Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

True End

Disclaimer
Mystic Messenger © Cheritz
Media © Cheritz
Story © Panilla_IceCream
.
.
.
Warning!
Abal, OOC, Lot of Typos, Absurd, Bad EBI, dll.
.
.
.


Sekali lagi, aku menatap layar ponselku yang menunjukkan 'mereka'.

'Mereka' yang kumaksud adalah semua anggota RFA ....

Ya, seharusnya mereka semua tertawa dan tersenyum seperti itu.

Tak ada aku.

Kenyataan ini menghantamku, dengan telak.

Sejak awal, aku dan mereka itu berbeda.

Mereka hanyalah karakter fiktif dalam sebuah game yang kumainkan.

Kehidupan yang kujalani, berbeda dengan mereka.

Jariku kembali mengelus-elus layar ponselku, yang memperlihatkan aktivitas yang mereka lakukan.

"Hyung, karena kita semua tengah berkumpul, bagaimana kalau kita semua berfoto?" ajak seorang pria berambut pirang dalam ponselku itu.

Ah, itu Yoosung. Kim Yoosung.

Pria yang selalu sibuk bermain game bernama LOLOL sepanjang hari. Namun lama-kelamaan menjadi seorang gentleman yang bisa melindungi perempuan yang dicintainya.

Bahkan Yoosung mengorbankan dirinya sendiri untuk seseorang itu.

Perempuan itu adalah 'aku'.

Oleh karena itu, aku yang di 'sini' pun merasa beruntung.

Nah, Yoosung, sebaiknya kau mencari gadis lain untuk menjadi kekasihmu.

Kau harus belajar lebih giat lagi, dan menjadi dokter hewan yang handal.

"Boleh saja, Yoosung. Ah~ fotoku akan terlihat sangat tampan~" jawab pria yang sempat kusangka albino-Hyun Ryu alias Zen.

Zen, dia seorang yang narsis.

Kalau bisa kuhitung, dari angka satu sampai dengan sepuluh, tingkat kenarsisan yang dimiliki Zen adalah sebelas.

Namun, dia juga pria yang baik hati.

Walau isu buruk menerpanya, ia tetap mengutamakan keselamatan seseorang.

Yaitu 'aku'.

Aku tersenyum mengingat bagaimana dia mengajak diriku yang ada di 'sana' berlari dan menyelamatkanku dari Saeran Choi, yang dulunya seorang hacker yang pada akhirnya membawaku bertemu dengan mereka melalui aplikasi Mystic Messenger.

Zen, ketampanan dan kepiawaianmu kelak akan membawamu ke gadis yang kaucintai.

Teruslah berkarya, Zen.

"Narsis, seperti biasa," komentar pria jangkung berambut gelap, Jumin Han.

Jumin adalah seorang yang beruntung sejak dia lahir.

Ya, dia memiliki banyak harta.

Jumin tidak mengerti cara hidup orang-orang biasa yang tentu saja gaya hidupnya tidak seperti gaya hidup Jumin.

Namun, Jumin merasa, gaya hidup orang biasa itu sangat menarik.

Jumin juga terobsesi pada kucingnya, Elizabeth 3rd, dan juga buruk dalam membuat lelucon.

Walau Jumin tidak bisa membuat candaan yang lucu, dia merupakan seorang yang protektif pada orang yang dicintainya.

Kadang, mengingat perlakuannya pada'ku' waktu itu, bisa membuatku merinding jua.

Dia teramat protektif, walau itu demi keselamatan'ku'.

Jumin, kau adalah pria yang baik. Carilah wanita yang benar-benar mencintaimu kelak, jangan mau dengan wanita yang hanya mencintai hartamu.

"Tetapi, Zen memang tampan, Mr. Han," timpal Jaehee Kang, asisten Jumin Han.

Jaehee adalah wanita yang gila bekerja untuk menghidupi dirinya.

Err ... walau yang membuatnya seperti itu adalah Jumin sendiri.

Jaehee bahkan memiliki pola tidur serta pola makan yang tidak teratur karena pekerjaannya yang selalu menumpuk.

Hal itu membuat Jaehee tidak mengerti potensi yang terpendam dalam dirinya.

Jaehee, sadarilah potensi yang kau miliki. Dan jaga dirimu sendiri.

"Bisa 'kan, aku mengajak Honey Buddha Chips dan Dr. Pepper-ku berfoto?" pinta 707, alias Seven, alias Saeyoung Choi.

"Tidak!" Respon Yoosung dan Zen bersamaan.

Sementara Jumin, Jaehee dan Saeran nampak enggan merespon permintaan Saeyoung.

Saeyoung adalah seorang yang lucu, namun aneh juga menurutku.

Dia selalu membuat lelucon jika dia hadir di dalam chatroom.

Terkadang hal itu menghiburku, walau aku juga kasihan pada Yoosung yang selalu menjadi korban candaan Saeyoung.

Dia merupakan seseorang yang kerap kali membuatku terkejut.

Saeyoung seakan-akan tahu tentang Mystic Messenger sendiri, dan juga tentang 'diriku'.

Di balik sifatnya yang ceria, sebenarnya dia menyimpan masa lalu yang kelam bersama Saeran, adik kembarnya.

Seakan-akan, yang dia pakai selama ini hanyalah topengnya saja.

Dia juga selalu meminta'ku' menjauh, karena tidak ingin membuatku berada dalam bahaya jika berada di dekatnya yang merupakan seorang secret agent.

Hei, seharusnya kau tidak melakukan hal itu pada seorang gadis, nee, Saeyoung?

Jangan bekerja terus menerus, jaga pola makanmu. Tak baik memakan keripik terus menerus.

Teringat dalam benakku, wajah kesal dari Mary Vanderwood 3rd, yang sontak membuat tawa lepas begitu saja dari bibirku ini.

Empat pria dan satu wanita itu pun mempersiapkan posisi untuk berfoto, dengan kamera dan seorang fotografer yang entah dari mana datangnya.

"Saeran, ayo," ajak Saeyoung.

Saeran pun bergabung dengan mereka, dan duduk di samping Saeyoung.

Aku tersenyum melihat mereka yang nampak rukun dan akur.

"Sepertinya ada yang kurang," gumam Yoosung.

"Kau benar, siapa, ya?" ujar Zen.

Aku membeku, namun tak mengalihkan pandangan dari layar ponselku ini.

"Mungkin hanya perasaanmu saja," jawab Jaehee.

Lantas, aku pun melengkungkan bibirku membentuk senyuman.

Tetapi, bukan senyuman bahagia-melainkan senyuman pilu.

Keterkejutanku tak berhenti begitu saja, karena Saeyoung menatap jauh-tepat ke mataku yang tengah melihat ponsel.

Dia menyadariku, 'kah?

Tes

Setetes air mata jatuh dari pelupuk mataku.

Buru-buru aku menghapusnya dengan sebelah tanganku yang tak memegang ponsel.

"Apa yang kau lihat, Luciel-ah, Saeyoung?" tanya Jumin.

Saeyoung mengalihkan pandangannya dariku dan menggeleng.

"Bukan apa-apa," jawab Saeyoung.

Fotografer itu memberi aba-aba, kemudian mereka semua pun menunjukkan pose andalannya.

Cahaya menyilaukan menerpa mereka semua.

Ting!

Ya, aku mendapat foto mereka di ponselku.

Tak kuasa, air mataku kembali mengalir-lebih deras.

Hingga aku harus meredam suara tangisanku dengan telapak tangan.

"Terima kasih, kalian semua," ucapku dengan susah payah.

Jariku kembali mengelus layar ponsel-membuat layar ponselku basah karena air mata.

Tes

Tes

"Terima kasih karena kalian semua telah mewarnai hari-hariku," ujarku kemudian.

Kupikir, ini merupakan akhir yang sesungguhnya untuk kita.

"Selamat tinggal."

The End

Entahlah, apa yang kubuat ini ... maafkan aku T_T

Ceritanya mereka semua amnesia karena MC jarang hadir di tengah mereka.

Hanya Saeyoung yang ingat MC ....

Semoga feelsnya dapet, ya ^^;;

Oh ya, mind to vomment and follow?

Cheers,
Panilla_IceCream

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro