Ainamida Princess (2)
.
.
.
Universitas Teikou.
Percaya atau tidak, aku adalah salah satu mahasiswinya—dan aku sangat beruntung bisa masuk kesini. Universitas ini mempunyai kredibilitas yang tinggi dan terhormat, dan aku bersyukur bisa masuk untuk mengemban ilmu di universitas terpandang tersebut. Sekarang sudah semester dua telah terlewati sejak aku masuk ke tempat ini.
Jurusanku disini adalah Dasar Pendidikan Kriya Logam alias DPKL. Keren 'kan?~
Biasanya berkaitan dengan perhiasan, emas, metal, juga bahan berat lainnya seperti membuat patung batu dan benda skluptur lainnya. Walaupun jurusan ini banyak sekali laki-laki, banyak perempuan juga yang kuliah di jurusan ini karena ingin bisa merias diri dan punya toko perhiasan sendiri. See?
Tapi aku bukan seperti mereka. Aku hanya tertarik pada batu mulia. Entah kenapa, tapi aku selalu menyukai batu-batu berkilauan itu—seakan melihatnya saja sudah membuat hatiku senang.
Sangat indah dan tanpa celah.
Seperti sekarang ini, aku sedang mengamplas batu mulia untuk penelitian tugas di laboratorium, dan aku tengah berada di pelajaran kelas praktek Kriya Logam saat ini.
"Hm... Sepertinya perlu dilicinkan lagi." gumamku kecil dan mengamplas lagi batu mulia yang berukuran sedang tersebut. Kuambil amplas penghalus, dan dengan teliti aku melicinkan lagi batu mulianya.
Batu kali ini adalah biji berlian biasa dengan tingkat kemurnian sedang.
Setelah beberapa kali pengamplasan dan penghalusan, akhirnya batunya mengkilap. Senyumku mulai mengembang dan segera meneliti zat yang terkandung di dalam batu mulia sebelum mencatatnya di buku catatan.
"Baiklah, sekarang sample yang kalian catat itu kalian bisa simpan di tempat penyimpanan. Waktu kita sudah habis. Sampai jumpa di lain hari." Bapak guru berambut uban itu berujar dan semuanya membungkuk hormat—sebelum orang yang berusia lima puluh dua tahun tersebut pergi dari laboratorium DPKL.
Sekejap, suasana mulai ramai dan banyak yang menyimpan sample milik mereka di kotak penyimpanan, lalu melepas jas lab sebelum menggantungnya di tempat yang tersedia.
Aku menghela napas setelah melakukan itu semua, dan mengambil buku catatanku di meja sebelum melenggang keluar dari ruangan laboratorium tersebut.
"Ah, rasanya lelah sekali untuk hari ini. Aku tak tahu kenapa—padahal ini hari ulang tahunku." gumamku pada diriku sendiri sambil berjalan menuju kafetarian kampus. Banyak mahasiswa kelaparan yang langsung menuju ke arah tempat ini untuk mengganjal perut mereka setelah jam kuliah yang cukup menyita waktu. Suasana yang cukup ramai di wilayah kafetarian memang sudah seperti ini jadi mohon dimaklumi saja.
Aku berjalan menuju meja yang masih tersisa roti melon dan membayarnya setelah mengambil satu bungkus, kemudian aku berjalan menuju tempat duduk dan meja kosong yang muat untuk didudukki oleh dua orang, tapi tak aku pedulikan. 'Kan itu kosong.
Kutaruh tasku di kursi satunya dan merogoh ke dalamnya. Kuambil laptop dan menaruhnya di meja. Sambil duduk di kursi satunya lagi, aku menyobek kemasan roti dan sedikit memakan rotinya—tangan kiriku membuka lipatan laptopku dan menyalakannya.
Aku menghidupkan koneksi jaringan internet dan mulai surfing di dunia maya dengan beberapa situs yang aku tahu.
"Oh, ada cerita baru. Sudah update ya..." pikirku sambil menyomot roti melon yang kumakan setengah bagian. Jemariku bergeser di touchpad, mengarahkan panah yang berada di layar monitor menunjuk ke link yang menuju suatu halaman situs novel web untuk fiksi, setelah termuat seluruhnya—aku pun mulai membaca dengan anteng.
Beberapa kali aku tersenyum sambil membaca kalimat demi kalimat di setiap cerita, tapi saking konsentrasinya—
"(Name)-chan!"
"Uwah!!"
Aku langsung kaget, tak menyangka ada tangan yang menepuk pundakku.
Sialan, siapa yang mengagetkanku, hah?!
Kulihat ke belakang—dan sepersekian detik kemudian, mukaku langsung cemberut.
Orang ini...
"Shuuzou-senpai, bukankah sudah kubilang untuk tidak mengagetkanku seperti itu?"
Ya, dialah yang mengagetkanku. Seorang pemuda yang jelas lebih tinggi dariku, dengan rambut hitam eboni, kulit kuning langsat dan badan yang bagus, serta paras yang cukup tampan. Cukup.
Kuperkenalkan pada kalian. Nama lengkapnya Nijimura Shuuzou, umurnya 19 tahun, dan sekaligus dia adalah kakak kelasku di jurusan DPKL. Dia yang suka membantuku untuk pekerjaan dan juga tugas sulit dari dosen, dan para dosen juga menghormatinya karena dia orang penting di universitas—ketua Komite Mahasiswa. Dia juga punya posisi kapten basket di universitas ini dan menjuarai beberapa turnamen, sesekali aku melihatnya latihan sepulang kuliah. Bagiku, dia adalah panutanku.
Tapi aku harus memberitahu kalian sesuatu yang penting tentang dirinya!
Jangan.
Pernah.
Menyepelekan.
Orang.
Ini.
Karena dia bisa menghajarmu sampai babak belur dengan tangan kosong dalam hitungan detik. Dia sangat sadis jika ada orang yang membuatnya marah.
Tidak, aku tidak bercanda.
Serius.
Mana mungkin aku bohong!
Ciyus. Miapah. Ayang goyeng.
Dan hal yang paling menjengkelkan dari dirinya adalah...
Dia sangat, sangat, saaaangat...
Jahil.
Yah, dan targetnya adalah...
Aku.
Walaupun dia beralasan kalau dia menjahiliku karena aku adalah adik kelas kesayangannya—tapi tentu saja aku masih tidak terima kalau dijahili begitu!
Kalian pasti setuju denganku, bukan?!
Ya 'kan?!
Iya, 'kan?!?!
....
Oke, oke! Balik ke cerita!!!
Ia pun menyengir kuda.
"Maaf, (Name)-chan. Tapi aku tidak bisa menghentikan diriku untuk tidak menjahilimu. Mukamu sangat lucu kalau sedang serius." ujarnya sambil tertawa renyah dan duduk di kursi yang ada tasku—membuat tasku ditaruh disamping kursi yang didudukkinya.
See?
"Hmph. Apa tidak ada kerjaan lagi—selain menggangguku, senpai? Bukannya kau sibuk untuk tes minggu depan?" tanyaku, membuat dia menjadi down seketika.
"Jangan ingatkan aku tentang itu, aku sudah pusing dengan kelas kedua tadi. Dosen sialan.." balasnya dengan memonyongkan bibirnya.
Rotiku sudah habis dan aku membuang bungkusannya di tempat sampah terdekat dengan melemparkannya masuk.
"Oh iya, kau sudah dengar, belum?" tanyanya tiba-tiba ketika mengubah topik pembicaraan.
Aku hanya bisa terbengong, "Hah? Memangnya ada apaan, senpai?"
Kepo-ku langsung mendadak naik level. Mungkin masalah pengumuman ujian yang dibahasnya.
"Ada restoran baru dekat sini yang baru dibuka. Sepertinya kedai ramen yang cukup enak dan banyak anak kuliahan mampir kesana. Mau, tidak? Sekalian aku traktir. Baru ambil gaji paruh waktu kemarin—apalagi, aku tidak akan lupa dengan adik kelasku yang manis ini berulang tahun, ya 'kan?" ujarnya sambil mengacak halus kepalaku dan tertawa renyah.
Kata indah bernama 'traktir' itu sungguh benar-benar menggoda iman—dan aku pun terlena dengan tawarannya.
Coba pikir, kapan lagi kesempatan traktiran gratis akan datang dua kali?
Ini hadiah dari senpai untukku!
Aku mengangguk cepat tanpa pikir panjang, wajahku langsung sumringah. "Iya, mau! Terima kasih, senpai!"
Shuuzou-senpai hanya mengangguk sambil tersenyum kecil padaku.
Kulihat jam di pergelangan tanganku, "Ah, aku harus cepat-cepat. Aku harus mencari buku untuk referensi minggu depan."
Dia ikut berdiri, memberikan tasku. "Aku ikut. Aku juga kebetulan mau mencari buku baru. Ayo."
Aku pun mengangguk dan berdiri sambil meraih tasku. Setelah beres-beres dan memasukkan semua barangku, kami berdua berjalan menuju perpustakaan kampus.
Letak perpustakaan dari kafetarian tidak cukup jauh. Hanya beberapa blok ruang kelas saja—di salah satu pintu ganda besar berkayu mahoni bertuliskan 'R. Perpustakaan' di kertas yang menempel di daun pintu tersebut.
Aku memasukki ruangan tersebut sebelum senpai juga memasukkinya. Ruangannya cukup luas dan sekitar beberapa kali lipat dari kelas kuliah yang aku tempati. Cukup banyak anak-anak kuliah yang kadang sekedar membaca buku, menulis esai dan tugas, mencari buku untuk referensi, ataupun hanya sekedar browsing internet disini. Rak kayu berat yang berbahankan oleh kayu jati dan bercat natural coklat, serta dinding yang bercat hijau ketuaan—membuat suasana senyap, nyaman, serta larangan bagi kita untuk membuat berisik pun harus dipatuhi, untuk menjaga kenyamanan pada saat berada di ruangan ini.
"Aku akan tetap disini, (Name)-chan. Kau bisa kesini lagi jika sudah menemukan buku referensinya." Shuuzou-senpai mengatakannya padaku, membuatku mengeryitkan dahi.
"Lho, bukannya mau mencari buku? 'Kan senpai yang bilang."
"Buku yang kucari tidak ada disini, adanya di tempat lain. Sudah—sana cepat cari." ujarnya sambil memainkan ponsel di tangan kanan. Tangan kirinya seakan mengusir aku untuk menjauhinya. Memangnya aku apa, ha? Ayam?
Aku pun akhirnya menurut sambil melengos pergi meninggalkannya yang tetap disana. Sekarang aku harus mencari dengan menyusuri semua rak buku yang ada di sini. Argh! Senpai malah tidak membantu pekerjaanku sama sekali!
Melelahkan sekali. Padahal hanya buku berketebalan beberapa senti saja dan tidak berat. Isinya tentang sejarah batu mulia dan granit untuk pengujian laboratoriom minggu depan, dan aku harus menemukannya.
"Dimana ya... Ah!"
Aku melihat dan menemukan buku yang dimaksud sebelum mengambilnya dan tersenyum puas dan lega.
"Akhirnya ketemu juga!"
Tanpa kusadari, tiba-tiba rak-rak buku yang besar yang penuh tersebut mulai berjatuhan, diikuti oleh rak-rak lainnya—seperti efek domino dan menuju ke arahku.
Aku tak bisa bergerak karena kaget dan tak tahu harus berbuat apa.
Astaga, aku akan mati!
BRUAKKK!!!
Kututup mataku rapat-rapat, menanti rak besar dan berat itu menimpaku. Tetapi, ketika suara rak itu jatuh—bersamaan dengan itu juga aku merasakan sesuatu yang hangat mengelilingiku. Aku memberanikan diri untuk membuka mata.
Perlahan, aku melihat rak-rak tersebut bertumpuk jatuh menimpa satu sama lain, buku-buku juga bertebaran dimana-mana, membuat ruangan tersebut layaknya kapal pecah. Bahkan aku melihat kepulan debu dan sedikit asap.
Hah? Tunggu dulu, aku tidak jadi mati tertimpa?
"(Name)-chan, kau tidak apa-apa?!"
Eh?
Kudongakkan kepalaku dan mendapati bahwa Shuuzou-senpai lah yang telah menyelamatkanku dari insiden tersebut. Dia memelukku di dekapan sambil menatap khawatir padaku.
"Se-Senpai, Kau—"
"Untung saja aku tepat waktu, bisa-bisa kau tertimpa oleh benda itu." Shuuzou-senpai melepaskan pegangannya dan memeriksa ragaku.
"Kau tidak apa-apa, bukan? Ada yang terluka?" tanyanya cepat sementara aku menggeleng kecil.
"Aku tidak apa-apa, senpai. Terima kasih sudah menyelamatkanku." ujarku dan akhirnya dia terlihat bernapas lega.
Orang-orang mengerubungi rak-rak tersebut dan bingung kenapa bisa terjadi kejadian seperti itu. Kami berada tak jauh dari rak-rak yang jatuh tersebut dan banyak juga orang yang mengerubungiku—bertanya apakah aku baik-baik saja.
Setelah itu, beberapa dosen mendatangi ruang perpustakaan dan menyuruh semua mahasiswa yang ada di sana untuk keluar dan membiarkan masalah tersebut ditangani oleh mereka—bahkan Shuuzou-senpai tidak dibiarkan ikut membantu.
Aku berjalan di belakang Shuuzou-senpai ketika kami akan pergi menuju taman universitas. Aku masih berpikir kenapa bisa rak-rak besar itu jatuh dan bertumpah tindih layaknya domino—apalagi, kenapa bisa Shuuzou-senpai bisa secepat itu? Dia 'kan berada di rak pertama sedangkan aku berada di rak delapan, dan rak kayu itu besar dan panjang.
Aneh.
Tapi kalau aku tanyakan, nanti seperti tidak berterima kasih—jadi aku urungkan saja.
"(Name)-chan."
Aku menoleh padanya.
"Mulai sekarang, kau harus hati-hati."
Aku mengernyitkan dahi, tak biasanya dia berkata begitu padaku—Oh, pasti karena rak jatuh yang hampir membuatku celaka tadi.
"Lho, memangnya kenapa? Shuuzou-senpai, hanya karena gegara insiden rak jatuh itu—kau percuma saja khawatir padaku. Aku memang berterima kasih karena sudah diselamatkan olehmu, tapi aku juga bisa menjaga diriku sendiri. Jadi tidak usah khawatir, senpai."
Ujaranku sepertinya membuat Shuuzou-senpai terdiam sejenak sebelum kembali memajukan bibirnya dengan khas seperti biasanya. Sepertinya dia kembali seperti sedia kala.
"Dasar kau ini, selalu saja merepotkanku."
Dia mencubit pipiku dengan gemas, membuatku membalasnya dengan tepukan pada tangannya yang mencubit pipiku.
"Senpai jahat, ih!" ujarku ngambek, yang membuat kakak kelasku ini tertawa lagi.
Aku lalu tersenyum saat dia juga tertawa.
Hari ini sama seperti biasanya.
Dan semoga besok dan seterusnya, kehidupanku menyenangkan seperti biasa.
Ah, aku suka haru ulang tahunku kali ini.
.
.
.
To Be Continued
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro