Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

TUJUH

***

"Man." Rohman merasa ganjil memanggil temannya dengan nama panggilan yang sama dengan dirinya. "Lo masih kesel sama Asha. Kasian tahu cewek cantik gitu lo omelin."


"Lagian juga-" Rohman menghentikan pembicaaraan sejenak demi menghisap kretek yang terselip di bibirnya.

Lukman terdiam, jika dipikirkan lebih lanjut yang dikatakan Rohman ada benarnya. Seharusnya Lukman tidak marah ke Asha karena sejak awal dia tahu Rohman yang meletakkan kopi di pintu kamar. Tempat kosong di sebelah Lukman pada awalnya adalah milik Rohman, hanya saja saat Asha tiba Rohman sedang ke kamar mandi sehingga Asha yang melihat tempat kosong itu langsung menempatinya. Lukman tidak menyangka Asha duduk di sebelahnya dan tidak sempat mencegah gadis itu karena dia sibuk berbalas pesan dengan sahabatnya.

Lagipula kopi yang menyiram pantatnya sudah hangat, bukan kopi yang baru di seduh air panas sehingga dia tidak perlu di rawat di rumah sakit seperti salah satu artis ibukota. Lukman merasa dirinya berlebihan dan sudah sepantasnya meminta maaf karena hal ini.

Hal yang mengganjal di hati Lukman sampai saat ini adalah malu, karena hal ini juga dia masih mendiamkan Asha. Siapa sih yang tidak malu celananya basah karena kopi di depan tutor dan teman yang baru ditemuinya? Tapi ... jika dipikirkan lagi Lukman sudah melampiaskan kekesalannya pada Asha padahal, kan, seharusnya dia marah ke Rohman.

"Gue udah gak marah."

"Lo mungkin udah gak marah, tapi sikap lo yang ngejauhin dia jelas banget, Man. Apalagi kita satu kelompok."

Kalo untuk akrab gue gak jamin, kata Lukman dalam hati.

"Gue minta besok jangan begitu lagi. Enggak  seru."

"Gue usahain."

Sejujurnya Lukman sedikit takut pada Asha. Sejak ketemu cewek ini di teras masjid entah kenapa Lukman jadi sering kesel dan ngedumel walaupun dia tidak mengutarakannya secara langsung. Menjauhi Asha adalah salah satu cara supaya Lukman tidak mudah terpancing dan tetap mengontrol dirinya. Entah kenapa setiap kali berhadapan dengan Asha Lukman selalu tidak ingin kalah padahal selama ini dia adalah tipe cowok yang tidak suka konfrontasi.

Lukman mengingat kembali percakapannya dengan Rohman saat berjalan kembali ke camp setelah makan malam. Dan sekarang dia menjadi merasa bersalah. Lukman menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Bingung sendiri dengan perbuatannya. Dia tidak menyangka bisa melakukannya pada Asha. Sebelumnya Lukman tidak pernah seperti ini.

Lebih baik sekarang dia mengahapal vocab dan idiom hari ini supaya ngelotok di luar kepala dan besok minta maaf ke Asha.

Sebelum mulai menghapal Lukman membuka aplikasi pesan di ponselnya dan terkejut melihat seratus pesan di grup kelasnya. Biasanya grup itu sepi karena mereka lebih sering bercengkrama secara langsung saat bertemu di kelas, setelah di luar kelas mereka lebih memilih bersosialisasi dengan teman satu camp sambil mengasah kemampuan speaking.

Karena penasaran Lukman mulai membaca pesan paling atas.

Rani : Ashaaaaaa. Minggu depan is my birthday. Play happy birthday song for me ya

Akbar : Selain cantik pinter bermusik juga

Dinda : Evening class camp lo seru banget Sha. Mau juga dong

Rohman : @dinda emang di camp lo ada gitar

Akbar : firts think first, gitarisnya ada atau gak

Dinda : I book you, Sha. Besok gue rayu Miss April

Dinda : Atau gue pindah camp tiga sekalian

Ada apa sih? Chat isinya cuma gitar dan Asha. Sedangkan yang disebut namanya belum muncul juga. Rasa penasaran Lukman semakin besar. Dia ingin bertanya pada Rohman, tapi gengsi. Akhirnya Lukman mulai mencari tahu dari status WA. Dirinya dan gadis itu hanya terhubung melalui WA karena Lukman tidak memiliki Instagram.

Lukman menekan status WA Asha yang sedang menampilkan kegiatan evening class camp tiga. Di status itu terlihat Asha yang ikut bernyanyi sambil bermain gitar saat mengiringi teman-temannya bernyanyi. Jika diingat-ingat kelas memang lebih meriah saat ada Asha.

Asha Left

Dari tadi gak muncul sekarang malah keluar dari grup. Lukman semakin penasaran dengan sikap tak terduga Asha.

***

"Hei!" Asha menyapa Lukman dan Rohman saat melihat keduanya memasuki pekarangan camp dua. Hari ini dia menjadi orang pertama yang tiba di kelas. Setelah empat hari di Pare Asha mulai terbiasa dengan jadwalnya, meskipun dia harus bangun lebih pagi agar bisa mandi sebelum shalat Subuh.

Terima kasih untuk teman sekamar Asha yang bernama Puri, karena kebiasaan shalat malamnya Asha jadi bisa bangun lebih pagi, ikut shalat malam lalu mandi.

Asha melambaikan tangannya, meminta mereka mendekat dan duduk di sebelahnya. Untung saja mereka segera tiba sehingga Asha tidak perlu menunggu sendirian lebih lama. Saat menunggu sendirian Asha menempelkan nail sticker sunflower di setiap kuku tangannya yang berwarna hijau.

"Jangan ngerokok, ih! Masih pagi juga. Bikin polusi aja," sembur Asha saat Rohman mengeluarkan kretek dari saku celananya.

"Mulut gue asem."

"Ya tapi jangan ngerokok juga. Nih makan permen aja." Asha mengeluarkan permen mint dari dalam tasnya.

Saat membuka permen mint ponsel Rohman berdering lalu dia menjauh untuk mengangkat telepon. Dalam sekejap suasana menjadi canggung di antara mereka berdua, tapi bukan Asha namanya jika tidak bisa mencairkan suasana.

"Mas, tolong masukin gue ke WAG lagi."

"Kalo mau masuk lagi kenapa keluar?" tanya Lukman. Dirinya sebal dengan orang yang seenaknya keluar masuk WAG.

"Semalem gue lagi teleponan sama bokap. Keganggu sama getar and bunyi pesan yang masuk makanya gue keluar dulu."

Lukman segera mengeluarkan ponselnya dan memasukkan nomer telepon Asha ke WAG camp dua setelah mendengar alasan yang masuk akal dari gadis itu.

"Mas, luka lo gimana? Udah sembuh? Kalo belom kita ke rumah sakit aja, deh. Ngeri gue kalo lo kenapa-kenapa."

"Gak usah."

"Lo bilang enggak usah tau-tau gue dituntut ke meja hijau lagi dengan tuduhan melukai dengan sengaja."

Kening Lukman bertaut karena Asha mulai mengoceh hal yang tidak penting.

"Gue bilang enggak ya enggak. Lagian juga kopinya udah gak panas."

"Kalo gitu kenapa lo masih jutekin gue? Gue salah di mana lagi?"

"Gue kesel sama lo karena malu bukan karena luka."

Asha mengangguk, jika dia ada di posisi Lukman dia juga akan melakukan hal yang sama bahkan lebih. Dia pasti langsung minta pindah kelas ke camp lain saking malunya.

"Jadi masalah kita udah selesai, Mas. Lo gak cuekin gue lagi, kan?" Asha bertanya memastikan.

Sebagai jawaban Lukman bergumam, "Hmm."

"Selain ganteng lo juga baik ya, Mas." Kalimat yang dilontarkan Asha membuat Lukman memalingkan wajah dan berdecak kesal. Nih cewek gak ada basa-basinya. Pagi-pagi udah gombalin gue.

"Eh, Sha. Kenapa sih lo panggil Lukman pake Mas ke gue malah Man, Rohman. Gue juga pengen kali dipanggil Mas sama lo."

Rohman kembali meringsek di antara mereka setelah menutup teleponnya. Saat menerima telepon Rohman bisa mendengar pembicaraan keduanya. Di satu sisi senang karena mereka telah menyelesaikan tragedi kopi, tapi di sisi lain telinganya terasa gatal tiap kali mendengar Asha memanggil Lukman dengan sebutan 'mas'. Rohman ingin bertanya sejak kemarin, tapi sering kelupaan dan baru ingat pagi ini saat Asha melakukannya lagi.

"Ya, kan, dia lebih senior. Kalo lo cuma beda setahun ngapain gue panggil lo pake Mas segala."

Rohman melongo mendengar jawaban Asha sedangkan Lukman kesal karena tahu ke mana arah pembicaraan selanjutnya.

"Lah, emangnya lo gak tahu kalo Lukman umurnya dua satu juga."

"What! Serius lo baru dua satu, Mas? Tapi ...." Kok mukanya boros banget? Gue tebak dua enam atau dua tujuh, tambah Asha dalam hati. Dia takut menyinggung perasaan Lukman.

Aduh! Baru juga baikan gue udah bikin masalah lagi. Asha menepuk keningnya sendiri. Mengutuk kebodohannya. Dia sudah membuat Lukman kesal lagi padahal belum sepuluh menit mereka bermaafan.

***

***

Hai selamat pagi.
Maaf ya telat update satu hari. Jangan lupa vote & komen.

Menurut kalian Song Wei Long pantes jadi Lukman atau enggak? Apa kalian punya versi sendiri?

Terima kasih udah baca, vote, komen.

Jakarta menjelang subuh
Bae

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro