PART 5
“Jika dengan seperti ini saja aku sudah sangat bahagia. Maka aku tidak akan berharap lebih”.
Amara Pov
TRINGG
From : Si Bego
Ra, bsk gw ga kuliah. Gw g enak bdn. Lu brgkt sndri ya
Baru saja Amara sudah siap untuk tidur, tiba-tiba ia mendapat sebuah Chat dari sahabatnya. Ia terkejut setelah membaca isinya. Pasalnya tadi siang ia pergi bersama sahabatnya itu ke taman menemani ketiga adiknya dan kondisi Rio terlihat baik-baik saja. Namun kenapa sekarang cowok itu bilang ia sakit. Tanpa pikir panjang Mara segera beranjak ke Rumah Rio ingin melihat keadaannya.
TOK TOK TOK
Mara mengetuk pintu rumah Rio dan disambut oleh Bi Minah, asisten Rumah tangga keluarga Rio.
“Eh non Mara. Ada apa non malem-malem kesini? Mari masuk sini non”. Bi minah sudah sangat kenal dengan sahabat majikannya ini.
“Bi, Rio ada di dalam?”. Tanya Mara langsung saja.
“iya non, den Rio ada di kamarnya kok. Masuk aja non. Den Rio lagi sakit. Kayaknya dia belum tidur deh”. Jelas Bi minah
“Tante Santi mana bi?”. Tante santi adalah mama Rio. Mara tidak melihat kehadirannya di rumah ini. Ia merasa rumah ini sangat sepi.
“Nyonya sama Tuan lagi pergi non ke pesta”. Jelas Bi minah.
“Oalah. Yauda aku ke Rio dulu ya Bi”. Mara langsung saja menuju kamar Rio.
Dibukanya langsung pintu kamar Rio. Sebagai sahabat mereka memang sudah terbiasa masuk ke kamar satu sama lain tanpa harus menegetuk pintu terlebih dahulu. Mereka tidak pernah mengunci kamarnya. Jika pintu kamar terkunci artinya mereka sedang tidak memperbolehkan siapapun masuk ke dalam dan harus mengetuk pintu terlebih dahulu.
Kamar Rio gelap dan terasa panas saat Mara masuk ke dalam.
“Yo, lo udah tidur? Gua idupin lampu lo ya”. Kata mara pelan.
“ehmmm belum kok Ra. Iya lu idupin aja lampunya”. Rio menjawab dengan suara sangat lemah dan parau.
Ketika lampu menyala, dapat terlihat dengan jelas keadaan Rio sekarang. Cowok itu sedang berbaring dengan seluruh badan ditutup selimut berlapis-lapis dan hanya menongolkan sedikit rambutnya. Mara langsung duduk di pinggir kasur sembari memegang pundak Rio.
“yo, lu sakit apaan?”. Tanya Mara.
Rio lalu membuka sedikit selimutnya. Wajahnya sangat pucat dan tatapannya layu. “gua meriang kayaknya Mar. Badan gua panas tapi gw ngerasa dingin banget”.
Mara langsung menempelkan punggung tangannya utuk mengecek suhu tubuh Rio. Benar saja, badan Rio sangat panas.
“isssh badan lo panas banget yo. Lo udah minum obat belum?”. Tanya mara dengan nada sedikit khawatir.
“udah kok tadi dikasi Bi minah”. Jawab Rio lemah sambil tersenyum tipis.
“lo kok bisa sakit sih. Tumben-tumbenan lo begini. Perasaan tadi lu baik-baik aja deh. Apa lu tadi ujan-ujanan?. Tapi perasaan tadi gada ujan seharian. Terus lo kenapa bisa sakit?”. Mara terus saja mengoceh tidak jelas.
“waaaaaah”. Tiba-tiba Rio menepuk tangannya dengan keras sambil menggeleng-gelengkan kepalanya takjub.
“kenapa lo?”. Mara bergidik ngeri melihat reaksi aneh Rio.
“gila lo ra!! Tumben banget lo bisa ngomong sepanjang ini. Dan.. dan... gua makin takjub ra. omongan lo!!! Omongan lo bener-bener ga jelas ra!!! Gila gila”. Jelas Rio dengan masih mempertahankan ekspresi anehnya.
“issh lo ini!!! Gua serius nanya kenapa lo bisa sakit”. Mara langsung menatap tajam Rio. Ia sangat kesal sekarang dengan cowok bodoh nan aneh ini.
“ahhaha iyaiya galak banget lo Ra. Gua lagi sakit juga. Malah lo bentak. Gua juga gatau kenapa tiba-tiba sakit”. Jawab Rio cengengesan.
“hmm yauda deh. Makanya jangan suka aneh-aneh lo. Malah jadi sakit gini kan”.
“ciee khawatir yaa lo ra sama gua”. Goda Rio sambil mengedipkan sebelah matanya. Sontak saja jidat Rio langsung mendapat santapan mulus oleh tangan Mara.
“aww sakit bego”. Rio mengaduh kesakitan.
“makanya gausa ngaco. Apa perlu gua anterin lo ke toko sekarang?”. Tanya Mara tiba-tiba.
“hah? Toko apaan? Maksud lo apasih?”. Cowok ini sangat bingung.
“gua anterin lo ke toko yang jual otak!! Biar otak lo bisa diganti sekarang!!”. Jawab mara dengan sangat ketus.
“hah?”. Rio menatap mara dengan tatapan paling bodoh sedunia.
“isssh udah ah. Gua mau bikin kompresan dulu buat lo”. Mara bangkit dari duduknya dan langsung keluar menuju dapur untuk mengambil air hangat dan handuk kecil.
“lu jangan banyak aktivitas dulu sekarang. Jangan ngelakuin yang aneh-aneh. Kalo besok panas lu ga turun-turun. Kita ke rumah sakit”. Mara sudah kembali dan sekarang sedang mengompres Rio dengan sangat telaten dan lembut.
“iya Mara cantik yang bawel”. Cowok itu tersenyum senang mendapat perlakuan dari Mara.
“Dah sekarang mending lo tidur. Gua temenin sampe lo tidur. Baru Ntar gua balik”. Ditatapnya Rio dengan lembut.
“okeoke. Tapi gua boleh nanya satu pertanyaan ga Ra? Penasaran banget gua dari tadi pagi”. Tanya Rio tiba-tiba.
“tanya apaan?”.
“lu masi inget sama cowok yang bantuin Gian pas jatuh tadi kan?”. Tanya Rio dengan nada serius.
“iya. Kenapa?”.
“menurut lo.... gantengan dia apa gua?”. Tanya Rio dengan senyum bodohnya.
“bangke lo ya!!!”. Mara langsung melayangkan jitakan keduanya dengan kekuatan yang lebih keras lagi.
“awww ya Allah ra. Salah gua apa ra. Sakit anjir jidat gua”. Rio meringis kesakitan. Mara membiarkan saja cowok gila satu ini. Dia tidak peduli kalau Rio sedang sakit.
“mampus lo!!! Makanya gausa ngaco jadi orang. Gua udah serius juga”. Rio benar-benar membuat Mara jadi kesal sendiri.
“iyaiyaa ampun. Lagian gua emang nanya nya juga serius tau”. Ujar Rio mencoba membela diri.
"Halah sa ae lu bambang. Mending lo tidur sekarang buru”. Mara menatap Rio dengan tajam.
“iya iyaa gua tidur. Tapi gua mau nanya sekali lagi. Kali ini dijamin serius”. Rio memberinya tatapan sangat meyakinkan.
“banyak amat pertanyaan lo. Ngelebihin wartawan aja!!”.
“yaelaah Ra baru juga 2 pertanyaan”. Ngeles Rio.
“yauda buru apaan”. Mara masih mencoba sabar meladeni sahabat gilanya satu ini.
“Emang ada ya ra toko yang jual otak?”. NAHKAN!!. Cowok ini di kasih hati malah makin ngelunjak sekarang.
“kenapa emang. Lo mau beli?”. Jawab Amara malas-malasan.
“iya ra. Gua mau ganti otak gua. Kali aja otak yang sekarang udah di upgrade kan. Apalagi ini menjelang akhir tahun. Pasti di diskon besar-besaran tuh”. Jelas Rio semakin ngaco.
“ckckckck kasian gua sama Bi minah”.
“hah kenapa emang sama Bi minah?”. Tanya Rio bingung.
“KASIAN DIA HARUS NGURUSIN COWOK BODOH KAYAK LO!!!! LO PUNYA OTAK TUH DAPET DARI CUCI GUDANG APA?? DARI BARANG YANG GA LAKU-LAKU KARENA GADA ISINYA!!!”. Amara sudah tidak peduli jika dia berteriak dengan keras sekarang. Laki-laki ini benar-benar membuatnya sangat kesal.
“yaampun raaa ampunn. Gilaa lo yaa. Gua becanda ra becanda. Galak amat luu buseet”. Rio kewalahan sendiri mendenga teriakan Mara.
“berisik lo. Tidur buru luu sekarang!!!”. Bentak amara.
“perasaan lo yang berisik ra. Lo yang dari tadi teriak-teriak kenceng banget”. Jawab Rio takut-takut.
Mara hanya menatap Rio tajam seolah mengisyaratkan “ngomong sekali lagi. Lo gua bunuh sekarang”.
“iyaiyaa Ra gua tidur sekarang”. Akhirnya Rio menyudahi kebodohannya.
Cowok itu akhirnya mulai menutup mata dan perlahan tertidur dengan lelap. Mara memperhatikan Rio sangat lekat. Cowok ini memang pintar menyembunyikan rasa sakitnya. Mara jelas tahu bahwa Rio sangat lemah sekarang. Badannya sangat panas, matanya merah, wajahnya pucat dan bibirnya kering terkelupas. Tapi cowok ini terus saja bertingkah seolah dia baik-baik saja. “dasar cowok bodoh”. Ujar Mara sangat pelan.
Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Mata Mara pun semakin berat. Tidak sadar ia semakin menutup matanya perlahan. Ia lupa harus kembali ke rumahnya. Mara pun tertidur di samping kasur Rio.
Mario Pov
Mario membuka matanya pelan-pelan. Ia merasakan badannya jauh lebih baik sekarang. Handuk kecil di jidatnya masih menempel dan sekarang badannya sudah tidak panas lagi. Tapi kepalanya masih sedikit pusing. Ia tersenyum sendiri mengingat kejadian semalam. Saat mara kesal dengan kejailannya dan saat mara mengurusnya dengan sangat perhatian.
Perlahan mario merasa ada yang mengganjal, ia merasakan ada yang memegang tangan kirinya. Ia gerakkan kepala nya sedikit dan sontak ia terkejut bahwa Mara tidur di sampingnya dengan posisi terduduk. Ternyata gadis itu tertidur disini, ia tidak pulang dan nyatanya masih menemaninya.
Mario mengalihkan tatapannya sebentar ke jam dinding. Jarum jam menujukkan ke angka empat. Itu artinya ini masih sangat pagi. Akhirnya Rio memutuskan untuk bangun dengan hati-hati agar tidak membangunkan gadis yang masih tertidur ini. Rio pun mengangkat Mara dan membaringkannya di kasur.
Ditatapnya dengan seksama wajah Mara saat tertidur. Bibirnya terangkat sedikit melihat wajah gadis itu yang menunjukkan ketenangan. Cewek ini benar-benar sangat cantik meski dalam keadan tertidur seperti ini. “Dasar lo mar. Kalo tidur lo bisa gitu ya kayak bayi gini. Giliran udah sadar mah malah kayak setan haha”. Ujar Rio bergumam pelan.
Puas menatap mara yang tertidur sangat pulas. Rio akhirnya beranjak keluar kamar. Ia sangat haus dan lapar. Dipikir-pikir sejak kemarin dia hanya makan sekali. Dilihatnya kulkas di dapur. Ada beberapa roti tawar dan minuman jus. Langsung saja ia ambil dan mengoleskan roti tersebut dengan selai kacang kesukaannya. Rio makan dengan sangat tenang.
“yo...”
“astagfirullah”. Rio terkejut dengan orang yang tiba-tiba memegang pelan pundaknya dari belakang.
“Mara!!! Lo ngagetin gua tau nggak?”. Rio sedikit lega setelah tau siapa orang yang memanggilnya tadi.
“lebay banget lu. Lu ngapain disini?”. Tanya Mara .
“lagi nyuapin upin ipin!!! Ya lagi makan lah aneh”. Rio merasa pertanyaan mara sangat bodoh.
“issh ya lagian lu ngapa makan kok hening banget. Kira gua kan lu lagi ngelakuin hal yang dilarang gitu”. Jawab Mara ngasal.
“hal dilarang apaan anjir. Lagian kalo makan ya emang begini lah. Kudu tenang. Masa gua harus sambil akrobat”. Kali Ini Rio benar-benar bingung dengan mara. Kenapa cewek ini terkadang bisa sama bodohnya dengan dia?.
“lucu lu”. Mara mendengus saja. “lu udah baikan belum? Kayaknya udah deh. Ini aja lu udah bisa makan”. Mara menyindirnya dengan halus.
“iya gua udah baikan kok sekarang. Cuma masih pusing aja”. Jawab Rio santai sambil terus mengunyah makanannya.
“bagus deh kalo gitu. dah ah gua mau balik ke rumah. Mau kuliah bye”. Pamit mara dan langsung melengos pergi begitu saja.
“buset ni orang main pergi aja”. Gumam Rio heran. “Mar tunggu”. Rio bangkit dan menyusul Mara.
“apaan?”.
“makasi yaa semalem lo mau rawat gua hehe”. Ujar Rio tulus.
“terpaksa gua”.
“hah? Kok gitu?”. Rio kaget dengan jawaban Mara.
“Iyalah. Kalo lo sakit kan gua jadi gabisa nebeng mobil lo haha. Makanya lu kudu cepet sembuh”.
"anjir sialan ni cewek. Udah sana lo balik. Ngapa juga masih disini”. Sungut Rio kesal.
“lah tai. Lo yang tadi nyegah gua bego!!”. Jawab Mara tidak mau kalah.
“lah iya juga sih hahahah”. Rio nyengir saja.
“apaansi”. Mara menatapnya jutek dan langsung bergegas pergi ke rumahnya.
Rio menatap punggung gadis itu dengan sangat lekat. Tatapannya menerawang jauh. Tidak ada satupun yang tahu isi pikirannya. Melainkan hanya dia dan tuhan .
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro