Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

🍂| two wife :: IV

Ada beberapa hal yang membuat Tzuyu tetap bertahan di rumah Jungkook walau ia tahu kalau orangtua Jungkook sangat menentang hubungan Jungkook dengannya dan selalu mendesak agar perjodohan Jungkook dengan Dahyun tetap terjadi. Pertama, ia telah dilamar oleh Jungkook, bahkan telah bersumpah dihadapan pendeta saat di gereja tepat sebelum keberangkatan mereka ke Korea. Dan kedua, ia percaya pada Jungkook, lelaki itu pasti dapat memutuskan keputusan yang terbaik untuk hubungan mereka.

Namun melihat kedekatannya dengan Dahyun saat pertama kali datang di bandara lalu ketika Jungkook memeluk Dahyun penuh kasih sayang, ia jadi sedikit ragu. Apakah Jungkook akan tetap memilihnya? Atau justru—

"Hey nona! Selangmu lepas!" teriak seseorang yang membuat lamunan Tzuyu langsung buyar. Gadis itu langsung melihat ke arah keran lalu bergegas mematikannya saat menyadari jika sejak tadi selangnya telah terlepas, membuat air yang seharusnya di siramkan ke tanaman jadi terbuang percuma.

Ia langsung menghela napas lega saat berhasil mematikan keran yang sempat macet, tubuhnya mungkin bisa saja basah kuyup jika saja lelaki ini tidak datang untuk membantunya membetulkan keran. "Ah, khamsahamnida. Geunde, nuguseo?" tanya Tzuyu.

Taehyung menunjuk dirinya sendiri. "Aku? Kau sungguh tidak mengenalku?" Ia menyugar rambutnya ke belakang dengan raut tak percaya. Maksudnya, mana mungkin ada orang yang tidak mengenali aktor tampan yang selalu digilai berbagai kalangan hingga wajahnya tak pernah absen di layar kaca sepertinya? Hanya ada dua kemungkinan gadis ini tidak mengenalinya. Pertama, mungkin gadis ini kurang pergaulan-tapi sepertinya itu mustahil-atau kemungkinan yang paling mungkin terjadi adalah, "Kau bukan orang Korea, ya? Darimana kau berasal? Jepang? China?"

Tzuyu mengernyit bingung, kenapa lelaki ini malah balik menanyakan kewarganegaraannya? Aneh, padahal ia hanya menanyakan namanya saja tadi. "Aku hanya menanyakan nama anda, Tuan. Tapi tak apa jika kau tidak mau memberitahu, sebaiknya anda segera mengganti pakaian anda yang basah, kalau begitu saya permisi."

Taehyung melongo tak percaya, apa katanya tadi? Apa ia barusan di acuhkan?

"Tunggu!" sahutnya saat Tzuyu hendak melangkah pergi dari sana. Gadis itu membalikan tubuhnya, menatap Taehyung dengan tatapan bertanya. Lelaki itu mendekat lalu memberikan sebuah kartu nama pada Tzuyu. "Ini kartu namaku, kalau kau benar-benar berterimakasih, aku harap kita bisa minum teh bersama? Aku tinggal di villa sekitar sini."

Tzuyu menatap kartu nama itu sekilas. "Baiklah, tapi aku tidak yakin bisa melakukannya, aku akan menyimpan kartu nama ini. Kalau begitu, aku permisi." Tzuyu mengangguk sekilas sebelum akhirnya kembali pergi memasuki mansion mewah itu. Sementara Taehyung berdecak, ia masih menatap punggung Tzuyu sampai benar-benar menghilang.

"Sial, dia juga menolakku. Memangnya siapa dia?" rutuknya, sebelum melangkahkan tungkainya pergi dari sana. Namun, belum sampai ia keluar dari halaman mansion itu, langkahnya kembali memelan saat melihat presensi lelaki lain-yang jika ia tidak salah lihat adalah lelaki yang waktu itu memeluk gadis tadi di rumah pohon. "Siapa kau? Kenapa bisa ada di sini?" tanyanya.

Taehyung hanya memasag raut wajah datar. Tanpa banyak bicara, ia langsung pergi saja dari sana. Sungguh, ada apa dengan semua penghuni mansion ini? kenapa tidak ada yang mengenalinya satu pun? Bikin kesal saja. Sepertinya, ini kali pertama bagi seorang bintang papan atas sepertinya merasa dipermalukan.

Dahyun kembali meneguk winenya yang tinggal setengah. Akhir-akhir ini, sepulang kerja ia pasti selalu minum, dan lagi-lagi Jimin lah yang selalu menemaninya. Padahal baru tadi pagi lelaki itu bilang kalau dia ada dinas ke luar kota, tapi begitu Dahyun menanyakan keberadaannya, Jimin langsung tancap gas menuju tempat mereka saat ini. Di sebuah café yang mirip kapal pesiar di dekat Namsan Tower-tempat favorit Dahyun untuk menghibur diri.

"Kali ini apa lagi? Dua hari yang lalu katanya kau bertemu dengan Jungkook?" tanya Jimin. Lelaki itu memanggil seorang pelayan untuk membawakan mereka sebotol wine lagi. Mendengar nama Jungkook, Dahyun otomatis berdecak. Ia mengambil kentang goreng lalu memakannya dengan kesal, "Aku sedang tidak mau membahasnya."

Dari raut wajahnya saja, Jimin sudah tahu kalau ada hal yang tidak beres, tapi alih-alih menanyakannya lagi, ia lebih memilih mengalah dan menunggu Dahyun menceritakannya sendiri padanya atas kemauannya. Bisa gawat jika Dahyun marah, apalagi saat mabuk seperti ini, Dahyun jadi lebih sensitif dibandingkan biasanya. "Baiklah, aku akan menamanimu minum saja kalau kau tidak mau cerita," ujar Jimin pasrah. Ia menuangkan wine yang baru saja diambil pelayan tadi pada gelasnya lalu meminumnya sedikit.

Dahyun memangku wajahnya dengan kedua tangan, maniknya menatap lurus pemandangan dibawah sana yang dipenuhi lampu kerlap-kerlip. "Menurutmu, apa mungkin seorang lelaki menikahi dua wanita sekaligus?" tanya Dahyun tiba-tiba membuat Jimin mendelik curiga ke arahnya. "Apa ini? kenapa kau menanyakan hal itu? seolmaJungkook akan menikahi kalian berdua begitu?"

Dahyun menoleh ke arah Jimin dengan wajah cemberut. "Itu gila, kan? Tapi bagaimana jika itu sungguhan terjadi? Argghh ... aku bisa gila." Dahyun membenturkan kepalanya pada meja hingga menimbulkan bunyi lalu menjambak rambutnya sendiri. Ia sudah benar-benar mabuk.

"Ya, bagaimana bisa Jungkook memikirkan hal itu? seharusnya dia bisa memilih salah satu diantara kalian! Dasar serakah!" rutuk Jimin ikut terpancing emosi. Ya, bagaimana bisa ia tidak emosi? Selama ini ia menyimbunyikan perasaannya untuk Dahyun dan ia sudah memantapkan hati untuk merelakannya jikalau Jungkook akan menikahinya, tapi apa ini? Dahyun akan dimadu? Enak saja!

"Tapi Jimin-ah, aku benar-benar tidak ingin kehilangannya," rengek Dahyun begitu ia mendongak. Ia menyandarkan kepalanya di bahu Jimin sementara tangannya menggoyang-goyangkan gelas wine miliknya. "Kau tahu, saat denganmu aku selalu mengutuk Jungkook bahkan menangisinya seperti gadis bodoh. Tapi saat aku bertemu dengannya, rasa marahku lenyap begitu saja." Dahyun meneguk winenya lagi. "Sepertinya aku sudah benar-benar gila."

Jimin menghela napas, ia kembali meneguk gelas winenya dan menghabiskannya dalam satu kali tegukan. "Ya, kau jangan terlalu baik Dahyun-ah. Kau berhak untuk menolak. Lagipula kau masih sangat muda dan—cantik. Aku yakin ada banyak lelaki yang menginginkanmu." Termasuk aku, lanjutnya dalam hati.
Dahyun hanya tersenyum tipis, perkataan Jimin itu benar, tapi ia kembali teringat dengan perkataan Jungkook—kalau mereka bertiga telah terikat. Walaupun ia tidak mempercayai adanya peramal, tapi ia tak menampik jika sampai saat ini dirinya masih terus memikirkan hal itu. Seolah-olah hal itu menghantuinya dan menjeratnya supaya masuk ke dalam suatu pilihan. Antara memilih untuk menyerah atau menghadapinya walau akan terasa sangat sulit.

Sementara itu, Jungkook tengah termenung di kamarnya. Matanya telah menghitam karena sejak kemarin tidak bisa tidur sementara tatapannya kosong. Perkataan wanita itu terus terngiang dibenaknya hingga membuatnya sulit tidur. Apalagi setelah ia membicarakan hal ini dengan sang ayah. Bukannya menampik, lelaki paruh baya itu malah mengakuinya.

"Waktu itu ayah menyukai seorang perempuan, namun kedua orangtua ayah telah menjodohkan ayah dengan ibumu. Saat melihatmu di Bandara bersama Tzuyu, ayah sudah merasa takut jika apa yang terjadi pada ayah juga kau alami dan ternyata dugaan ayah benar. Waktu itu juga ayah bertemu dengan wanita itu, persis seperti katamu, ia menyarankan ayah untuk menikahi keduanya, tapi ayah lebih memilih menikahi ibumu."

"Lalu—bagaimana dengan perempuan yang ayah sukai?"

"Kami kehilangan kontak selama bertahun-tahun, jadi ayah pikir dia baik-baik saja. Tapi tak lama setelah ibumu mengandung kau, dia tiba-tiba saja kembali. Dia mengatakan kalau hidupnya hancur, ia bahkan meminta ayah untuk menikahinya secara siri tapi ayah menolaknya karena saat itu ayah sudah benar-benar mencintai ibumu."

"Dan tak lama, ayah mengetahui kalau perempuan itu mati. Tidak ada yang tahu penyebab kematiannya karena tubuhnya dalam keadaan baik-baik saja tapi ada suatu tanda di lehernya. Ayah tidak yakin dengann apa yang terjadi tapi ayah kembali melihat wanita paruh baya itu saat di rumahnya. Ia menatap ayah kesal lalu menghilang."

Jungkook menjambak rambutnya frustasi. Rasanya ia ingin mengutuk takdir yang membuatnya berada di posisi yang sulit seperti ini. Jungkook merasakan pergerakan seseorang yang memasuki kamarnya, lelaki itu menoleh dan mendapati Tzuyu yang berjalan mendekat sembari membawa segelas susu. "Ada apa, oppa? Seharian ini kau terus diam di kamar. Apa ada sesuatu yang terjadi?" tanyanya setelah memberikan susu itu pada Jungkook.

"Tzuyu-ya, kau benar-benar mencintaiku, kan?" tanya Jungkook. lelaki itu meletakan susunya di atas nakas, ia tidak berselera. Tzuyu menatapnya bingung, tidak biasanya Jungkook menanyakan hal itu, tapi tak pelak ia mengangguk, "Tentu saja. Sebenarnya ada apa? Oppa jadi jarang bicara padaku setelah bertemu dengan Dahyun eonni."

Jungkook menghela napas berat. Ia menatap Tzuyu ragu dan dengan hati-hati ia mengatakan, "Tzuyu-ya, aku tahu ini terdengar keterlaluan tapi—bagaimana jika aku menikahi kalian berdua?"

Aneh gk sih kalo aku lebih suka sama interaksi Dahyun sama Jimin disini? Wkwk

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro