Page 2
.
.
.
❝Mimpi itu lagi.❞
Tsukasa terbangun masih dalam posisi duduk di singgasananya. Sudah cukup lama ia tidak mengingat memori lama yang ia miliki, teman masa kecil yang diadopsi oleh tetangga mereka karena ia tidak bisa melindunginya. Rasa frustasi menghampiri Tsukasa sejenak, ia menaruh tangannya di atas dahi seraya menyipitkan mata. Kemudian, setelah dirasa telah menetralkan diri, Tsukasa bangkit dari tidur siang, menampakkan sore hari.
Beginilah sosoknya sekarang, sebagai pemimpin yang berwibawa dan tangguh. Berbanding terbalik dengan dirinya yang lemah seperti dahulu. Tsukasa berjalan ke luar dari goa, menatap kerajaan yang tengah ia bangun, dunia baru akan segera terlahir di zaman batu ini. Ia memutuskan segera pergi ke goa dimana dia mendapatkan bahan untuk membuat revival fluid.
"Tsukasa-chan," panggil Gen yang datang dari arah hutan, nampaknya telah selesai dengan aksi mata-matanya akan menemukan keberadaan Senkuu. Tsukasa melemparkan perhatian kepada pria itu.
"Ada apa, Gen?"
"Ingat saat kau bilang jika salah seorang di antara kita menemukan patung yang memiliki hairpin x dengan model rambut lurus?"
"Hm. Tentu saja aku ingat, aku yang memberikan perintah pada kalian," balas Tsukasa seraya mengangguk kecil sebagai dukungan dari nada baritonnya.
Gen mengulas senyum kikuk dengan sedikit keringat dingin, "Y-yeah, soal itu ... saat sedang balik dari tugasku, aku menemukan sosok yang sama persis dengan deskripsimu. Aku tidak tahu warna rambutnya apa karena ia masih dalam keadaan terpetrifikasi. Namun, mungkin kauー"
Iris Tsukasa melemparkan tatapan penuh selidik pada Gen, membuat Gen menghentikan obrolannya karena tertekan sejenak. Tapi, beberapa detik kemudian pemuda yang dijuluki primata SMA terkuat itu menyunggingkan senyum kecil. Lantas, ia menepuk pundak Gen dengan pelan lalu berujar, "Kerja bagus. Aku akan mengecek apakah itu benar dia. Kalau benar, kualitas kerajaan kita bisa meningkat."
Gen terdiam, menyadari raut Tsukasa berubah menjadi sedikit lembut. Seketika, bulu kuduk Gen merinding. Dalam keadaan yang sama pula, Gen merasa ada yang tidak beres.
'Meningkat, huh? Memangnya apa yang bisa gadis itu lakukan dalam keadaan dunia batu seperti ini? Ia terlihat bukan seperti tipe petarung,' batin Gen.
"Baiklah, kalau begitu, aku akan memimpin jalannya."
"Hm, tolong."
Tsukasa dan Gen berjalan menuju tempat tujuan. Di dalam hutan, di sebuah pohon besar, sebuah patung gadis yang kira-kira memiliki tinggi 148 cm tersebut tengah memeluk dirinya sendiri. Deskripsinya sama persis seperti apa yang Tsukasa bayangkan, meskipun rambut gadis itu telah mencapai bahu dan ekspresinya tak kaku lagi.
Lengan Tsukasa mengelus kepala patung itu, lalu sampai pada hairpin-nya. Entah keajaiban apa, tapi hairpin tersebut tak hancur sama sekali meskipun ditelan waktu.
Rasa nolstagia, Tsukasa menahan tangisnya, mungkin saja perasaan terharu. Ia masih sadar kalau ada sosok Gen di belakang punggungnya. Dengan hati-hati, Tsukasa mengangkat patung tersebut, berusaha agar tidak ada bagian yang pecah.
"U-uhm, Tsukasa-chan?" panggil Gen yang merasa seperti menjadi obat nyamuk. Gen merasa kalau gadis tersebut memiliki kaitan erat dengan pemuda di hadapannya, "profesi gadis itu apa?"
"Mungkin sekitaran tahun ini, ia telah masuk SMA. Untuk talent, kau bisa melihatnya sendiri setelah ia kubangkitkan."
"E-eh?! Kau akan menunda list yang lain?"
"Benar."
Rasa shock menghampiri Gen. Benar dugaannya, Tsukasa dan gadis itu memiliki sesuatu yang erat. Kita berbicara tentang Tsukasa, pasti butuh alasan mengapa ia menunda list kebangkitan yang lain. Sementara sosok patung yang terlihat lemah itu malah diprioritaskan.
Tsukasa dan Gen kembali ke kerajaan, lalu berjalan menuju tebing tempat para patung yang menunggu kebangkitan ditempatkan. Homura dan Minami juga berada di sana setelah Tsukasa menyuruh salah satu di antara mereka berdua membawa pakaian untuk sang patung. Seperti biasa, patung tersebut di taruh di atas, tempat yang lain saat akan dibangkitkan.
Revival fluid yang tersisa satu itu dituang di atas kepala sang gadis di bawah bulan purnama, membuat retakan demi retakan terjadi.
Helaian berwarna biru muda yang unik serta iris biru tua segelap samudra. Gadis itu mengerjap perlahan, badannya telah ditutupi oleh pakaian panjang berwarna abu-abu. Sementara di bagian lehernya, ada tanda petrifikasi berbentuk W yang tak sepenuhnya lepas. Bibir sang gadis membuka, "Huh?"
"Selamat datang kembali, Kumiko. Waktu yang lama, bukan?" sapa Tsukasa sembari mengulas senyum penuh kemenangan.
Raut kebingungan terpampang jelas di wajah Kumiko, gadis berhelai rambut biru tersebut. Ia memiringkan kepalanya, kemudian kembali mengangkat suara, "Maaf, kau siapa? Sepertinya aku belum pernah memberitahukan namaku padamu."
"K-kau tidak kenal dengan Shishio Tsukasa?!" seru Gen dan Minami hampir bersamaan.
"Shishio Tsukasa? Hehe, maaf, aku tidak kenal dengan yang namanya itu. Oh, tapi kalau kalian berbicara soal Tsukasa teman masa kecilkuーaku ingat, kok!"
Kumiko menengadahkan kepalanya, menelisik wajah pemuda di hadapannya. Lantas ia kembali berbicara sembari menunjuk, "Kalau dipikir-pikir lagi, wajahmu mirip ... dengan Tsukasa-kun. Tapi, rambutmu terlalu panjang!"
'Teman masa kecil yang cari mati?!'
"Hm, begitu ternyata. Aku belum pernah memperkenalkan diriku secara lengkap pada saat itu, ya. Benar, Kumiko. Aku Shishio Tsukasa, teman masa kecilmu," ujar Tsukasa sembari menyamakan tinggi dengan Kumiko yang saat ini tengah duduk. Ia mengelus kepala Kumiko secara lembut, "bisakah ... kau meminjamkan kekuatanmu pada kerajaan ini? Simple-nya hanya membuat kerajaan ini bisa tersenyum. Jangan khawatir, kau akan diajari oleh Gen mengenai sistem di sini."
Iris Kumiko melirik pada deretan patung-patung berwajah sangar dan berbadan kekar, lalu ke arah Gen. Seolah tahu kalau pria berhelai rambut hitam putih tersebut adalah yang dimaksud oleh Tsukasa. Sekilas, cahaya di iris Kumiko menjadi gelap, membuat Gen menegak saliva sejenak, namun dengan cepat gadis itu menampilkan cengiran dan berdiri.
Kumiko mengulas senyum dan menutup matanya.
"Aku kurang mengerti dengan situasinya saat ini. Namun, aku bersedia membantu!"
Tsukasa tersenyum, bangkit dan berjalan pergi meninggalkan tebing. Minami mengikutinya, sementara Homura telah lama pergi untuk bersama dengan Hyouga. Bersisa Gen dan Kumiko.
"Kami berubah, huh. Tak seperti dulu lagi," gumam Kumiko. Ekspresinya menjadi sedikit gelap, tak menampilkan senyuman seperti tadi.
"Tak kusangka Tsukasa-chan itu punya teman masa kecil. Padahal dia bilang kalau Senkuu-chan itu bisa menjadi teman pertamanya."
Gen ikut bergumam, yang tentunya tak didengar oleh sang gadis.
Kumiko menoleh, melemparkan perhatian pada Gen seraya mengeratkan pakaiannya. Ia merasa sedikit tidak nyaman karena kedinginan, lantas mengabaikan untuk sejenak dan mulai bertanya, "Asagiri Gen, ya? Apa kau tahu Akasaki Naoto?"
Iris Gen membulat ketika mendengar nama itu. Gen mengulas seringai, sementara Kumiko menampilkan cengirannya, seolah sadar pada topik khusus yang akan mereka berdua bicarakan. Bersyukurlah, intuisi Gen tidak salah, gadis di hadapannya ini dapat dijadikan sekutu kerajaan sains.
Apa yang terjadi?
Bagaimana keadaan dunia saat ini hingga Tsukasa bisa sampai seperti itu?
Negosiasi agar Kumiko dapat berpihak kepada mereka, kerajaan sains.
Adalah tiga hal utama yang akan mereka berdua diskusikan saat ini.
.
.
.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro