Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Shimotsuki Shun

"Fufu~ selamat datang, ojousama~"

Kau mendelik, menghentikan langkah kaki ketika mendapati sosok putih yang terasa familiar. Ia terkekeh pelan, menaruh tangan kanannya di dada kiri sembari membungkuk hormat.

"Oh? Shun yah? Pantesan." Kau memutar irismu malas, lantas kembali berjalan, mencoba mencari tempat yang sesuai seleramu. Menemukan satu tempat yang cocok, dirimu menghempaskan diri di kursi dekat jendela. Agak jauh dari keramaian. Kau pun mulai mengambil menu yang terletak di atas meja, membacanya secara teliti.

"Haha, jahat sekali yah. Bersikap dingin seperti itu pada kekasihmu sendiri," ujarnya masih memasang senyum, berdiri di dekatmu.

Iya, status aja kekasih. Tapi sikapnya malah ke Hajime huh, batinmu menggeram kesal.

"Aku kesini sebagai pelanggan, bukan sebagai kekasihmu tau. Hah, padahal aku datang kesini untuk menghibur diri."

"Fufufu~ maafkan kelancanganku kalau begitu."

Ia terkekeh pelan, sementara dirimu membuka menu, mencoba mencari sesuatu yang cocok dengan seleramu. Cukup lama, hingga mampu membuat sang pemalas itu rasanya ingin balik untuk tiduran di sofa.

Kau berdehem, lalu memperlihatkan menu tersebut kepada Shun. Telunjukmu mengarah pada sebuah makanan. "Beef steak-nya ada 'kan? Aku ingin itu saja."

Yah, padahal ini hanyalah cafe tapi menu makanannya setara dengan restoran besar. Hebat yah.

Shun tersenyum, lalu memperhatikan ke arahmu, dari ujung kaki hingga rambut. "Sepertinya kau terlalu banyak memakai sesuatu yang berwarna gelap hari ini, yah. Pakaianmu saja berwarna hitam lalu kau memesan beef steak yang berwarna cokelat agak ketuaan. Kau kan jarang makan daging. Hm~ apa sedang terjadi sesuatu?"

Rasanya, Shun tengah memojokkanmu. Ia nampaknya tau akan sesuatu yang dirimu sembunyikan. Hah, bagaimanapun juga kau tidak boleh ketauan kalau kau habis pulang dari acara pemakaman karena itulah kau identik dengan warna gelap hari ini. Seharusnya ini menjadi tempat beristirahat tapi sepertinya kau salah pilih tempat.

Shun tidak boleh tau kalau kau sedang berduka hari ini. Ya, kau harus memperlihatkan kesan tegas dan jutek.

"Hm, apa tidak seharusnya seorang butler mengganggu privasi milik pelanggan? Seharusnya kalau kau profesional, urusan pribadi dan pekerjaan dipisahkan. Jadi dapat fokus. Daripada itu, kenapa kau tidak bersama Hajime saja?"

"Fufufu~ apa yang kita lihat disini~? Cemburu~?" goda Shun.

Namun, wajahmu tidak memerah karena malu. Yah, sudah biasa menghadapi sikapnya yang seperti ini jadi kau tidak merasa terganggu. Yang jadi masalah adalah karena dia masih berada di dekatmu sementara kau masih harus mempertahankan kesan tegas nan jutek, tak bisa kelihatan pasrah barang sejenak.

"Sudah, pergi sana ambilkan pesananku, Shun. Atau kulaporkan kalau manajemen cafe ini tidak bagus, hm?"

Kau mulai mengancam, Shun hanya membalasnya dengan kekehan lalu berjalan ke dapur sembari membawa note kecil―pesananmu.

Akhirnya..., batinmu lega.

Kau pun menjatuhkan kepala di atas meja, lalu membuka handphone-mu, menyentuh aplikasi galeri dan menggeser satu persatu foto.

Ia sudah tidak ada. Adikmu sudah tidak ada.

Kau terus-terusan membatin bahwa kehilangannya bukanlah masalah. Orangtuamu cukup prihatin dengan keadaanmu yang nampaknya biasa saja, terlihat tidak terpukul saat menghadiri acara pemakaman tadi. Kau juga melarang agar memberitahu Shun serta teman-temannya karena tidak ingin ia khawatir.

Seharusnya kau tidak datang kesini jika ingin merahasiakan kesedihanmu tapi entah kenapa setelah acara pemakaman selesai, kakimu tanpa sadar membawamu kesini.

Mungkin saja kau ingin menceritakannya pada Shun tapi mulutmu terkatup rapat karena tidak ingin membuatnya khawatir.

"Omataseoya~?" Shun memiringkan kepalanya, sedikit menunduk kemudian memperhatikan dirimu.

"Ah~? Pantas saja kau memakai pakaian hitam, memesan daging dan menyuruhku agar cepat ke dapur―"

"―sejak kapan kau disini, huh?"

Bukannya malah membalas dengan respon yang baik. Kau malah mendeliknya sebal. Shun hanya menggelengkan kepalanya lalu menaruh beef steak-nya di atas meja, lantas merebut handphone milikmu.

"He, hei!" protesmu.

"Kenapa kau tidak mengatakannya padaku secara langsung?"

Kau terdiam. Lalu menunduk. "Tidak, hanya... aku takut saja kalau kau bakal khawatir. Ataupun kau hanya merespon bahwa Hajime lebih penting dari hal ini jadi―"

"Hahaha~!"

Shun tertawa. Lalu menyodorkan sebuah minuman teh. Hm, sepertinya teh putih.

"Memangnya apa yang lebih penting dari melihat kekasihku sedang dalam keadaan berduka, hm~?" Shun tersenyum miring. Lantas kau memalingkan wajah, tidak suka.

"Fufufu~ daripada itu, ayo lebih baik kau minum teh ini dulu. Tenangkan pikiranmu, ojousama~"

"Ah, terimakasih... ngomong-ngomong bukan kau yang membuat masakan juga minuman ini, kan?" tanyamu menyelidik curiga.

Shun mengerucutkan bibirnya. "Tadinya sih karena kau spesial aku ingin membuatkan semua pesananmu sendiri. Cuman Kai dan You melarangnya."

"Oh, baguslah. Aku bisa tenang."

"[Name]-chan, jahat sekali yah~"

Tanpa memperdulikan gerutuannya, kau pun memperhatikan teh putih itu. Hm, mirip Shun. Begitulah kau berpikir sembari terkekeh dalam hati kemudian meminumnya dengan damai. Melupakan sedikit rasa duka yang memenuhi relung dadamu.

Sepertinya hatimu yang tengah gelap dicerahkan bersamaan dengan meminum teh putih itu, mungkin.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro