehyung menunjuk sebuah tempat yang di penuhi beberapa kru televisi yang tengah membereskan peralatan syuting. "Aku baru selesai kerja dan tak sengaja melihat seorang gadis kesepian disini," sindir Taehyung, membuat senyum kecil Tzuyu muncul. "Kupikir kau hanya penipu, ternyata benar seorang artis, ya?" lirih Tzuyu pelan, nyaris tak terdengar hingga Taehyung mengerutkan alisnya bingung.
"Kau bilang apa?"
"Ani!" kilah Tzuyu. "Oh ya, apa kau sudah tidak sibuk? Mau minum di sana? Aku akan memenuhi permintaanmu yang kemarin supaya hutangku lunas," ucapnya kemudian yang membuat senyum Taehyung langsung muncul begitu saja di balik maskernya. Lelaki itu tentu saja tak menolak dan beberapa menit kemudian mereka telah berjalan beriringan menuju sebuah café yang tak jauh di sana. Beruntung, saat itu sungai Han tidak terlalu dipadati orang, jadi setidaknya Taehyung bisa bernapas lega karena terhindar dari berbagai pasang mata yang dapat menimbulkan rumor dan skandal tak berdasar.
Sementara itu, Jungkook dan Dahyun kini telah berada di sebuah pantai yang dulu sering mereka kunjungi saat kecil bersama Jimin. Air pantai saat ini terlihat sangat tenang, tapi hal itu berbanding terbalik dengan kondisi Dahyun saat ini. entah kenappa gadi situ terus merasa gelisah tanpa alasan. Ia masih tak tahu apa motif Jungkook membawanya kemari. Soal kencan itu-sepertinya dirinya saja yang terlalu melebih-lebihkan karena sejak tiga puluh menit mereka sampai di sini, tidak ada banyak hal yang mereka lakukan. Mereka hanya makan siang, lalu menatap pantai ini dengan keheningan yang mendera.
Dahyun menatap ke arah Jungkook, mengamati lelaki berparas tampan itu untuk beberapa saat sampai Jungkook ikut memalingkan wajahnya hingga pandangan mereka bertemu. Keduanya terdiam, sibuk menyelami keindahan masing-masing dibalik manik mata yang sulit untuk diartikan. "Kau—ahhh—kenapa aku segugup ini?" rutuk Jungkook sembari menggaruk lehernya canggung.
Dahyun terkekeh, merasa asing dengan Jungkook yang saat ini. "Mwo-ya, kau salah tingkah, huh? Apa kau begitu mengagumiku sampai kau jadi seperti ini?" ledek Dahyun sembari terkikik geli. Jungkook kembali mendongakan kepalanya dan menatap Dahyun. "Eoh, sejak kapan kau jadi secantik ini?"
"Eh?" Giliran Dahyun yang membeku. Ia tak berpikir kalau Jungkook sungguhan akan berkata demikian, apalagi saat ini Jungkook malah tertawa gemas sembari menunjuk wajahnya. "Satu sama!" ucapnya membuat Dahyun refleks mendorong bahu Jungkook lalu menangkup kedua pipinya yang mulai memerah.
Keduanya kembali menatap ke depan, tepatnya ke arah hamparan pantai yang mulai surut. "Katanya kau mengajakku kemari karena ingin menanyakan sesuatu, kau terus saja mengelaknya sejak tadi. Memangnya kau ingin menanyakan apa?" tanya Dahyun pada akhirnya. Jungkook menghela napas lalu kembali menatap Dahyun. "Ya, kau tahu kan kalau aku sangat menyayangimu?"
"Mwo?"
Jungkook menggeser duduknya dan menghadapkan tubuhnya ke arah Dahyun. Saat ini mereka saling berhadapan dengan sorot pandang yang berkebalikan. Dahyun menyorot kebingungan sementara Jungkook menatapnya serius. "Selama ini aku hanya punya dua sahabat, kau dan Jimin. Jadi aku tidak ingin kehilanganmu," terang Jungkook yang malah semakin membuat Dahyun bingung.
"Ya, kenapa kau tiba-tiba-"
"Jawab aku, apa kau menyukaiku? Kau mencintaiku?"
"M-mwo?"
Jungkook semakin mendekatkan wajahnya, sementara Dahyun malah memaku di tempat. Wajah mereka saat ini hanya terpaut lima senti sedang Jungkook masih betah menatap manik legam itu yang tengah membola gugup. "Jawab aku, Dahyun. Aku tidak ingin jika keputusanku membuatmu sakit. Ayo jawab, kau mencintaiku atau tidak?" terangnya lagi.
Dahyun semakin membeku, ia sudah mencengkram pasir di pijakannya dengan kuat. Detak jantungnya sudah tak dapat dikontrol lagi sementara maniknya terpaku dalam sorot si lelaki yang terlihat tulus.
"Dahyun-ah, kau tak bisa menjawabku? Apa aku perlu membuktikannya langsung?"
"M-mwo—mmmpphh."
Terlambat, Jungkook telah membungkam bibir Dahyun dengan bibirnya. Membuat pertahanan Dahyun hancur begitu saja. Gadis itu tak bisa menolak, apalagi ketika Jungkook dengan lihainya memangut bibitnya begitu lembut, begitu manis hingga membuat setitik air mata keluar dari maniknya. Seiring dengan pangutan itu, Jungkook juga sama kacaunya. Ia ingat Tzuyu, ingat lamaran yang telah ia tujukan untuk gadis itu, bahkan kesaksiannya di depan pendeta kala itu kembali terbayang dalam benaknya. Namun ketika Dahyun mulai menggerakan bibirnya untuk membalas pangutannya, Jungkook juga merasa bahagia.
Jika sudah seperti ini, Jungkook harus memilih siapa?
Jungkook dan Dahyun baru kembali setelah petang menjelang. Lelaki itu mengantar Dahyun terlebih dahulu sebelum kembali ke rumahnya. "Gumawo," ucap Dahyun saat Jungkook kembali membukakan pintu untuknya. Jungkook tersenyum, lantas kembali menutup pintu mobilnya.
"Oh, itu mereka datang!" ucap seseorang hingga membuat mereka berdua refleks menoleh dan mendapati kedua orangtua Jungkook dan Dahyun yang telah berada di ambang pintu. Baik Dahyun maupun Jungkook sama-sama membeku-seolah kepergok telah melakukan kesalahan, namun raut wajah Jungkook langsung mendadak pias saat melihat presensi Tzuyu yang tengah duduk di salah satu sofa saat mereka berdua memutuskan untuk masuk ke dalam.
"Tzu ... Tzuyu-ya, aku—"
"Jungkook, saya sudah mendengar semuanya dari ayahmu," ujar Jang Hyun—ayahnya Dahyun. "Dan juga Tzuyu—gadis yang telah dilamarmu—juga sudah menceritakan semuanya." Jungkook kembali melirik ke arah Tzuyu yang saat ini tengah menunduk, lantas menoleh ke arah Dahyun yang semakin mengeratkan genggaman tangannya.
"Geunde aboeji—"
Jang Hyun memotong perkataan Jungkook, "Apa kau menyukai Dahyun?"
"Appa!" pekik Dahyun, tapi Jang Hyun mengabaikannya, fokusnya saat ini pada Jungkook yang tengah mengepalkan kedua tangannya dengan gugup. "Tidak? Kau tidak mencintai anakku?" tanya Jang Hyun lagi yang membuat Jungkook langsung mendongak protes, "Aniyo aboeji! Aku ... aku juga menyukainya," lirihnya semakin pelan diujung kalimat.
"Lalu Tzuyu? Kau mencintainya juga?" tanya Jang Hyun telak. Tzuyu mendongak hingga tatapannya kini beradu pandang dengan Jungkook. lelaki itu dapat menangkap sirat kekecewaan dan putus asa dalam manik gadisnya. "Iya ... sangat."
"Jadi kau memilih siapa? Anakku atau Tzuyu?"
"Appa geumanhe!" pekik Dahyun lagi. Walaupun ia juga merasakan sakit, tapi ia juga merasa tak tega pada Jungkook yang dipojokkan seperti ini. Padahal ia yakin, ini bukanlah keinginan Jungkook. Posisi ketiganya saat ini sedang dipermainkan oleh takdir yang membuat mereka terikat, jika melihat situasinya sekarang, Dahyun jadi mulai mempercayai perkataan wanita tua itu.
Sejak awal, sudah jelas perjodohan ini dibentuk tanpa ada persetujuan Jungkook. Lalu orangtuanya pun sama sekali tidak tahu kalau Jungkook justru telah memilih calonnya sendiri. Dan saat ini, bukan hanya Dahyun dan Tzuyu yang ibaratnya sedang berada di ujung jurang untuk mencari jalan ke luar, namun Jungkook pun sedang berada di posisi yang sulit. Di mana harus memilih di antara gadis yang sangat berharga baginya untuk di selamatkannya terlebih dahulu.
Jungkook memejamkan matanya erat, ia menghembuskan napasnya panjang sebelum kembali membuka matanya. Lalu ia menatap Dahyun yang ada di sampingnya dan Tzuyu yang ada di depannya bergantian. Ia kembali memantapkan hati, lalu menatap wajah kedua orangtuanya dan kedua orangtua Dahyun dengan nanar.
"Aku ...,"
"Tidak bisa memilih."
Tau kok, part ini amburadul banget 😣 tapi semoga tetep nge-feel
Komen dong, cerita ini gimana, biar aku bisa perbaiki ke depannya harus gmn :"(
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro