Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Longing on A Holy Night (2)

.

.

.

Kami kembali ke dalam ruangan dan mendapati tiga orang tadi masih saja makan dan berbincang ringan.

"Kalian lama sekali. Aku habiskan dagingnya, nih!" protes Satsuki-chan sambil menyapa kami berdua.

"Maaf, maaf. Habisnya perutku tak bisa kompromi."

Aku hanya mengasal begitu agar tak ditanya. Lagipula, sepertinya tadi Tetsuya-kun tak melihat perbuatanku tadi dengan orang yang tak dikenal.

Ah, bukan saatnya memikirkan itu. Pikirkan yang lain!

"Ngomong-ngomong, kalian berdua ada petunjuk atau kenal dengan penjaga permata lain?"

Tetsuya-kun yang ditanya pun diam dan melirik pada sang rekan, sebelum diberitahukan.

"Aku tahu dia ada di mana."

Kami bertiga menatapnya, penuh harap. "Benarkah??"

"Tapi hanya dia dan Kuroko yang harus ikut denganku."

Taiga-kun menunjuk padaku yang sedikit terdiam. Satsuki-chan terlihat keberatan tapi sepupu tertuaku malah diam membisu.

Tunggu, kenapa kedua sepupuku tak boleh ikut? Ada apa ini?

Apakah Taiga-kun akan melakukan sesuatu padaku? Perasaanku sedikit tak enak. Tapi tak boleh berprasangka buruk, tidak baik. Dia takkan melakukan hal seperti itu juga, kok!

Riko-Oneechan menghela nafas, "Ya sudah... Memang tak ada pilihan lain. (Name)-chan, tolong kau pergi dengan mereka. Cari penjaga lain secepatnya."

Mau tak mau, karena dimintai tolong begitu maka aku tak bisa menolak.

Dari situlah, kami semua sepakat kalau aku, Tetsuya-kun, dan Taiga-kun akan mencari penjaga ketiga.

.

.

.

Pelajaran hari ini dipindahkan ke perpustakaan dikarenakan sekalian mengambil data yang tersedia. Aku masih ingat soal peristiwa yang hampir membuatku terbunuh waktu itu.

Sampai sebegininya, padahal aku hanya ingin hidup dengan tenang, dan menjalani hidup yang lebih baik.

Dewa memang kadang suka main-main nasib hambanya. Kesalnya dalam hati.

Sambil aku mencari buku referensi akan kandungan bahan sulfur, terlihat kalau dua teman sekelasku membaca sesuatu sambil terkikik. Mereka berada di sesi majalah yang agak jauh dari rak penelitian.

Karena penasaran, aku mendekati keduanya.

"Kalau baca, jangan berisik. Nanti dosen bisa menegur."

Mendengarku mendekat, salah satunya malah melambaikan tangan agar aku bergabung.

"Tidak, bukan itu. Habisnya majalah edisi bulan ini diisi oleh dia, (Last Name)-chan. Lihatlah."

Aku mengernyitkan mata saat melihat majalah baru yang ditampilkan.

"Siapa, artis?"

Keduanya terkejut.

"Kau tak tahu sama sekali soal dia??"

"Tidak. Memangnya dia siapa?" tanyaku, membuat keduanya memandang maklum karena aku kurang update.

"Dia itu model yang mulai naik daun, lho." Salah satunya yang berpita putih menyahut.

Sementara yang berambut pendek sebahu dan keriting pun menyambungkan, "Kudengar dia cukup terkenal di tempat asalnya, tampan pula. Namanya Kise Ryouta."

Teman sekelasku memberikan majalah yang dimaksudkan, dan aku menerima dengan memeriksa dulu apa yang tertera.

Namun saat aku melihat sampul majalah tersebut, sontak aku merasa satu keping puzzle telah terpasang di otakku.

Mataku menelusuri rupa dari sang pengisi sampul modern tersebut. Makanya mengapa wajah orang tersebut terasa familiar, ternyata dia adalah seorang public figure.

"Kise Ryouta, toh..."

Namanya hanya bergema di dalam pikiran, memasang keping puzzle lainnya saat menelaah peristiwa kemarin.

"(Last Name)-chan, kau baik-baik saja?"

"Ah, iya. Ini, aku tak terlalu tahu soal fashion. Kalian berdua jangan lupa catat laporan untuk tugas."

"Tentu saja~"

Pantas saja kalau orang itu kabur dari fans.

Menjadi terkenal merepotkan juga, pikirku sambil mengembalikan majalah kepada keduanya sebelum pergi ke rak lain.

Lebih baik aku pergi mengurus tugasku dan menyerahkannya pada dosen secepatnya.

Skip

.

.

.

Mukaku serasa tak ada ekspresi lagi. Sementara aku duduk, dua orang di depanku ini malah berdiri walau ada tempat duduk kosong di kedua sisiku. Baguslah jika memang ada rasa malu.

Memang benar: sepulang kelas kuliah, kami bertiga pergi ke distrik Kanagawa untuk mencari penjaga berikutnya. Tapi tanpa persiapan matang, kami terpaksa harus patungan membeli tiket untuk stasiun tujuan. Kami harus buru-buru karena kereta akan berangkat saat itu juga. Sungguh nasib kami kenapa dipersulit begini, Dewa sekalian?

Rel berderu saat kereta meluncur diatas penuh raungan dari mesin diesel, pemandangan dengan sangat cepat berganti di luar jendela, membuatku sedikit melamun sebelum mendengar Taiga-kun menyahut.

"Kuroko, kau yakin dia ada di sana?"

Hal ini membuatku mengernyitkan dahi, cukup kesal karena aku ingat sekali kalau dia yang bilang bahwa tahu dimana orang itu berada.

"Bukannya kau yang bilang tahu di mana dia? Kenapa malah bertanya balik?"

"Aku hanya memastikan saja. Kenapa kau sewot sekali, sih? Kau dendam karena aku tak patuh padamu?"

Bedebah ini, aku akan membalasnya nanti!

"(Last Name)-san, Kagami-kun, tenanglah. Iya, aku yakin sekali. Dia pasti masih ada di sana. Kawasan itu adalah wilayahnya jadi tak mungkin berpindah tempat."

Berpindah tempat? Apakah keturunannya berpindah sampai Taiga-kun tak yakin?

Aku sendiri pun juga tak yakin, namun yang pasti bahwa aku takkan menyerah dalam mencari penjaga itu.

Maka dari itu, perjalanan mencari penjaga ketiga pun berlanjut dengan aman.

Untuk sementara ini.

.

.

.

To Be Continued

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro