Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

5. Hiko si Trouble Maker

Suasana kelas seketika langsung ramai. Banyak siswa perempuan yang melontarkan pertanyaan pada Hiko. Entah ada yang meminta nomor WhatsApp, ada yang minta nama akun Instagram. Bahkan ada yang terang-terangan menanyakan alamat rumah. Berbeda dengan Grace. Dia menatap tajam ke arah Hiko. Lalu, sorot matanya menatap penuh tanya pada Ren. Cowok berambut coklat itu hanya mengangkat bahu.

Sudah dipastikan rasa penasaran Grace kepada Hiko semakin membuncah. Mendengar namanya saja sudah kesal. Ren harus bersiap dicecar pertanyaan oleh Grace.

"Hiko, silakan duduk di belakang," perintah sang guru. Hiko tersenyum lalu mengangguk. Terlebih saat dia melihat bahwa Ren duduk di depannya, senyum puas terasa menghiasi wajahnya.

"Oke. Pelajaran bisa dimulai sekarang! Buka halaman delapan puluh enam." Lagi-lagi guru menginterupsi. Seketika siswa perempuan meresponnya dengan malas. Mereka masih ingin berkenalan dengan Hiko, si anak baru yang tampan.

Pelajaran hari itu membuat Grace tak fokus. Dia terus memikirkan Hiko. Bukan karena suka, tetapi menerka apa tujuan cowok itu kembali. Walaupun mereka belum kenal. Tapi, mendengar nama, tahu kisahnya membuat Grace gusar.

"Bagaimana dengan Garret?" batin Grace. Dia mengkhawatirkan saudara kembarnya.

Bel pulang berbunyi dengan nyaring. Seluruh siswa berhambur keluar. Tetapi tidak dengan Grace dan Ren. Ren masih terdiam di balik mejanya. Sedangkan Grace tengah membereskan buku di atas meja maupun di dalam laci.

Ren bangkit dari duduknya. Dia menuju meja Grace.

"Ayo!" ajaknya. Dia yakin Grace memiliki banyak pertanyaan tentang Hiko.

Seketika Grace menghentikan aktivitasnya. Dia memandang Ren yang begitu tenang.

"Kenapa harus satu kelas sama gue?" tanya Grace. Ren rupanya tahu, arah dari pertanyaan Grace. Dia hanya mengedikkan bahu.

"Bukan gue yang atur, kan?" tanya Ren balik. Grace mengembuskan napas kasar. Setelah selesai membereskan mejanya. Dia berdiri dan berjalan. Ren hanya mengikutinya di belakang, hingga langkahnya sejajar ketika sudah berada di luar kelas.

"Kenapa nggak bilang dari awal, kalau Hiko bakal kembali," kata Grace tanpa menoleh.

"Gue juga kaget waktu pertama kali ketemu dia." Ren menjawabnya dengan datar.

"Tujuan dia apa?" tanya Grace lagi. Ren menggeleng pada tempatnya.

Seperti mendapatkan ide. Grace menghentikan langkah kakinya. Membuat Ren bingung.

"Kenapa?" tanya Ren ragu.

"Gue punya ide," ucap Grace bersemangat. Ren menggelengkan kepala. Dia belum tahu, ide apa yang akan dicetuskan oleh Grace. Namun, cewek pintar itu pasti menemukan ide yang bisa membahayakan dirinya sendiri.

"Apa?" tanya Ren khawatir. "Jangan bilang kalo lo mau ngomong bahwa lo adalah kembaran Garret?" tebak Ren. Grace menggelengkan kepala cepat.

Ren mengerutkan kening. "Lalu apa?" tanya Ren penasaran.

"Kita buat Hiko nggak betah di sekolah ini. Bahkan dia perlu pergi jauh dari kota ini," kata Grace.
Hal yang mustahil. Ren tersenyum kecut. Dia menggelengkan kepala lalu kembali melangkah.

"Ide bagus. Hanya saja, cara apa yang bakal kita lakuin buat singkirin dia?" tanya Ren. "Kita aja belum tau, apa tujuan dia datang lagi ke sini?" lanjutnya.

Grace yang mengikuti langkah Ren, hanya mengangguk. Paham dengan apa yang Ren ucapkan.

"Terus kita biarin aja? Dia gangguin Garret?" tanya Grace.

"Lo nggak perlu khawatir. Garret nggak selemah itu," kata Ren.

Lapangan parkir nyatanya masih ramai. Walaupun bel pulang sudah melewati menit kelima belas, tetapi masih banyak siswa di sana.

Satu penjuru yang menjadi pusat perhatian Grace dan Ren. Pemandangan yang umum dilihat jika ada anak baru di sekolah.

Segerombolan siswa kelas tiga tengah mengerubungi Hiko. Sudah jelas, tujuan mereka hanya untuk membuat onar. Seperti meminta traktiran makan, atau meminta uang jajan Hiko hari itu.

Mereka adalah Handi, Cs. Geng terkuat di tahun ketiga SMA Cemerlang. Berjumlah lima orang, dan itu belum termasuk pesuruhnya. Mereka kerap membuat onar di sekolah. Walaupun tak sampai kriminal, tetapi sering meledek siswa perempuan yang membuat risih atau malu.

"Oke. Gue kasih uang jajan gue hari ini, tapi dengan satu syarat." Hiko mengatakan hal itu tanpa rasa takut. Dia lebih pintar membuat kesepakatan.

Handi tersenyum sinis. "Kesepakatan? Rupanya lo lebih pinter dari kebanyakan anak baru. Apa? Syarat apa?" tanya Handi ketus.

"Kalian kenal Garret?" tanya Hiko.

"Kenapa? Ada apa dengan dia?" tanya Ikbal yang hari itu sudah membuka seragam putihnya.

"Sepertinya gue perlu bertanding basket sama dia. Untuk merebut jabatan kapten dari dia," kata Hiko. Dia tersenyum licik. Grace samar mendengarnya. Dia ingin mendekat, tetapi dengan sigap Ren menghentikan niatnya.

"Dia itu cowok bahaya," pekik Grace.

Untung saja hari itu, guru BK masih menjalankan tugasnya. Pak Arman berkeliling dan membubarkan Handi dan kawan-kawannya.

"Handi! Waktunya pulang, dan belajar! Kalian itu, nggak ada kapoknya," kata Pak Arman tegas. Dia sampai menyodorkan kayu berukuran sekitar tujuh puluh lima sentimeter.

"Aish," gerutu Handi. Dia mengisyaratkan anak buahnya untuk pergi. Handi pergi tanpa mendapatkan uang dari Hiko.

"Kamu juga, cepat pulang. Jangan berkeliaran di sekolah, ataupun jalanan," kata Pak Arman pada Hiko. Cowok itu tersenyum ramah dan mengangguk.

Netra Hiko melihat Handi dan kawanannya.

"Benar, ini adalah sekolah. Sudah pasti ada parasit seperti kalian," katanya sinis. Dia lantas berjalan menuju sepeda motornya.

"Apa yang dia rencanakan?" tanya Grace begitu penasaran.

"Udah, lebih baik pulang. Nggak perlu dipikirkan," kata Ren menarik lengan Grace cepat.

Raut wajah Grace sangat kentara jika dia penasaran dengan suatu hal. Terlebih ini tentang Hiko. Cowok yang dulu Ren ceritakan, dan masih sangat jelas di pikirannya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro