Due
Sudah lewat beberapa minggu sejak Feliciano menyelamatkanku dari hujan hari itu. Dan kami jadi makin akrab saja. Dia sering membantuku waktu kelas melukis, bahkan aku memanggilnya Feli sekarang.
Tentu saja, Feli sangat berbakat. Dia bisa menyelesaikan sketsa untuk proyek melukis tahun ini hanya dalam waktu kurang dari tiga hari. Sedangkan aku ....
"(Name) mau melukis apa?"
Kuhiraukan pertanyaan Feli. Aku terlalu fokus pada kanvas putih yang masih setengah kugambari dan foto suasana piazza di ponselku yang rencananya akan kujadikan model.
"Palazzo Vecchio?" tanya Feli.
Aku menggaruk dagu. "Uhm ... karena aku melewatinya setiap hari, kupikir bakal mudah digambar. Tapi aku agak kesulitan ...." Kutunjuk bagian menara yang masih berupa bentuk persegi panjang di kanvas. ".... Terutama bagian menara jam ini."
Feli mengamati sketsa setengah jadi Palazzo Vecchio--balai kota, pada kanvasku. Kemudian dia beralih menatapku, seolah sedang mencari kemiripan antara wajahku dengan sketsa setengah jadi.
"Hmm~ mungkin gambar begini memang kurang cocok buat (Name)," kata Feli.
Aku jadi agak tersinggung. "Mengapa begitu?"
Feli menggeser kanvas miliknya di sebelahku. "(Name), coba tebak aku gambar apa?"
Aku menatap sketsa hitam putih itu. Sebuah jalanan lebar yang membelah gedung-gedung di sisi kanan kirinya. Kemudian, kusadari itu bukan jalan, itu sebuah kanal, Feli menggambar beberapa gondola di sana. Ada tiga orang di gondola terbesar.
"Ini Venesia, 'kan?" tebakku.
"Tepat," timpal Feli. "Waktu kami kecil, kakekku sering membawa aku dan kakak jalan-jalan dengan gondola. Waktu itu menyenangkan sekali, jadi aku ingin mengabadikannya ke dalam lukisan."
"Kamu menggambar ini hanya berdasarkan ingatan?" tanyaku takjub, karena sketsa itu kelihatan detil sekali.
Sepertinya Feli jadi agak tersipu. "Hehe ... tidak sesusah kok."
"Makanya (Name) juga harus coba," katanya lagi. "Tidak perlu memaksakan diri menggambar sesuatu yang asing buatmu, gambarlah apa yang paling kamu sukai, yang paling dekat denganmu."
"Sesuatu yang dekat denganku ...." renungku.
"Misalnya, (Name), 'kan dari Jepang," timpal Feli. "Cobalah menggambar sesuatu yang paling kamu suka dari negerimu."
Sesuatu yang paling aku sukai dari Jepang? Entahlah. Ada begitu banyak hal. Aku bisa saja menggambar gunung Fuji, atau jalanan menuju kuil dengan tori, tapi hal-hal itu terlalu biasa.
Meski begitu, saran dari Feli memberiku sedikit pencerahan. "Aku mengerti, akan kucoba lagi mencari sesuatu yang paling dekat denganku. Terima kasih Feli," kataku.
"Sama-sama, aku senang kalau kamu senang," balas Feli.
Aku menghapus foto Palazzo Vecchio di ponselku. Aku sudah tidak membutuhkannya.
-----
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro