Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Ainamida Princess (1)

AINAMIDA PRINCESS

.

.

.

(First POV)

"!"

Kepalaku berputar, rasanya pusing sekali. Entah apa yang terjadi padaku—dan dimana ini?!

Aku mencoba bangun dan duduk sejenak.

Tengah hutan? Di sini gelap sekali!

"Astaga, kenapa aku bisa ada di sini?"

Aku berdiri dan berlari menyusuri lebat dan gelapnya hutan saat itu, berlari dan terus berlari. Dan sebuah jalan keluar nampak di depan. Setelah keluar dari hutan lebat itu pun, aku menemukan diriku berada di depan sebuah tebing yang tinggi dan luas.

"Kenapa ada tebing di tempat seperti ini..?"

Aku mencoba untuk mendekat, sepersekian detik kemudian aku segera mengernyitkan dahi. Tak jauh dari tempatku terdapat seseorang yang membelakangiku. Wajahnya tak bisa kulihat, tapi sepertinya sosok itu adalah seorang perempuan dan sebaya denganku. Dia sedang berdiri di pinggir ujung tebing.

Bukannya itu berbahaya? Apakah dia akan meloncat?

"Hei, bahaya—"

Tapi tunggu, kenapa ada seseorang disini?

Angin menerpa sepoi-sepoi saat diriku berpikir demikian.

Rambutnya yang panjang hingga lutut, coklat kemerahan dan bergelombang, dikuncir kuda dan dihiasi oleh hiasan rambut dan bunga yang indah—melambai karena diterpa angin, ditambah sinar oleh cahaya bulan purnama, membuat penapakannya dari belakang menjadi elegan dan anggunlah sangat. Bajunya yang panjang berwarna antara merah jambu pucat keunguan dan tradisional—kesan orientalnya kental dan terlihat sekali walaupun dilihat dari balik punggung, seperti memakai pakaian jaman dahulu dan sebuah pedang ditangannya—tunggu dulu, jaman dahulu?

Saking terpana akan perwujudan sosok tersebut, aku tak menyangka bahwa perempuan itu menoleh ke belakang-yang pastinya aku berada tak jauh dari jaraknya berdiri.

Diriku terhenyak dan rasa penasaran menyeruak saat ingin melihat siapa sosok itu sebenarnya.

Tapi...

.

.

.

Sebelum aku tahu siapa dia, sekejap kemudian semuanya menjadi putih.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Ukh..."

BIP

BIP

BIP

BIP

BIP

Tak kusangka, kelopak mataku mulai terbuka karena pendengaranku mendengar alarm dari ponselku dan mematikannya.

"Mimpi itu lagi."

Sudah seminggu penuh aku mulai melihat peristiwa itu dalam mimpiku. Awalnya seperti film rusak dan tidak jelas—seperti kaset yang lecet dan buram. Tapi lama-kelamaan, mimpi itu makin jelas terlihat. Aku tidak bisa melihat wajahnya secara jelas. Tapi aku menyadari sesuatu... Bahwa pandangan matanya sangatlah lembut tapi menyimpan keberanian yang luar biasa.

Sangat familiar. Seperti melihat seseorang yang sangat kukenal.

Tapi siapa?

"Hhh... Kepalaku pusing."

Ah! Halo. Maaf karena tidak memperkenalkan diri. Bodohnya aku, tehee~ Namaku (Full Name), tapi kau bisa memanggilku dengan (Name). Usiaku 17 tahun dan kuliah di suatu universitas di Tokyo. Dan hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke - 18, jadi aku sudah genap 18 tahun! Hore!~

"(Name)-chan."

Suara yang sangat kukenal memanggil namaku dari luar.

"Masuk saja, Satsuki-chan."

Setelah pintu terbuka karena digeser, tampaklah sesosok perempuan berparas cantik, bermata dan berambut merah jambu cerah diurai, dengan kimono berwarna merah jambu pucat membalut tubuh sintal, dan membuat bagian dadanya yang sedikit montok itu pun terlihat. Dia tersenyum cerah padaku.

Kuperkenalkan pada kalian, namanya Momoi Satsuki. 18 tahun. Biasanya aku memanggilnya dengan sebutan Satsuki-chan karena umur kami sebaya, tapi kami akrab—karena ibu kami berdua itu bersaudara. Dia tidak memilih kuliah karena ingin langsung bekerja dan memiliki kerja paruh waktu di sebuah gym sebagai seorang guru trainer disana. Sayang sekali, padahal dia cukup pintar. Apalagi bisa masuk ke tempatku kalau niat kuliah, jadi aku ada temannya.

"Selamat pagi, (Name)-chan. Selamat ulang tahun~ Aku datang untuk mengecek apakah kau sudah bangun. Biasanya kau kadang bangun sedikit lebih siang." ujarnya.

Aku hanya tersenyum saat membalasnya, "Pagi dan terima kasih. Iya, soalnya aku menyetel alarm di ponselku jadi aku otomatis bangun."

Momoi mengangguk mengerti.

"Ah, begitu ya. Baguslah kalau begitu. Apa kau ada waktu luang malam ini? Kita akan mengadakan perayaan ulang tahunmu bertiga saja. Tidak masalah 'kan?" ujarnya dan aku hanya bisa mengangguk lagi.

"Momoi, lamanya! Apakah (Name)-chan sudah bangun?!"

Suara cempreng dan rewel menggema mulai mendekat ke ruangan tidurku. Kami berdua menoleh dan seorang perempuan yang sebaya dengan kami, memakai baju kimono berwarna hijau kebiruan sambil memasukki kamar. Berambut coklat karamel, bermata coklat cerah dan memiliki paras ayu (walaupun tingginya kalah dari Satsuki).

"Ehehe.. Maaf ya, Riko-san. Habisnya kami tadi mengobrol sebentar." sahut Momoi sambil tersenyum padanya yang cemberut.

Nah, kalau yang satu ini namanya Aida Riko. Usianya 20 tahun. Satsuki memanggilnya Riko-san sementara aku memanggilnya Riko-Oneechan. Kenapa begitu? Karena dia adalah sepupu tertua dari kami bertiga—dikarenakan ayah kami juga bersaudara. Pekerjaannya adalah seorang agen pemasaran yang bekerja di sebuah kantor pariwisata dosmetik hingga luar negeri, makanya dia tahu banyak tempat wisata yang bagus dan murah.

Yup, dan bisa dibayangkan-kami bertiga adalah sepupu, dan urutannya adalah Riko, Satsuki, lalu aku. Ngenes ya, jadi yang terakhir?

"Iya, iya. Sudahlah—Pagi, (Name)-chan, selamat ulang tahun. Ayo cepat bangun. Kita sarapan, bukannya kau ada jadwal kuliah untuk hari ini?" sahut Riko padaku yang masih terduduk di futonku.

Oh, sial! Kenapa aku bisa lupa?! Pasti gara-gara mimpi aneh tadi!!

"I-Iya! Aku bangun sekarang!"

.

.

.

Skip

.

.

.

Ah, hari yang sejuk. Tapi walaupun begitu, tetap saja malas buat gerak. Maklum, sekarang musim semi sudah mulai berakhir dan besok libur musim panas akan dimulai.

Dan hal yang menjengkelkan adalah...

Aku kuliah pagi hari ini.

Ayolah, hari ulang tahunku harus spesial dan menyenangkan! Walaupun aku tidak mau egois, tetapi aku senang karena mereka berdua ada di sisiku sebagai kakak-kakak sepupuku yang tersayang.

Oh iya, aku lupa untuk memberitahu kalian. Kami bertiga tidak tinggal di rumah maupun apartemen, tapi di sebuah kuil.

Ya, kuil.

..........

Kenapa melihatku begitu? Itu normal saja.

Keluarga kami adalah keluarga yang besar dan kebetulan mempunyai sebuah kuil dan rumah besar tradisional pribadi untuk kami sendiri. Kami bertiga kadang bergiliran untuk membersihkan kuil dan merawatnya. Tapi sejak kedua orang tua Satsuki-chan yang pergi bekerja di luar daerah, Ayahnya Riko-Oneechan mendapat dinas di luar kota, juga kedua orang tuaku yang sudah meninggal dunia ketika aku masih berusia empat tahun—membuat kami sepakat dalam suatu perjanjian—daripada kami menyewa apartemen mahal, lebih baik kami bertiga tinggal disini dan merawat tempat suci milik keluarga kami. Lagipula, kuil ini sudah hampir 6 abad lamanya tapi masih kuat berdiri.

Wuih, kuilnya tangguh, ya?

"Aduh, sudah jam segini! Aku harus cepat berangkat." sahutku saat melihat jam di ponselku.

Aku memakai kalung berliontin bunga sakura berwarna emas. Kalung itu adalah momento dari kedua orang tuaku—katanya Kagetora-san; Ayahnya Riko-Oneechan, mereka menghadiahkan kalung ini padaku saat aku berulang tahun yang pertama kali. Benda ini seperti jimat keberuntungan bagiku dan aku selalu memakainya setiap saat.

Sambil tergesa-gesa dengan tas putih kesayanganku di pundak, aku langsung tancap gas dan berlari kecil menuju ruang depan.

Kuhampiri dulu altar untuk sekedar mengucapkan salam pada kedua orang tuaku.

"Ayah, ibu, aku berangkat dulu ya. Do'akan anakmu ini agar bisa cepat sukses." kataku seraya menatap foto kedua orang tuaku.

Walaupun aku tidak punya memori apa-apa tentang ayah dan ibu, tetapi aku sangat menyayangi mereka berdua dan selalu mengingat mereka di dalam hatiku. Aku tidak bisa ingat apa-apa, tetapi yang aku tahu dari paman dan bibiku adalah bahwa mereka meninggal dunia karena suatu kecelakaan mobil.

Di foto kiri, ada Ayah yang tersenyum lebar sambil memasang pose 'peace' dengan tangan kanannya—sementara di foto kanan, ada ibu yang tersenyum lembut dengan parasnya yang ayu.

Setelah itu, aku berjalan menuju ke depan kuil lalu berdiri di depan altar do'a, aku mengatupkan kedua tangan, menutup mataku dan mulai berdo'a.

"Dewa, terima kasih atas umurku yang panjang. Dan semoga hari ini dan seterusnya, kami diberi keberkahan yang banyak dan hidup damai, urusan duniawi dimudahkan dan rezeki melimpah. Terima kasih banyak." bisikku saat berdo'a.

Setelah selesai sembahyang, aku berjalan menuju Riko dan Momoi yang sedang menyapu halaman kuil.

"Aku berangkat dulu ya!" ujarku pada mereka berdua yang telah berganti baju memakai kimono khas Miiko.

"Semoga kuliahmu lancar, (Name)-chan." ujaran semangat Satsuki-chan padaku membuat diriku makin tambah membaik.

"Hati-hati di jalan. Kalau ada yang macam-macam, pakai jurus yang aku ajarkan, oke?" Riko-Oneechan memperingatiku, aku hanya bisa tertawa kecil garing dan mengangguk pelan.

"I-Iya.. Hehehe.. Ya sudah, aku berangkat ya. Dah!"

Aku berlari menuruni tangga kuil begitu selesai melambai pada mereka, mulai berjalan ke tempat tujuan dimana stasiun kereta dekat kuil berada.

.

.

.

To Be Continued

============================

Hola minna!~ salam hangat yang baru lihat fic ku pertama kali. Ini saya buat plot lagi-ngenes amat karena masih nyandet ide. Huhuhu QAQ #plakk btw ini cuma guratan kecil gegara galau nggak ada ide dan males buat ngetik. BERIKAN SAYA PENCERAHAN!!! #geplaked

sekian aja dari AN ini. Ciao~

Regards,
Author

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro