Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

PART 4

"Dia bukanlah seseorang yang istimewa. Melainkan lebih jauh dari itu"

Amara Pov

Langkah kaki amara terhenti begitu saja setelah menyadari ada seorang cowok yang menghampiri adiknya yang sedang menangis. Diperhatikannya begitu lekat cowok itu. Dia sangat tampan dan tatapan matanya tajam. Kulit sawo matangnya semakin membuat kesan maskulinnya terlihat. Dipikir-pikir dia jauh lebih tinggi dibandingkan Rio. Badannya pun sangat atletis. Cowok ini seperti memiliki magnet yang bisa membuat mata semua orang tertuju padanya. Cowok itu tersenyum dengan sangat lembut kepada Gian. Matanya memberikan keteduhan yang luar biasa. Bagai sulap, tangisan gian pun terhenti begitu saja.

"Mar... cowok itu siapa?". Kehadiran Rio disampingnya langsung membuyarkan lamunan amara.

"Gua..... gatau yo". Jawab amara sekenanya tanpa mamalingkan tatapannya dari cowok yang berhasil menyita perhatiannya. Amara memang tidak kenal dengan cowok itu. Namun entah kenapa Ia merasa tidak asing dengan tampangnya.

"Udah kamu jangan nangis lagi ya. Kaki kamu ga apa-apa kan? Gada yang luka kan?  Nih kakak kasih robot-robotan buat kamu". Cowok itu berkata dengan sangat lembut seraya mengambil robot kecil dari sakunya. Dia berikan robot itu kepada gian.

"Waa makasii kakak. Gian sangat suka. Gian janji  ga akan nangis lagi". Ekspresi sedih gian langsung berubah setelah dilihatnya mainan robot keren yang diberikan padanya.

"Mantap! Kalo gitu kakak pergi dulu ya. Kamu cepat kembali ke kakak kamu". Cowok itu mengusap pelan rambut gian. Lalu ia menatap Mara sebentar dan hanya sepersekian detik tatapan mereka bertemu. Cowok itu segera berbalik badan dan pergi.

"Kak Amara". Lamunan  amara kembali buyar setelah Gian tiba-tiba sudah berdiri di depan menarik-narik bajunya.

"Ehh iya gian. Gian ga apa-apa kan? Gada yang sakit kan?". Seolah tersadar Mara langsung berjongkok mensejajarkan tingginya dengan Gian.

"Ga kak hehe. Tadi aku dikasi ini kak". Ucap gian sangat bersemangat menunjukkan robot pemberian cowok itu.

"Tadi ada kakak cowok ganteng yang bantuin gian pas jatuh. Telus dia kaci gian ini". Terangnya dengan nada sangat menggemaskan.

"Waa keren robotnya". Mara tersenyum dengan lembut sembari mengusap pelan kepala adiknya.

"Gian". Tiba-tiba rio yang sedari tadi berada di samping mereka membuka suaranya.

"Iya bang?".

"Ganteng mana antara abang Rio sama cowok tadi?". Mendengar pertanyaan bodoh itu sontak saja membuat Mara melayangkan jitakan ke jidat Rio.

"Aww sakit Ra". Ringis Rio

"Ga penting banget pertanyaan lo. Udah ah ayok kita pulang. Sekarang kita susul Bima sama Keno dulu ". Amara berpikir lebih baik segera menyudahi main-main hari ini. Sekarang juga sudah jam 12 siang. Waktunya mereka untuk makan siang di rumah.

----------

Amara sedang berada di kamarnya sekarang. Ini sudah waktunya untuk memulai kegiatan rutin dia yaitu drama marathon. Segala persiapan sudah selesai dilakukakannya. Mengunci kamar,memasang speaker di laptop,sampai berbagai macam snack pun sudah ada di diatas kasurnya. Mara kini sedang mencari drama mana yang akan dia tonton selanjutnya setelah minggu kemarin menamatkan" memories of alhambra".

TRINGG. Suara line masuk di hpnya membuat Mara menghentikan sebentar aktivitasnya. Mara mengambil hpnya di atas meja tidur lalu membacanya.

From : Bagus
Halo assalamualaikum

"Siapa nih? Bagus? Perasaan di kelas gada yang namanya Bagus" Amara mengerutkan dahinya sebentar sambil mengingat-ngingat nama orang yang terpampang di room chatnya sekarang.

To : Bagus
Wlkmslm. Knp?

Akhirnya chat aneh tersebut dibalasnya saja dengan singkat.

TRINGG. Belum juga sampai 5 detik orang itu sudah membalasnya.

From : Bagus
Aku bagus. Mau kenalan sama kamu bole ga?

"issss". Amara mendesis cukup keras. Dia kesal banyak sekali orang yang ngechat dia ngajak kenalan.

To : Bagus
Buat apa

Masih sabar ia meladeni orang itu.

From : Bagus
Ya siapa tau kita bisa jadi temen gitu hehe

Langsung saja Amara menghentikan usaha cowok itu dengan membalas seperti ini.

To : Bagus
Emangnya lo gada temen apa? Sampe orang yg ga lu kenal kyk gw aja lu ajak kenalan.

Orang tersebut akhirnya diblokir tanpa perlu menunggu balasannya. Mara tidak peduli orang itu akan kesal nantinya. Toh dia juga tidak kenal dengan cowok itu. Memang tiap cowok yang suka mengajaknya kenalan selalu berakhir seperti ini. Amara memang sangat tidak suka dan merasa aneh jika harus berkenalan dan meladeni orang-orang asing. Walaupun sebenarnya Amara tahu bahwa cowok-cowok tersebut kemungkinan besar adalah mahasiswa di kampusnya juga. Tapi tetap saja amara tidak tertarik dengan hal seperti itu. Hal ini berlaku untuk semuanya tak terkecuali teman sejurusannya. Bedanya ia tidak sampai memblokir mereka.

TRING!!
Hp Mara berbunyi lagi. Mara melihat hp nya lagi dengan malas. Entah kenapa hari ini banyak  sekali yang mengechatnya.

From : Si Bego
Ra?

Ternyata chat tersebut berasal dari sahabatnya, Rio. Amara memang mengganti display name Rio menjadi si bego karena menurutnya panggilan itu memang sangat cocok dengan Rio. Berulang kali Rio berusaha menggantinya maka tetap saja akan diganti lagi oleh Mara. Tanpa pikir panjang Amara langsung membalasanya.

To : Si Bego
?

From : Si Bego
Jir singkat amat lu balesnya :(

Cowok sialan ini benar-benar menguji kesabaran Amara.

To : Si Bego
Knp si

From : Si Bego
Promoin Ig gua di Story lo dong hehe. Kan lu slbgrm yang fllwrs nya udh 3jt :p

Nahkan amara sudah menebak bahwa chat dari Rio akan sangat tidak penting seperti ini.

To : Si Bego
G pnting

Amara sudah males meladeni Rio. Dia langsung mematikan datanya agar tidak ada yang mengganggu nya lagi. Lebih baik ia melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda tadi. Ia memutuskan untuk menonton film train to busan. Film ini sudah ia tonton berkali-kali namun ia tidak pernah merasa bosan. Namun baru 30 menit film itu tayang, amara sudah tertidur pulas. Mungkin dia sangat lelah hari ini.

--------

Stevan pov

Sekitar pukul 05.00 pagi akhirnya stevan sampai di rumah barunya. Ia dan ibunya  memutuskan untuk pindah ke Bandung setelah kejadian naas menimpa ayah dan adiknya. Berharap agar semua kenangan buruk tersebut tidak manghantuinya lagi. Stevanlah yang bersikukuh memaksa ibunya untuk pindah. Ia tidak mau melihat ibunya terus-terusan bersedih. Sehingga ia berharap disini mereka bisa memulai hidup dari awal lagi dan melupakan kejadian itu.

Begitu sampai di dalam. Ia meneliti sebentar keadaan rumah barunya. Ternyata Rumah baru ini jauh lebih besar dari rumah yang dulu. Bangunannya di desain minimalis dengan warna monokrom yang terkesan dingin. Rumah-rumah di komplek ini seolah memperlihatkan status pemiliknya. Hanya dikhususkan untuk orang-orang kelas atas.

Merasa sudah puas melihat rumahnya, stevan kemudian  menaiki tangga sambil membawa koper besar miliknya. Kamarnya ada di lantai atas. Kamar itu sangat mempresentasikan dirinya yang sekarang. Dingin dan hampa. Tidak ada yang istimewa dari kamarnya. Hanya ada bed besar, lemari dan meja tidur. Cat nya berwarna hitam dan putih. Sangat simpel.

"Hsss. Sepertinya aku harus beristirahat sebentar". Gumam stevan sangat pelan. Ia sangat lelah sekarang. Matanya sangat berat ingin di tutup. Akhirnya ia berbaring dan tertidur dengan pulas.

----------

Setelah merasa tubuhnya sudah segar kembali. Stevan memutuskan untuk jalan-jalan di sekitar komplek. Ia ingin mencoba lebih mengenal daerah ini. Ia pun sudah siap sekarang. Ia hanya memakai kaos oblong putih dan celana training. Namun, penampilan sederhana itu tidak menutup ketampanannya. Ya.. cowok berumur 20 tahun ini memang dianugerahi wajah dan tubuh yang sempurna. Matanya tajam dengan iris mata berwarna coklat.  Alisnya tebal, hidungnya mancung dan badannya tinggi atletis. Tidak heran semua gen keindahan ini menurun dari orang tuanya yang blasteran indo-inggris.

Stevan mulai menyusuri jalan sambil mendengar musik klasik kesukaannya. Tatapannya dingin dan kosong. Akhirnya ada yang menarik perhatiannya. Langkah kakinya terhenti setelah melihat ada taman bermain di samping jalan. Banyak anak kecil yang bermain disana. Seketika air muka stevan berubah. Bibirnya terangkat dan tatapannya berubah sangat teduh. Perasaannya sangat nyaman dan damai sekarang.

Stevan tidak melakukan apapun di taman itu. Ia hanya duduk di kursi sambil terus mengamati anak-anak kecil yang bermain disana. Ada yang bermain perosotan, berlarian, dan jungkat jungkit.

"GIAN!!!!". Terdengar teriakan seorang cewek di dekatnya.

Stevan tersadar ternyata ada seorang bocah yang terjatuh dan balon ditangannya sudah merangkak naik terbang begitu saja. Tanpa pikir panjang stevan langsung berlari menuju tempat anak itu.

dia menangis. Pikir stevan.

Ia lalu membantu anak itu berdiri. Diberikannya senyum yang sangat lembut. Berharap agar anak itu bisa berhenti dan merasa tenang.
"Adik ga apa-apa? Jangan nangis". Bocah itu menatap Stevan dengan mata yang berlinang.

“Udah kamu jangan nangis ya. Kaki kamu ga apa-apa kan? Gada yang luka kan?  Nih kakak kasih robot-robotan buat kamu". Stevan teringat bahwa dia memiliki robot-robotan kecil yang sempat ditemukannya di jalan tadi. Ia keluarkan mainan itu dari sakunya dan diberikan kepada anak ini.

"Waa makasii kakak. Gian sangat suka. Gian janji  ga akan nangis lagi". Anak ini sangat senang. Tangisannya sekarang berganti menjadi senyuman yang sangat manis.

"Mantap! Kalo gitu kakak pergi dulu ya. Kamu cepat kembali ke kakak kamu". Stevan lalu menatap sekilas cewek yang sedari tadi mengamati mereka berdua. Stevan yakin bahwa cewek itu adalah kakaknya. Diusapnya sebentar air mata bocah ini. Ia lalu membalikkan badan dan pergi.

Tepat sebelum melangkah. Sudut bibirnya terangkat sangat tipis. Bahkan orang yang melihatnya pun tak akan tahu bahwa ia sedang tersenyum. Senyum yang sangat berbeda yang belum pernah ia perlihatkan sebelumnya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro