chapter 23
Halo semuanya 👋🏻
Author akhirnya bisa kembali lagi menulis setelah sekian lama.
Maaf membuat kalian menunggu dengan sangat lama sampai sudah mau tahun baru 😭🙏🏻
Maaf juga tiba tiba ngilang dan tiba tiba hiatus tanpa ngasih kabar ke kalian
Sebenarnya author agak ragu ragu mau lanjut nulis ini atau tidak, tapi setelah melihat komenan kalian yang masih menunggu membuat author memutuskan untuk tetap melanjutkan cerita ini.
Author ingung mau ngomong apa lagi sama kalian, tapi...
Selamat membaca!!
Di sore hari di tempat bar,
Ten datang memasuki bar tersebut untuk menemui seseorang, orang itu sudah duduk menunggu Ten sambil meminum minumannya.
" lama tidak bertemu Kujo-san" sapa Ten saat sudah berdiri di sebelah pria tua itu. "sebenarnya ada urusan apa tiba tiba memanggilku disini ?" Tanya Ten.
Kujo Takamasa, pria yang kini memasuki usia 60 tahunan memiliki penampilan pria tua yang dengan beberapa uban yang menghiasi rambutnya.
Takamasa menoleh dan menatap wajah Ten dengan datar " kau sudah datang Ten, duduklah " Ten pun duduk disebelah Takamasa.
" sudah lama kita tidak berbincang berselahan seperti ini, bagaimana kabarmu akhir-akhir ini Ten ?"
" aku baik-baik saja, bagaimana denganmu Kujo-san ?"
" seperti yang kau lihat, aku sudah tua dan sudah saatnya aku harus pensiun dari karirku. Tapi kau tau Ten, aku masih belum ingin mengambil masa pensiunku " Takamasa menunjukkan seringainya yang membuat Ten bergidik
" apa maksudmu?"
Suasana yang semula terlihat tenang, tiba-tiba berubah sedikit tegang.
Takamasa menoleh dan menatap wajah Ten lekat-lekat, terdapat sedikit rasa obsesi di pancaran mata layunya.
Ten masih menggunakan poker facenya agar terlihat tenang di mata orang di depannya, walau sebenarnya dia merasakan aura tidak mengenakkan dari Takamasa.
Takamasa tersenyum " kau tau, aku senang kau sudah memenuhi janjimu untuk menjadi idol yang melampaui Zero."
" lalu..? " keringat dingin mulai keluar dari dari Ten
" namun itu masih kurang, ya, setelah kupikir lagi kau masih bisa mencapai puncak ketenaran. Jadi ikutlah denganku lagi Ten, kali ini bagaimana mencoba hal lain selain idol " ucap Takamasa dengan senyum creapynya
Ten memandang Takamasa dengan tatapan sedih, ternyata orang yang pernah merawatnya dari kecil masih belum bisa terlepas dari obsesinya terhadap Zero. Tidak, jika dipikir lagi sekarang obsesinya malah beralih padanya. Maka dari itu Ten harus menghentikan hal ini.
" maafkan aku Kujo-san, tetapi kontrak kita sudah selesai sejak lama. Aku berterimakasih padamu karena sudah pernah membiayai biaya rumah sakit Riku dan juga merawatku, namun aku sudah membalasanya dengan menjadi Idol seperti yang kau inginkan. Aku juga sudah punya rencana sendiri untuk karirku, untuk sekarang aku ingin menjalani hidup dengan santai "
Kata-kata dari Ten membuat Takamasa membulatkan matanya, terdapat rasa sedih dan kecewa dari raut mukanya itu.
" kau berbohong " ucap Takamasa matanya tampak kosong dalam sekejab, melihat perubahan itu tentu saja membuat Ten agak takut.
" bukankah kau masih mencari si pembunuh adikmu itu, kau masih percaya bahwa adikmu mati dibunuh? Ternyata kematian monster itu menjadi pengaruh buruk padamu "
Ten mengepal tangannya erat hingga tangannya memutih, ia sebisa mungkin menahan emosinya saat mendengar adiknya dihina. Mau bagaimanapun ia tidak bisa bertindak sembrono di tempat umum.
Ten berdiri dari tempatnya, tanpa menatap Takamasa ia berkata " maaf Kujo-san, aku tidak akan merubah pikiranku, aku akan menolak tawaranmu itu. Dan lagi, orang yang kau sebut monster itu adalah adikku tersayang. Kuharap anda tidak menyebutkan panggilan itu lagi dihadapanku, kalau begitu aku permisi" Ten langsung meninggalkan Takamasa tanpa menunggu balasan dari orang tua itu.
Takamasa sendiri hanya menatap datar punggung Ten yang perlahan menghilang, namun suara dering handphonenya menarik perhatiannya.
Ia pun segera menjawab telfon itu
" Halo, oh kau rupanya "
" kau ingin bertemu ? Tentu, aku baru saja senggang sekarang ini "
" tempat untuk beetemu aku serahkan saja padamu, Kamiki Hikaru.."
Di sisi lain di sebuah pemakaman,
Setelah menemui Kujo Takamasa, Ten merasa sangat ingin mengunjungi makam adiknya. Tentu saja dia sudah membeli karangan bunga untuk ditaruh dimakam adiknya.
Baru saja sampai, Ten dikejutkan dengan Ai yang tampaknya sudah memandang lama makam adiknya. Entah kenapa ia sedikit merasa dejavu, ia pun mendekati Ai.
"Konnichiwa Hoshino-san" Ai menoleh dan nampak agak terkejut dengan kehadiran Ten.
"Ten-san! Konnichiwa. Aku tidak mengira kita akan bertemu disini secara kebetulan, mengunjungi Nanase-san ? "
Ten mengangguk " ya, aku merindukannya, maka dari itu aku kesini. Aku juga tidak mengira bertemu denganmu disini "
Ai tersenyum sendu " entah mengapa aku hanya ingin datang mengunjungi makamnya saja "
Sehabis sedikit berbincang, keduanya diam memandangi makam Nanase Riku, adik kembar dari Kujo Ten.
Mereka berdoa masing-masing, lalu pulang bersama setelahnya.
Saat Ten akan memasuki rumah, Ai tiba - tiba menghentikan Ten.
" Ten-san, apa kau tidak keberatan meminum sedikit teh dirumahku sebentar ?"
Ten terdiam, ia agak terkejut dengan ajakan tiba-tiba dari Ai. Namun ia mengiyakan ajakan tersebut.
Dan disinilah Ten yang tengah duduk bersama Ai sambil meminum teh mereka. Sesuasananya hening, masih belum ada yang memulai obrolan.
Ten yang merasa kurang nyaman dengan situasi itu akhirnya berbicara
" Hoshino-san, apa ada yang ingin kau bicarakan hingga mengajakku meminum teh disini?"
Ai sedikit gugup, sebenarnya ibu tiga anak itu melihat Ten dengan suasana hati yang kurang baik saat bertemu di makam tadi. Maka dari itu ia berinisiatif mengajak Ten meminum teh bersama berharap pria didepannya itu sedikit merasa rileks.
" sebenarnya tidak ada hal penting yang ingin dibicarakan, hanya saja...
Aku merasa Ten-san agak murung hari ini. Makanya aku mengajakmu minum teh, kuharap hatimu lebih tenang setelah ini "
Mendengar ucapan dari Ai membuat Ten tertegun, hatinya menghangat dengan kepedulian tetangganya itu.
Memang suasana hatinya kurang baik setelah pertemuannya dengan Takamasa tadi siang, orang itu tidak berubah dari dulu menyebut adiknya monster yang membuat hatinya sakit. Apalagi Takamasa menjadi terobsesi padanya seperti dia terobsesi dengan Zero.
Sekilas ia ingat kenangannya bersama Riku adiknya. Saat itu dimana Ten mengunjungi dorm Idolish7 bersama dengan Gaku dan Ryuu. Waktu itu Ten tengah dilanda dilema karena Takamasa memintanya untuk menjauhi adik kembarnya dan fokus terhadap perkerjaan idolnya.
" Ten-nii, kau baik-baik saja? " tanya Riku yang duduk disebelahnya
" eh! Aku baik-baik saja, kenapa kau bertanya seperti itu ?"
" tidak, Ten-nii saat ini sedang gundah. Walau diluar terlihat baik-baik saja, tapi aku bisa merasakannya jika Ten-nii sedang gelisah sekarang "
" kepana kau bisa yakin dengan itu ?"
" tentu saja aku yakin, aku bisa merasakannya karena kita kembar"
Riku tersenyum lebar setelah mengatakan hal itu membuat Ten tertegun melihatnya.
" oh ya kebetulan aku membuat susu madu hangat barusan " ucap Riku sambik mengambil susu itu di meja dan menyodorkannya ke pada Ten
" minumlah ini, sesuatu yang hangat membuatku merasa lega saat gelisah, kuharap Ten-nii juga begitu"
Alis Ten sedikit mengerut " Riku, bukankah itu jatah minum malammu untuk menghangatkanmu di malam hari " ia senang adiknya peduli padanya, namun Ten tidak ingin adiknya kambuh di malam hari karena hari ini lebih dingin dari biasanya.
" tenang saja, Gaku-san baru saja memesankan kita soba hangat kan! jadi aku lebih iingin makan soba ketimbang ini sekarang, makanya ini buat Ten-nii saja "
Riku yang bersikeras menyerahkan susu madu hangat itu ke Ten membuatnya menghela nafas, mau bagaimanapun adiknya itu keras kepala. Ten pun akhirnya menerima susu madu hangat itu dan meminumnya " terimakasih " ucap Ten tersenyum lembut pada Riku, Riku yang melihatnya sangat senang dan tersenyum lebar pada Ten.
Mengingat hal itu lagi membuat Ten tersenyum, ia meminum teh hangat yang disuguhkan Ai dengan anggun lalu menetapa Ai yang duduk didepannya dan berkata
" terimakasih Hoshino-san, teh ini sangat enak dan hangat "
Ai tertegun melihat senyuman lembut Ten, namun ikut tersenyum tidak lama " tidak masalah, aku senang bisa membuatmu merasa lebih baik "
Mereka melanjutkan meminum teh dengan tenang, setelah itu Ten pamit untuk pulang kerumahnya.
Tidak lama 3 kembar Hoshino baru pulang kerumah.
" kami pulang, mama makan malam hari ini apa? Aku sangat lapar " ucap Ruby dengan semangat
" taruh sepatumu dengan benar Ruby, kau juga Riku tidak perlu terburu buru"
Ruby langsung membenarkan posisi sepatunya sedangkan Riku cemberut
" aku bukan anak kecil lagi Aqua-nii"
Ai terkekeh melihat tingkah tiga anaknya
" kalian bertiga mandilah dulu, baru setelahnya kita akan makan malam bersama "
" baik " Ruby dan Riku menjawab dengan riang sedangkan Aqua hanya mengangguk
Mereka bertiga bergegas melaksanakan perintah sang ibu lalu setelahnya makan malam bersama dengan penuh kehangatan.
To be continued
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro