Bab 4b
Suara langkah kaki yang terburu-buru membuat keduanya menoleh. Datang dua laki-laki dengan tubuh berpeluh dan memakai topi ke ruangan. Mereka mengangguk ke arah Dante.
"Tuan, ada masalah?"
"Ada apa?"
"Oswaldo datang dengan membawa banyak anak buah, berusaha mendobrak gerbang."
Dante meletakkan sendok dan garpu, mengelap tangan lalu bangkit. "Ayo!" Ia menarik tangan Blossom dan setengah berlari menuju mobil yang terparkir. Dua orang yang menjemput, menaiki motor mereka. Bersama meninggalkan perkebunan menuju district 2.
**
Daisy menggeliat di atas ranjang, selimut melorot dari atas tubuhnya yang putih dengan buah dada yang membusung. Ia meraba perutnya, sedikit kesal karena ada lemak di sana. Biasanya, ia selalu langsing dan rajin berolah raga. Tapi, akhir-akhir ini nafsu makannya tinggi dan membuat berat badannya naik cukup drastis.
Ia menatap Edith yang sedang berpakaian. Setelah percintaan mereka yang lambat dan penuh kasih, laki-laki itu mengatakan harus pergi. Ada klien yang ingin bertemu.
"Jangan lupa, besok makan malam bersama keluargaku."
Perkataan Edith membuat Daisy mengerang. Ia tidak pernah suka dan tidak pernah akur dengan keluarga laki-laki itu. Entah kenapa, saat bergaul bersama mereka ia selalu merasa seperti pecundang yang tidak diinginkan, terlebih sekarang karena sudah merusak acara pertunangan Edith.
"Mereka nggak masalah dengan pernikahan kita?" tanya Daisy.
Edith menoleh. "Nggak ada masalah. Biaya pernikahan sudah disiapkan, nggak ada bedanya."
"Maksudmu, kita tetap menggunakan konsep pernikahanmu dengan Blossom?"
Edith menghela napas panjang, setelah memastikan dasinya terikat rapi, mendekati ranjang dan duduk di samping Daisy yang telanjang bulat. Tangannya membelai lembut perut Daisy yang masih dasar. Selain tubuhnya yang terlihat agak berisi, belum ada perubahan signifikan dari kehamilan Daisy. Perutnya masih rata seperti biasanya. Percintaan mereka pun masih panas.
"Konsepnya kamu yang menentukan, aku hanya bilang soal biaya."
Daisy mendengkus. "Blossom orang yang sederhana, konsep pernikahannya pun sederhana, nggak muluk-muluk. Dia beda denganku. Ingat, Edith. Aku ini artis, banyak kenalan. Bayangkan kalau pernikahanku dianggap biasa-biasa saja untuk standar seorang artis. Bisa-bisa, aku masuk pemberitaan berminggu-minggu sebagai pengantin dengan pesta pernikahan terburuk abad ini!"
Edith mengernyit. "Kamu berlebihan."
"Itu karena kamu selama ini bergaul dengan Blossom. Kamu lihat bukan, bagaimana lingkup pergaulanku. Lagi pula, papamu seorang wakil walikota, kamu seorang pengacara tapi, saat menikah, konsepnya biasa saja." Daisy menyingkirkan tangan Edith dari tubuhnya, melemparkan selimut ke samping lalu bangkit dari ranjang. Dengan tubuh telanjang bulat, berdiri sambil berkacak pinggang, ia berucap dramatis. "Lebih baik kita nggak usah menikah!"
"Daisy, kamu bicara apa?"
"Kalau kamu masih ingin menikah denganku, ingat satu hal, Edith. Aku nggak mau pernikahan yang biasa-biasa saja, apalagi meneruskan konsep Blossom!"
Daisy masuk ke kamar mandi dan meninggalkan Edith terduduk di ranjang. Menghela nbapas panjang, merasakan kepalanya pening. Ia sangat mengerti kalau Daisy keras kepala dengan keinginan menggebu-gebu. Kalau masih ingin menikahi perempuan itu, mau tidak mau ia harus mengeluarkan uang lebih banyak lagi.
Menepuk kasur, ia bangkit untuk mengambil jas dan tas yang ada di atas meja. Tanpa berpamitan, keluar dari kamar. Daisy sudah memegang kunci apartemennya, perempuan itu tahu bagaimana caranya pulang.
**
Blossom ternganga saat dibawa masuk ke district 2. Pintu gerbang hitam dan tinggi membuka lebar, membiarkan mobil yang dikendarai Dante masuk. Ada banyak orang berkerumun di tengah halaman. Perhatian Blossom tertuju pada bangunan berlantai 10 yang terdiri atas beberapa tower. Ia masih sibuk melihat-lihat saat mendengar bisikan Dante.
"Akan ada orang yang membawamu ke lantai dua. Ada Maria di sana. Kalian bisa mengobrol."
Blossom melihat orang-orang yang berkerumun memegang senjata tajam dari piasu hingga parang. Timbul kengerian di dalam dirinya.
"Apa kalian akan bertarung? Ucapnya takut-takut.
Dante tersenyum. "Nggak, tapi kalau pun terjadi pertarungan, aku pastikan tidak akan ada yang mati."
Blossom mengerang, dan Dante tertawa lirih. "Keluarlah, jangan takut."
Saat pintu mobil terbuka, suara teriakan terdengar nyaring. Blossom yang enggan untuk keluar, dihampiri Dante. Tangan laki-laki itu menyentuh lengannya.
"Ayo, jangan takut."
Dua laki-laki mendatangi mereka. "Tuan, kami—"
Dante mengangkat tangan. "Nanti dulu. Kalian antar istriku ke atas."
Keduanya mengangguk. Blossom yang kaget karena dipanggil istri, tidak bisa berkata apa-apa karena rasa takut menguasainya. Ia didorong pergi oleh Dante, dengan enggan mengikuti dua laki-laki yang membawanya ke lantai dua.
Mereka mengetuk kamar paling ujung dan seorang perempuan bertubuh kecil dengan perut bulat membuka pintu. Mata perempuan itu terbelalak saat melihat Blossom.
"Maria, ini istri Tuan Dante."
Maria mengangguk. "Silakan masuk, Nyonya."
Blossom ragu-ragu sesaat, sebelum masuk ke rumah Maria. Pada saat pintu menutup di belakangnya, terdengar ledakan teriakan dari halaman.
Dante berdiri menatap sekumpulan orang-orang yang berdiri beringas sambil berteriak mengancam. Mereka sebenarnya tidak bisa masuk ke areanya kalau bukan karena menyandera salah penghuni district 2 yang kebetulan adalah seorang ibu dan anak. Penjagaan di distrinya termasuk yang paling bagus di kota ini. Meski begitu, kemanusiaan tetap yang utama.
"Yo, Dante. Apa kabar, Bro!"
Dante tersenyum yang tidak mencapai mata. "Oswaldo, penguasan jalanan Selatan. Apa yang membawamu ke tempatku yang kumuh ini."
Oswaldo, laki-laki tinggi dengan rambut ikal pendek dan berkumis, adalah salah satu preman terkenal di kota. Salah satu yang membuatnya terkenal adalah Oswaldo yang sangat ingin menjadi seperti Dante. Sayangnya, ia tidak bisa melakukan itu. Berbanding terbalik dengan Dante yang tidak suka menjadi bawahan orang lain, bahkan penguasa kota sekalipun, Oswaldi justru sebaliknya. Dia sangat dekat dengan kekuasaan dan bukan rasahasia lagi kalau dia sering membantu para pejabat kota untuk melakukan aksi kotor mereka.
Dante tidak menyukainya karena terlalu serakah soal uang, sampai menghalalkan segala cara. Oswaldo membenci Dante dan menganggapnya sok suci.
"Dante, tuanku ingin bertemu dan kamu menolak."
Dante mengernyit. "Tuanmu?"
"Iya, beliau adalah pimpinan dari pejabat tata ruang kota."'
"Ah, orang-orang korup yang berniat membangun hunian murah itu? Hahaha. Kamu punya tuan yang sangat bagus sekali, koruptor!"
"Cih, jangan sok suci, Dante. Semua orang tahu bagaimana kamu mendapatkan uang untuk membiayai hidup dan juga membangun tempat ini. Kamu juga melakukan hal-hal kotor seperti kami, lalu apa bedanya kita?"
Dante meludah ke tanah, menatap Oswaldo dengan puluhan anak buah di belakangnya. Di belakangnya sendiri ada beberapa orang. Ia cukup yakin mampu mengatasi mereka semua tanpa harus bersusah payah.
"Bedanya kita itu banyak Oswaldo, kamu menjual jiwamu untuk pejabat, sedangkan aku, anti bergaul dengan mereka."
"Sombong!"
"Itu adalah nama keluargaku!"
"Jadi, apa kamu tidak tertarik tawaran dari tuan kami?"
Dante mengibaskan tangannya. "Pergilah, jangan mengotori tanahku dengan keringat kalian."
Oswaldo maju, diikuti orang-orangnya. Menggertakkan gigi, ia kembali mengancam.
"Kamu tidak takut kalau mereka marah, bisa meratakan tanahmu ini?"
Dante mengepalkan tangan, bergerak secepat kilat untuk meraih leher Oswaldo dan mencengkeramnya. Senjata di tangan laki-laki itu terjatuh ke tanah. Tidak memedulikan Oswaldo yang mengernyit kesakitan, Dante berbisik.
"Kamu pikir, kamu siapa? Berani mengancamku di rumahku sendiri. Kamu pulang, dan bilang sama tuanku, kalau mereka berani menyentuh rumahku, akan kubalas dengan membakar kota. Camkan itu!"
Dante melepaskan Oswaldo dengan membantingnya ke tanah. "Enyah dari tanahku, sekaraang!"
Tidak ada bantahan, Oswaldo bangkit dari tanah dan menggiring orang-orangnya pergi. Meski begitu, ia bergumam dalam hati akan kembali. Ia suka dengan distrct 2 dan akan berusaha merebut dari tangan Dante.
**
Versi lengkap tersedia di Karyakarsa dan google playbook.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro