Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

•} O3

"Abis adu mulut sama siapa, Kun?"

Kunigami mengendikkan bahunya, "gak tau tuh, orang galak."

"Alah, paling lo pancing duluan kan nyet." Sahut Kaiser meledek. "Itu loh, ketuanya anak atletik, si nyonya besar noh." Jelasnya pada Karasu yang tadi bertanya.

"Gaya banget pake nyonya besar segala." Rin berbicara dengan nada tak suka, mengernyitkan dahi.

"Jangan gitu lah Rin, hargai dong, nyonya besar atletik itu. Tiati lo asal ceplas ceplos, galak dia cok." Lagi lagi Kaiser menjawabnya dengan nada meledek.

Kunigami memicingkan mata curiga, "gue liat liat lo tau banget sama tuh ketua atletik, kenal dimana lo, Kai??"

Kaiser tertawa. "Apasih yang gak gue tau, gini gini gue anak tahun terakhir, segala macam warga sekolah tuh gue tau bentukannya gimana."

"Buset, siap dah sepuh."

"Tai, lo juga sepuh ya, Karasu monyet."

"Berisik banget nih Jerman dari pagi, gebuk aja kali yak?" sahut Karasu jengkel sendiri.

"Dah dah, balik latihan gih. Hari ini kita bisa pakai lapangan sepuasnya tapi belum tentu minggu depan bisa. Gue gak tau itu si nyonya besar bakal ngelakuin apa tapi jaga jaga aja takutnya beneran protes buat pakai lapangan."

Kunigami menjelaskan panjang lebar mengenai kondisi latihan mereka. Sebagai ketua, dia juga perlu memutar otak untuk mengatur latihan anggotanya agar maksimal sampai ajang perlombaan nanti.

Memang, kesannya amat egois untuk menguasai lapangan sendiri. Namun mau bagaimana lagi, lomba sudah di depan mata. Lagi pula dia juga sudah biasa mengikuti ucapan teman-teman satu ekskulnya. Kurang lebihnya, sedikit terpengaruh. Jeleknya Kunigami sih, begitu dia.

~O~

"Hmm, gimana ya???"

Chigiri dan Isagi menatap sosok dihadapan keduanya penuh harap. Sosok bersurai ungu itu tampak memasang raut berpikir sembari mengetuk-ketukkan jemarinya di atas meja.

"Sebenernya ya, jadwal lapangan itu udah pasti adil dan harus disepakati bersama sama. Denger ada yang ngelanggar gini buat gue geram juga."

"Ya kan Re?! Gue sebel banget sama anak basket deh. Buat jadwal semaunya, udah aja mereka bikin sekolah sendiri!" Omel Isagi tak henti-hentinya mengerucutkan bibir. Sebal luar biasa rasanya saat mengingat kelakuan ekskul sebelah siang tadi.

"Iya Sa, gak boleh harusnya mah." Reo mengangguk-angguk paham.

"Tapi ya, seinget gue emang latihan basket lagi padet padetnya. Lomba mereka sekitaran dua mingguan lagi dan sial banget kena gusur sama renov sekolah. Emang agak tai ini kepsek semaunya aja." Keluh Reo ikut sebal.

"Gue gak bisa bantu banyak, Sa bentar Sa jangan emosi dulu!" Reo reflek mengangkat kedua tangannya begitu melihat Isagi yang sudah siap siap mengamuk.

"Reo anying, hayang gelud sia monyed!!!" Amuk Isagi mulai meracau tidak jelas. Chigiri langsung saja menahan tubuh si surai hitam itu dan memukul kepalanya.

"Jangan malu maluin gue Sa, berhenti ngereog atau lo gue seret keluar?!" Ancam Chigiri lebih galak lagi. Isagi menciut dan kembali tenang begitu saja.

"Ah lo mah gak asik Chi," adunya sembari mengelus-elus kepala yang dipukul penuh sayang.

"Bapak lo yang asik! Kebanyakan main sama Memeg sih lo, jadi sinting."

"Eh udah udah, jangan jadi berantem dong, apalagi kalau berantemnya gara gara gue, sorry banget ini..." Reo memasang wajah tidak enak, menghela nafasnya sejenak.

"Gue bilang gak bisa bantu banyak bukan berarti gak bisa bantu, kan?" ujar Reo memastikan.

"Setelah gue periksa, atletik juga bakal ikut lomba bulan depan, ya?? Harusnya kalian ada persiapan lomba dong ya. Cuman karena hari lombanya lebih lama dua minggu jadi kayanya emang harus ngalah dulu sama anak basket—"

"Loh ya gak bisa gitu. Maaf buat bilang begini tapi persiapan atletik itu bener bener baru dua puluh persen, Re. Gue gak bilang atletik itu ekskul yang harus diprioritasin tapi tolonglah buat sama ratain penggunaan lapangan. Ya emang sih ekskul gue gak seberapa,"

"Gak gak, gue gak maksud ke arah sana Chi—" Reo buru-buru meluruskan pernyataan yang diberikan Chigiri, menggeleng penuh sesal.

"Iya, gue paham kok. Cuman gimana ya, agak gak adil aja nih kalau basket dapet lapangan penuh sedangkan atletik enggak. Walau lomba emang duluan mereka cuman kan mereka pasti udah punya persiapan mateng. Beda lah sama atletik yang baru baru serius sejak gue jadi ketua pas tahun ajaran ini, jadi.. ngerti dong kalau ini juga lomba pertama buat atletik dan harus dimantepin."

Chigiri menghela nafas, melanjutkan ucapannya. "Dipikir pikir bener kata lo sih Re, emang tai banget nih kepsek tiba tiba ngerenov sekolah. Kenapa renov lapangan enggak entaran aja, sih?!"

"Ya kan?? Emang tai nih pak Ego!" sahut Reo emosi.

"Pak Ego tuh kepanjangannya Ego(is), yakin seratus persen gue mah." Jelas Isagi menggebu-gebu.

"Reo?"

Ketiganya menoleh, mendapati sosok lelaki menjulang tinggi bersurai putih yang ber raut wajah lesu.

"Udah selesai ngomongnya?" tanya sosok itu memastikan.

Reo hampir memekik kencang namun segera menutup mulutnya. Lelaki ungu ini segera menghampiri si surai putih dan menggandeng lengannya.

"Belum sih, tapi udahan ah. Lama ya nungguinnya??" Reo memasang wajah bersalah, tiba tiba menjadi manis sekali.

"Hm, lumayan lama sampai gim ku tamat." Sosok ini—Seishiro Nagi, mengeluh dengan nada tak bersemangat.

"Sowwy.." sesal Reo. "Yaudah yuk pulang!" lanjut si surai ungu dengan semangat.

"Eh eh, bentar dulu! Terus ini urusan kita gimana??!" Isagi memprotes tidak terima. Keningnya penuh kerutan tanda tanya.

"Besok aja ya Sa??? Nanti gue samperin ke kelas lo deh, sekalian panggil Chigiri juga. Kita diskusiin besok aja ya soalnya ini udah hampir malam. Kasian Nagi udah nungguin gue daritadi, hehe." Reo cengengesan, menarik lengan Nagi yang sedang digelayutinya.

"Duluan ya semua, hati hati pulangnya!" pamit Reo ceria. Meninggalkan Isagi dan Chigiri dengan wajah tertekuk sebal.

"Emang gak papa nunda bahas masalah sampai besok?" tanya Nagi memastikan. Takut-takut kalau urusan yang Reo bicarakan bisa terganggu karena dirinya.

Nagi sih tidak mau kalau ujung-ujungnya nanti disalahkan.

"It's okay! Aku kenal Isa dengan baik, dia gak bakal macem macem kok. Itu sebelahnya Chigiri, kayaknya anak baik juga, cuman agak galak aja."

"Oh," Nagi menanggapi. "Emang bahas apaan, sih? Kok kedengerannya sampai ngumpatin pak Ego gitu?"

"Eh, loh kamu denger?"

"Gak denger dari awal cuman pas aku dateng tadi kalian bertiga lagi asik asiknya ngatain pak Ego. Kupikir urusan kalian udah selesai makanya aku samperin."

Reo menggaruk kepalanya yang tak gatal, tersenyum penuh dusta.

"Sebenernya ya, masalahnya belum nemu jalan keluar. Ini kita lagi ngatain dalang masalahnya aja, hehe."

"Oh." Balas Nagi menanggapi.

Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa urusan permasalah lapangan ini belum ditemukan. Sekian.


•tbc•

+Cast

Mikage Reo
• Bendahara Satu Osis Blue Lock
• 11 Ips 1


Seishiro Nagi
• Siswa pemalas yang tidak mengikuti kegiatan apa-apa di SMA Blue Lock
• 11 Ips 1

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro