Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Page 4

.
.
.

The moon is beautiful, isn't?❞

Terlalu banyak hal yang terjadi, Kumiko beralih sisi, perang antar dua kerajaan di jaman batu, hingga Tsukasa yang berada di ujung kematian akibat pengkhiatan Hyouga. Sang gadis berambut biru muda tersebut merasa menyesal karena tidak bisa berbuat apa-apa ketika tombak khas milik Hyouga menikam dada teman masa kecilnya, mencoba melindungi Mirai.

Primata terkuat SMA tersebut tengah berada di ujung tanduk kehidupan, mencoba bertahan hidup di atas minimnya peralatan. Senkuu sendiri bahkan mengatakan kalau Tsukasa tak akan bertahan lama jika pemuda itu tidak dibekukan dan kembali mengalami petrifikasi. Tentu saja, setelah berbicara empat mata, pemuda berambut putih dengan shade kehijauan itu membiarkan mereka berdua menikmati waktu terakhirnya.

Di sinilah mereka berdua sekarang, dengan Tsukasa terbaring lemah dan Kumiko yang tengah duduk di sampingnya seraya menatap ke luar goa. Helaian rambut biru muda tersebut terlihat indah di bawah sinar rembulan yang remang. Sementara iris biru sang gadis memancarkan cahaya redup akibat gelapnya malam.

Kumiko membuka mulut, menyuarakan hal yang mengganggu pikirannya sedari tadi, "Tsukasa, apa yang membuatmu berubah?"

Ada jeda sejenak, hening melanda, sebelum ia kembali mengangkat suara dan memasang cengiran.

"Hehe, lupakan! Di malam seperti ini, kita harus membuat suasananya menjadi lebih ringan, ya!"

Kerjapan pelan Tsukasa berikan sebelum memberikan jawaban, menyadari sirat paksaan dari nada sang gadis. Tsukasa mengulas senyum lembut seperti biasa kepada Kumiko. Lalu dengan cepat, ekspresi tersebut berubah menjadi serius.

"Kau ingin tahu kenapa aku melakukannya? Itu semua karena aku tidak ingin dunia yang kotor ini malah menodai kau dan Mirai," balas Tsukasa.

Benar, mereka berdua telah berubah di jalan masing-masing. Meskipun berada di bawah naungan langit yang sama, sudut pandang mereka ketika menatap indahnya rembulan sangatlah berbeda. Helaan napas Kumiko berikan, lalu ia mengambil tempat dan berbaring tepat di samping Tsukasa.

Pemuda berambut cokelat tersebut seketika tak mengerti akan tingkah Kumiko. Iris gadis itu menatap ke arah langit yang menampakkan bulan purnama.

"Sayang sekali, sekarang ini bukan musim gugur. Tapi, bulannya indah, bukan? Lain kali, apa kau mau pergi menikmati tsukimi kita yang tertunda dulu?" tanya Kumiko dengan tawa riang. Tak menyadari maksud dari perkataannya sendiri lalu kembali menyambung kalimatnya, "bersama ... Mirai."

Tsukasa mengangguk kecil, meskipun rasa sakit menjalar di seluruh tubuhnya. Iris cokelat miliknya tersebut tak lepas dari menatap sang gadis.

"Hm, kau benar. Dan untuk ajakanmu, tentu saja dengan senang hati kuterima, Kumiko ... bersama Mirai."

"AHー"

Sontak, gadis itu terbangun dari kegiatan baringnya. Lantas melemparkan tatapan penuh tuntutan kepada Tsukasa, membuat pemuda itu hampir saja terkena serangan jantung. Ia mendekati Tsukasa, namun tidak menyentuh badannya sama sekali karena ia tahu kalau teman masa kecilnya tersebut tengah kesakitan.

Iris biru itu seketika dipenuhi sirat serius, "Tsukasa! Apa ... tidak bisa aku saja yang membunuhmu?"

"Tidak, tidak boleh. Harus Senkuu yang membunuhku. Aku tidak ingin kau mengotori tanganmu. Lagipula, aku pernah membunuh Senkuu, jadi aku berutang padanya. Anggap saja ... aku sedang melunasi utangku."

Kumiko terdiam, amarah memenuhi dadanya, namun ia tahan. Lantas, gadis itu membalikkan badan dan memeluk kedua kakinya. Tak berani menatap Tsukasa, "Kau akan menepati janjimu ... 'kan?"

"Ya."

"Dan kau bahkan menyuruh Ukyo untuk menjagaku selama kau tidak ada?"

"Ya. Tapi sebagai gantinya, aku minta tolong kau untuk ... menjaga Mirai. Hanya saja, kau tidak boleh mengorbankan nyawamu apapun taruhannya."

Sang gadis berdiri, membiarkan kedua kuncir rambutnya tergerai sempurna. Wajah putih pucat bagaikan boneka itu terlihat menahan emosi. Dunia merubah sosok di hadapannya yang tengah berbaring, membiarkan si pemuda tumbuh ke dalam kegelapan yang dalam. Sementara Kumiko dibiarkan hidup dalam cahaya yang palsu, membuat mereka berdua tahu dengan pasti bagaimana kejamnya sisi dunia.

Kumiko mengangguk, kemudian mengulas senyum seperti biasa. Lalu ia berjalan menjauh, ke luar dari goa dengan tak bersuara sama sekali, hanya langkah kaki saja yang terdengar.

Menyadari selesainya obrolan mereka berdua, Senkuu masuk. Kembali memulai percakapan empat mata di antara kedua pemimpin kerajaan. Lantas, setelah membunuh Tsukasa, Senkuu memasukkannya ke dalam kotak yang bersuhu dingin tinggi. Entah apa namanya itu, Kumiko tak bisa mengingat dengan jelas.

"Tenang saja, ia pasti akan selamat karena kita akan menemukan cara untuk menyelamatkannya," ujar seorang pemuda bertopi kuning seraya mencoba menenangkan Kumiko. Ukyo namanya, sang penyelamat Kumiko, ketika ia ditahan di dalam goa bersama Chrome karena lebih memilih untuk berada di sisi kerajaan sains dan melakukan aksi penyerangan.

Helaian rambut biru muda tersebut teracak. Kumiko mengangguk kecil lalu memeluk Mirai yang berada di samping Ukyo dan mulai memejamkan mata. Tak ada air mata atau emosi di ekspresi gadis itu, hanya ada kelelahan.

Sang gadis hanya ingin beristirahat setelah kehilangan sosok Tsukasa dan juga karena belum menemukan keberadaan kakak angkatnya.

.
.
.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro