PART 2
Intensitas aku ngupdate tergantung kesibukan ya heheh. Karena sekarang lagi gabut jadi aku udah siapin part 2 nya nih. Semoga kalian bisa semakin mengenal karakter Mara dan Rio ya. Selalu nantikan kejutan tak terduga di cerita ini heheh. Semoga kalian suka. Happy reading 😊
-----------
“Cinta itu bukan soal memberi atau menerima. Melainkan cinta adalah keikhlasan”
Amara Pov
“Halo dek, gua boleh duduk sini ga?”. Tanya seorang cowok tiba-tiba mengusik kehidmatan Mara yang sedang makan di kantin.
“Ha? Yauda duduk aja”. Jawab Mara tidak ada kalem-kalemnya. Dia pun melahap bakso yang sudah nangkring didepan mulutnya dan melanjutkan makannya.
Merasa sedang di perhatikan. Amara mendongakkan kepala menatap cowok didepannya itu. “kenapa ya? Ada yang salah sama muka gua?”. Tanya amara sangar. Dia sangat jengah dengan cowok pengganggu yang sedari tadi curi-curi pandang ke dirinya.
“Hehhe maaf-maaf. Iya ada yang salah dengan mukamu. Kamu salah karena terlalu cantik”. Jawab cowok itu dengan cengiran ga jelas.
Jujur saja, menurut amara cowok ini lumayan ganteng, ditambah lagi kalo tersenyum lesung pipinya akan jelas terlihat. Tapi mendengar gombalan cowok itu, Amara jadi muak sendiri. Alhasil, amara tidak berniat untuk meladeninya. Dia pun hanya memberikan tatapan super datar andalannya dan melanjutkkan makan dengan cuek.
“Ehm.. mar bole kenalan ga?”. Tanya cowok itu masih belum mau menyerah setelah usaha pertamanya gagal.
“Untuk apa?’. Akhirnya keluar sudah sifat jutek dan dingin amara terhadap cowok. Dia kesal karena cowok ini terus-terusan mengusiknya.
“emmm itu... emm....” cowok itu mati kutu kebingungan bangaimana menjawab pertanyaan amara. Teranyata benar apa yang di rumorkan. Kalau amara ini adalah gadis yang sangat sulit untuk didekati.
“woy mar sorry lama heheh”. Tanpa angin dan hujan tiba-tiba amara dikagetkan lagi dengan kehadiran seonggok pria lain yang usut punya usut adalah sahabatnya, Rio.
“ish sialan lu ini. Ngagetin ajaa”. Bentak amara gada manis-manisnya.
“hehhehe maap-maap.... Eh halo kak”. Sapa Rio tersadar dengan kehadiran cowok yang sedari tadi menyimak mereka berdua.
“halo rio”. Jawab cowok itu sambil memperlihatkan lesung pipi andalannya.
“kakak ngapain disini?”. Tanya rio ga masuk akal.
“lagi main bola. Ya makanlah”. Jawab cowok itu garing.
“ohh hehhehe iyading. Kirain lagi joget bang jali”. Timpal Rio makin ga masuk akal.
“receh lo stresss!!!”. Umpat mara saking kesalnya dengan kerecehan Rio. “udah ah gua mau ke perpus aja”. Ucap amara sambil beranjak dan meninggalkan kedua cowok itu. Amara sudah tidak tahan lagi dengan keanehan mereka. Lebih baik ia ke perpus dan melakukan hobinya disana. Tidur.
“eee tunggu gua mar!!! Kak, Rio pamit dulu ya hehe”. Ujarnya kepada cowok yang ternyata merupakan kakak tingkat mereka. Rio pun berlari menyusul Mara yang sudah lumayan jauh meninggalkannya.
“woy lu cepet amat jalannya”. Ucap rio sambil sedikit ngos-ngosan.
“lu mau ngapain di perpus? Jangan bilang mau tidur”. Selidik Rio curiga.
“iyalah. Kayak gatau gua aja”. Jawab Mara sedikit ketus.
“eh lu tau kan siapa cowok tadi? Kok lo bisa makan bareng dia?”. Tanya Rio yang masih heran dengan kehadiran kakak tingkatnya tadi.
“gatau. Emang dia siapa? Lagian gua ga makan bareng ya sama dia. Tiba-tiba aja tuh orang sok join”. Jelas amara.
“lah lu gatau siapa dia? Dia kating kitaa begooo. Kak Rendi namanya. Dia itu ketua himpunan. masa lu gatau”. Rio sangat heran dengan Mara yang tidak mengenal orang sepopuler Rendi.
“ya mana gua taulah bodo amat”. Jawab Mara cuek.
“ish lu ini cuek banget sih. Dia kayaknya mau deketin lo deh. Ganteng tau dia, mana banyak yang suka lagi sama dia”. Cecar Rio.
“yabodo amat dah sama dia. Kok lo jadi ceriwis banget sih. Berisik dah gua mau tidur. Ntar bangunin kalo udah mau masuk ya”. Amara langsung mengambil ancang-ancang untuk memulai mimpi indahnya. Dia tidak peduli dengan cowok tadi yang dibangga-banggakan oleh Rio. Menurutnya, laki-laki seperti rendi bukanlah tipe nya. Amara sangat mendambakan pria yang terlihat dingin diluar tapi sebenarnya hangat di dalam. Namun dari sekian banyak laki-laki yang mendekatinya, dia belum juga menemukan cowok seperti itu.
“issh dasar. Cantik sih tapi cuek dan judesnya ga ketulungan nih orang. Ga heran jomblo sampe sekarang”. Kicau Rio sedikit kesal dengan sikap Mara yang tidak pernah berubah. Rio pun akhirnya pasrah menemani Mara yang tidur pulas. Ia pun memutuskan untuk main game di HPnya karena bingung harus melakukan apa di perpus.
----------
“yo, nanti jam 5 sore anterin gua ke pemotretan ya”. Pinta amara kepada rio.
Sekarang mereka di dalam mobil Rio menuju rumah untuk pulang. Selain sebagai mahasiswi, Amara juga memiliki kesibukan sebagai seorang selebgram. Dia sering mendapat tawaran untuk pemotertan barang-barang endorse. Tidak heran, semua ini karena fisik Amara yang tanpa celah. Sebagai seorang gadis keturunan korea-indonesia membuat dia mendapat gen kecantikan yang mempesona.
Orang-orang yang melihatnya selalu kagum karena wajahnya yang seperti idol korea. Bahkan, teman-temannya pun selalu beranggapan bahwa jika dia mengikuti audisi Idol dari agensi ternama korea. Pasti Mara bisa lolos dengan mudah. Namun, Mara selalu merasa temannya berlebihan, toh dia juga tidak memiliki bakat apapun di bidang seni dan dia sama sekali tidak tertarik dengan hal seperti itu.
“iyee iye. Gua berasa supir lo banget deh. Nganter lo kemana-mana”. Jawab Rio bercanda sambil sok cemberut.
“yaelaa luu. Kan lu gabut. Jadi harusnya lu bersyukur gua kasih kerjaan dengan nganter jemput gua. Lagian lu juga jomblo jadi beruntunglah bisa deket dengan cewek secantik gua”. Jawab Mara ngasal.
“ngaco lo maemunah!!! Lu ga ngaca apa? Lu juga jomblo jir”. Sungut Rio mendengar jawaban terkutuk Mara.
“hahaha yauda sih berisik banget lu ah. Buru jalan gua mau pulang terus istirahat dulu bentar”.
“iyaiyaaa”. Akhinya Rio mengalah saja, sebelum tancap gas, tidak lupa Rio mengaitkan seatbelt Mara yang selalu saja lupa dipakainya.
Mara sangat beruntung sahabatnya ini sangat bisa diandalkan dan tidak pernah menolak permintaannya. Sempat Amara berfikir apa yang menyebabkannya mau berteman dengan cowok ini. Padahal Rio adalah cowok yang sangat gesrek otaknya. Mungkin karena mereka tetanggaan dengan jarak rumah hanya lima langkah dan selalu satu kelas sejak SMP. makanya mereka bisa menjadi sangat dekat.
----------
1...2...3... Ckrek ckrek.
Sudah sekitar 1 jam pemotretan berlangsung. Amara pun sudah sangat lelah. Dia menoleh sedikit melihat sahabatnya yang masih setia menemaninya sambil bermain game. “entar gua beliin starbuck kesukaan lu dah” gumam Mara pelan. Ia memang sering membelikan minuman favorit Rio sebagai tanda terima kasihnya.
“mar senyum. Kok malah bengong”. Tegur sang fotografer.
Amara tersadar bahwa tadi ia sempat melamun. Akhirnya pemotretan pun dilanjutkan.
---------
Mario Pov
“lama banget dah mara. Bosen juga gua main game mulu”. Rio sudah kehabisan ide untuk mengisi kebosanannya menunggu Mara.
Akhirnya ia memilih untuk berjalan-jalan kecil sembari meregangkan badannya yang kaku karena teralalu lama duduk hampir satu setengah jam. Seakan baru menemukan harta karun, Rio lari kegirangan melihat gitar yang bertengger di sebuah kursi di pinggiran danau yang memang terletak dekat dengan lokasi pemotretan. Langsung saja gitar itu dimainkan olehnya tanpa peduli gitar itu milik siapa. Jika sudah bertemu dengan alat musik satu ini, dia tidak bisa tinggal diam dan sangat bersemangat untuk memetiknya.
Sejak kecil Rio memang sangat mahir bermain gitar. Menurutnya gitar adalah teman hidup yang setia mengisi waktu luangnya. Rio pun memainkan lagu a thousand year Christina perry. Lagu ini adalah lagu favoritnya karena, menurutnya lagu ini memiliki makna yang dalam yang sangat mirip dengan perasaannya.
I have die every day waiting for you
Darling don’t be afraid i have love you
For a thousand year
I love you for a thousand more
Alunan gitar dan suara merdu Rio sangat menggambarkan perasaannya yang telah lama ia jaga untuk gadis didalam hatinya.
“waaah kakak keren banget”. Sesaat setelah Rio menyelesaikan nyanyiannya. Tiba-tiba seorang bocah laki-laki muncul sambil bertepuk tangan. Mata bocah itu berbinar-binar melihat rio.
“eehh adek hehehhe”. Rio sedikit terkaget dengan kehadiran bocah itu. Bocah itu sangat lucu pikirnya, matanya bulat seperti beruang dan ekspresi nya sekarang sangat menggemaskan.
“kakak keren! Pasti itu lagunya buat pacar kakak ya?”. Tanya si bocah sangat polos.
“ehh kok bisa mikirnya gitu?”.
“Iya, abisnya kakak nyanyi pakai hati sih heheh. Yakan kak? Bener kan buat ceweknya?”. Goda si bocah dengan semangat.
“hehe bukan buat pacar kakak. Soalnya kakak gapunya pacar kalo sekarang”. Jelas Rio dengan lembut.
“masa kakak gapunya pacar? Kakak kan ganteng. Suaranya bagus lagi. Mirip kang daniel”. Ujar si bocah dengan sangat jujur.
“kang daniel siapa? Masa kakak yang keren begini disamain dengan akan- akang?”. Protes Rio yang sangat ogah disamkan dengan akang-akang. “Apa mungkin kang daniel itu kang somay ya? Apa kang bakso?”. Tanya rio dalam hatinya.
“kang daniel wanna one loh kak”. Jelas si bocah.
“iyaiyaa terserah kamu deh”. Pasrah rio menurut saja. Ia merasa asing dengan nama yang disebutkan bocah itu.
“jadi kakak beneran ga punya pacar?”. Tanya si bocah yang masih penasaran.
“enggak dek. Gapunya. kakak Cuma punya cewek yang kakak suka aja sejak lama”. Jelas Rio dengan sabar meladeni ke kepoan si bocah.
“oiyaa?? Siapa kak ceweknya? Aku mau liat seperti apa cewek yang kakak suka”.
“ada lah pokonyaa. Dia gada disini dek”. Jelas rio sambil tersenyum mengingat wajah gadis yang sangat tulus ia cintai.
“yaah terus dimana dia kak? Aku mau liat”. Bocah itu terus-terusan meneror Rio.
“jauh dek. Dia sangat jauh dari sini”. Ujar Rio masih sabar.
“yaah padahal aku penasaran kak. Yauda deh aku mau balik dulu ke mama. Dadah kakak”. Pamit bocah itu sambil tersenyum riang sekali memperlihatkan gigi susu putihnya yang berderet dengan rapi.
Rio pun membalas dengan anggukan dan senyuman lembut kepada bocah itu. Bocah yang sangat lucu dan polos menurutnya.
Merasa ia sudah pergi lumayan lama, Rio pun memutuskan untuk kembali ke lokasi Pemotretan.
----------
“darimana lo? Gua telponin dari tadi ga aktif masa”. Tanya Mara yang sedari tadi mencari keberadaan Rio. Gadis Itu rupanya sudah selesai dan bersiap-siap untuk pulang.
“sorry, tadi abis dari danau hehe. Hp gua juga habis batre”. Jelas Rio. Dia sedikit menyesal karena ternyata mara sudah menunggunya dari tadi.
“issh lo ini. Yaudah yuk balik”. Amara sudah sangat lelah. Yang dia inginkan hanyalah segera pulang dan istirahat. Mereka berdua pun berjalan menuju parkiran.
“eh mar. Lo tau siapa kang daniel?”. Tanya Rio tiba-tiba.
“tau. Kenapa?”. Jawab Amara singkat.
“masa tadi ada anak kecil yang bilang gua mirip kang daniel. Boong banget gasi. Masa orang seganteng gua gini disamain sama akang-akang”. Curhat Rio mengingat kejadian beberapa menit lalu.
“iya lu emang jauh beda sama kang daniel. Lu lebih mirip kang sayur tau gak!!”. Cemooh Mara sangat sadis.
“iss gadis sialan lo emang”. Umpat Rio sangat kesal
“bodo. Ntar mampir ke starbuck ya. Gua beliin lu sebagai upah hari ini”.
“yey mantaaplaaa. Makasi Mara cantik”. Ucap Rio kegirangan sambil mencubit pipi gadis itu.
“bangsul lo!! Sakit tau! Buru jalan”. Umpat gadis cantik itu saking kesalnya.
“HAHAHAHHAHAHAHAH mampus”. Rio malah tertawa kegirangan. Baginya, menjaili Mara adalah hobi kedua setelah bermain gitar tentunya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro