Page 1
.
.
.
❝That night, everything's change.❞
Sosok pemuda kecil dengan helaian rambut cokelat tengah berdiri, irisnya menatap sendu pada adiknya yang berbaring lemah tanpa kesadaran. Sementara, seorang gadis berhelai biru muda juga ikut berdiri di samping pemuda tersebut, seolah ikut merasakan apa yang sedang dirasakan oleh teman sepermainannya.
Tsukasa, nama pemuda kecil itu. Ia mengepalkan tangan dengan erat, mengutuk segala kesialan yang telah terjadi. Lengan kecil milik Kumiko, sang gadis berambut biru, mencoba menggenggam tangannya. Kumiko tidak banyak bicara, hanya melemparkan kode melalui tatapan matanya. Mungkin saja, efek karena sering dipukuli oleh sang ayah membuat ia enggan untuk bersuara.
"Benar juga, aku harus berhenti menangis, bukan? Aku punya ide, bagaimana kalau kita mengumpulkan kerang untuk Mirai?" usul Tsukasa seraya memaksakan senyum kecil, kemudian melanjutkan, "dengan begitu, Mirai akan senang, 'kan?"
Sang lawan bicara hanya mengangguk sebagai jawaban. Mereka berdua pun beranjak keluar dari kamar pasien, melewati koridor saat semburat-semburat oranye mulai muncul di langit, berjalan menuju pantai. Untung saja, letak pantai dan rumah sakit tak jauh, mereka berdua dapat sampai dengan berbekal puluhan menit.
Tsukasa mulai mengumpulkan kerang, bersama dengan Kumiko. Tsukasa merasa bersyukur, ada seseorang yang dapat menemaninya dalam kesusahan hidup ini.
"Tsukasa-kun," panggil Kumiko dengan suara kecil, suaranya sedikit bergetar.
Pemuda kecil itu menoleh ketika mendengar namanya dipanggil oleh suara yang lucu. Kumiko mulai menarik tangannya lalu berlari, membuat Tsukasa kebingungan akan tingkah gadis tersebut yang sangat tiba-tiba. Tsukasa menahan Kumiko, seolah meminta penjelasan dari raut wajahnya, membuat langkah kaki mereka berdua terhenti seketika sembari bertanya, "Tunggu, Kumiko? Ada apa?"
Gadis berhelai rambut biru muda tersebut tak membalas sama sekali, malah berjalan ke belakang Tsukasa dan merentangkan tangannya seolah mencoba untuk melindungi ia. Bau alkohol kian mendekat, membuat Tsukasa menengadah dan membulatkan irisnya.
Bugh!
Kumiko terpental dari hadapannya, membuat amarah Tsukasa memuncak. Namun, Tsukasa tak bisa melawan. Ditambah, kerang-kerang yang Tsukasa kumpulkan menjadi hancur akibat pria paruh baya yang memukul mereka berdua sembari meneriakkan kata-kata tak mengenakkan.
"Beraninya kalian berdua! Memangnya pantai ini milik kalian, hah?!" seru pria paruh baya tersebut, tak memperdulikan bau alkohol yang menguar dari tubuhnya.
Setelah puas memukuli mereka, pria tersebut berjalan menjauh. Lebam di badan Tsukasa tak sebanding dengan apa yang di hadapannya; gadis berambut biru yang telah terkulai lemah serta kerang-kerang untuk Mirai. Sore itu, sedikit demi sedikit dendam Tsukasa makin tertumpuk kepada dunia.
Ia mencoba bangkit, membereskan kerang-kerang yang telah hancur seraya menahan tangis. Kemudian, lengan kecilnya mengelus helaian rambut berwarna biru muda tersebut dengan pelan. Kumiko terbangun, akibat elusan itu, lalu melirik ke arah Tsukasa.
Gadis itu membuka mulutnya, "Kau ... tidak apa?"
Kali ini, Tsukasa tidak tersenyum. Ia merasa kecewa dan kesal karena tidak bisa melakukan apa-apa. Tsukasa membalas, "Hm, tidak apa. Daripada itu, apa kau bisa berdiri?"
Kumiko mengangguk, lalu mencoba berdiri meskipun tangan dan kakinya bergetar serta dipenuhi lebam. Melihat pemandangan di hadapannya, Tsukasa segera memasukkan kerang-kerang ke dalam saku celananya lalu berjongkok dengan sebelah kaki.
"Cepat naik. Kurasa kau tidak akan sanggup berjalan sampai ke rumah sakit jika seperti itu," titah Tsukasa seraya memberikan punggungnya.
Tanpa basa-basi, meskipun merasa tidak enak, Kumiko menuruti perintah Tsukasa. Ia naik di punggung pemuda kecil itu lalu melingkarkan tangannya di leher Tsukasa.
Malam itu, di bawah bulan purnama, Tsukasa bersumpah pada dirinya sendiri, memberikan penekanan, "Aku akan melindungimu dan Mirai, walaupun nyawaku yang menjadi taruhannya."
.
.
.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro