Chapter 25
Author PoV
"Kita perlu ngomong." suara serak-basah itu langsung memenuhi pikiran Ella. Lucas?
Sejujurnya, Ella kangen bercanda bareng bersama Lucas, Ella kangen dengan sikap dingin dan datarnya Lucas. Sudah 5 hari Ella menghindar dari Lucas. Dan selama 5 hari kebelakang selalu kejadian kejar-kejaran.
Natasha ngejar Lucas, Lucas ngejar Ella, Ella kabur.
Ella sebenernya juga ngga mau terus lari-larian begini tapi kata Radit ini cara yang terbaik dan Ella mempercayainya.
Ella membalikkan badannya dan melihat Lucas. Dia terlihat buruk seperti keadaannya sekarang, begitu pula dengan Ella.
"Gue... ada kelas." tangan itu kembali di tarik sama Lucas.
"Lo ngga bisa kabur lagi sekarang. Kita perlu ngomong, La. Mau sampe kapan lo kabur-kaburan gini?"
Lo kira gue mau? Gue ngga mau lari-larian kayak anak kecil gini. Tapi emang kita ngga bisa terus barengan, Luke.
Seandainya itu yang keluar dari mulut Ella, tapi dia hanya diam.
"La, say something." Ella langsung menatap mata Lucas lekat-lekat. Dia melihat penyesalan dan sedikit kecewa. Dia sangat putus asa.
"Apa yang harus di omongin?" kata Ella. Lucas bersenyum kecil, dia kangen masa-masa ini.
"Everything."
~~~
Anna, Cindy, Adam, Gilang, dan Redo bersorak-sorak gembira karena melihat Ella dan Lucas sedang berjalan bareng di koridor sekolah. Meskipun tidak ada obrolan, tidak ada senyum, tidak ada apapun.
Kecuali George. Dia hanya senyum karena melihat kedua temannya agak membaik.
"Nanti pulang sekolah, jangan pulang dulu ya," ucap Lucas sambil tersenyum manis.
"Mau ngapain? Kan gue bilang, kalo mau ngomong ya tinggal ngomong. Ribet banget sih." kata-kata itu langsung keluar dari mulut Ella tanpa disaring dulu.
"Turutin aja sih," kata Lucas lalu dia pergi. Ella memutarkan matanya.
Ngapain Ella harus turutin ucapan Lucas? Kan Lucas udah punya pacar. Ngapain dia masih deketin Ella?
Sepulang sekolah, Natasha sudah menunggu Ella di depan Lucas. Ia pikir, kalau ia tidak bisa bertemu Lucas, ia harus beetemu Ella. Karena dia sadar kalau Lucas mengejar gadis itu. Dan akhirnya muncul pertanyaan di benak Natasha. Siapa Ella bagi Lucas?
Jawabannya simple.
Bukan siapa-siapa.
Natasha melihat Ella sedang berjalan keluar dari kelasnya. Dia pun langsung memanggilnya.
"Ella, 'kan?" yang dipanggil langsung menengok.
Sial. Batin Ella.
"Gue mau nanya sama lo," ucap Natasha lalu ia membelakangi Ella dan berjalan menjauh dari keramaian. Ella hanya mengikutinya dengan rasa deg-degan.
"Kenapa?" setelah jauh dari keramaian, Ella pun bertanya.
"Lo ada hubungan apa sama--"
"Natasha, lo ngapain di sini?" potong suara itu, lagi.
"Gue butuh ngomong sama dia." mereka saling tatap-menatap, sedangkan Ella hanya diam menatap keduanya.
"Gak. Gue duluan yang harus ngomong sama dia." sebelum lo ngasih tau yang ngga-ngga ke Ella. Batin Lucas
"Kenapa sih lo berdua? Mau ngomong apaan?"
"Ngga di sini." Lucas bersuara.
"Gak. Gue maunya di sini. Biar lo ngga bohong lagi. Gue mau tau sebenernya kejadian di antara lo berdua."
"Tapi--"
Suara Lucas terpotong dengan suara yang tak asing bagi Ella.
"Dia bilang, dia maunya di sini. Nggak usah banyak mau." Radit. Itu Radit.
Semua orang langsung menatap Radit. Sebagian hati Ella senang karena Radit di sini, karena mungkin ia tidak harus menahan sakit ini sendirian.
"Lo ngapain di sini?" tangan Lucas sudah mengeras rasanya ingin menonjok wajah indah Radit agar tau kalau Ella hanya punya Lucas.
"Karena gue temennya Ella." nada sinis dan datar itu terdengar dari mulut Radit.
"Temen, cih." cuman teman kan? Lebaynya udah kayak apaan tau.
"Trus lo mau ngomong apa? Langsung get to the point aja sih."
"Denger ya, gue sama Lucas itu udah jadian lama banget sebelum lo kenal Lucas. Dan sekarang lo itu deket-deket sama Lucas, biar apa? Caper banget sih," tebas Natasha. Perkataan yang menusuk.
"Maaf ya, tapi gue deket sama ucas hanya sebagai teman. Jadi lo ngga usah kegeeran kalo gue bakalan suka sama pacar lo itu." deg.
Jadi selama ini apa? Lucas kecewa mendengar omongan Ella.
Di lain hati, Radit senang mendengar kata-kata itu seperti sudah ditunggu-tunggu.
Sedangkan Ella, ia menahan matanya untuk tidak menangis. Agar tetap kuat, apapun yang terjadi.
"Nggak. Lo ngga yakin bilang gitu. Dan lo, Natasha, hubungan kita itu udah lama hilang. Lo ngilang dan sekarang gue sama sekali ngga ada perasaan sedikit pun ke lo lagi. Perasaan gue udah ke orang lain."
Terukir senyuman kecil di wajah Ella tapi tentu saja itu tidak keliatan jelas.
"Maksud lo apa?" Natasha mulai mengeluarkan air mata.
"Kita udah selesai." detik itu juga Lucas mendapatkan hadiah tamparan luar biasa sakitnya dari sang mantan terindah.
Dia yang ninggalin trus gue yang di tampar? Batin Lucas.
Setelah Natasha pergi, Ella hendak mau pergi tapi kembali ditarik oleh tangan Lucas.
"Gue tau lo boong."
"Dia ngga boong. Lo kenapa sih batu banget?" Radit kembali mengeluarkan masalah.
"Gue ngomong sama Ella. Lo kenapa sih ikut campur banget?" bales Lucas ngga kalah pedes.
Radit udah siap untuk menonjok wajah Lucas tapi tangannya ditahan Ella. Ia memberi isyarat untuk diam.
"Gue butuh waktu berdua sama Lucas. Kita besok bisa ketemu lagi," ucap Ella ke Radit. Radit sedikit kecewa karena kembali di tolak olehnya. Sedangkan Lucas, tersenyum dalam hatinya.
Setelah Radit pergi, keadaan menjadi sunyi.
"Jujur aja sama gue, La."
"Itu jujur," ucap Ella sambil buang wajahnya kesamping.
Lucas tersenyum, "Gue tau lo boong, kalo lo ngga boong pasti lo ngga bakalan buang muka."
"Pengen banget sih gue sukain. Denger ya, meskipun sekarang gue tau lo sama Natasha, gue masih bukan siapa-siapa lo. Dan gue rasa gue ngga ada hak buat bilanh kayak gitu di depan muka lo."
"Jadi intinya lo suka kan?"
"Gak."
"Yaudah, lo bilang lo ngga ada hak buat bilang lo suka sama gue?" dia diam sejenak.
"Ella, mau ngga lo jadi pacar gue?"
Mata Ella langsung membulat sempurna. Apa-apaan nih? Tiba-tiba kok dia nembak?
"Dih, ngga jelas."
"Serius."
"Kalo gue tolak gimana?"
"Ya, jadi lo nolak gue." jawaban macam apa itu? Batin Ella.
"Yaiyalah, goblok."
"Jadi jawabannya?"
~~~
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro