chapter 14
Jleb
Riku memeluk sekaligus mendorong Ai untuk melindunginya dari tusukan pisau itu, namun sayangnya pisau itu masih mengenai mereka karena tubuh Riku yang kecil dan kurang bertenaga untuk cukup mendorong Ai.
walaupun berkat tindakan Riku, tusukan itu tidak cukup dalam menusuk perut Ai. Namun, Riku juga terkena pisau dan membuatnya mendapat luka yang cukup serius di bahu kanannya.
Inhaler yang ada di kantong Riku keluar dan tertimpa Ai dan Riku hingga membuat inhaler itu rusak.
Aqua membuka pintu kamar karena merasa Ai tidak kembali setelah pergi menemui tamu, namun pemandangan setelahnya membuatnya membeku di tempat.
ia melihat Ai yang memeluk Riku dengan mereka berdua yang berlumuran darah.
" itu sakit kan!" ucap pemuda bertudung yang baru Aqua sadari
" AI!!RIKU!!" Aqua berteriak memanggil nama mereka, ia berlari kearah ibu dan anak itu.
" aku lebih sengsara darimu, lebih menderita darimu. Padahal kau seorang idol, tapi malah melahirkan anak.Kau duluan yang menghianati penggemar. Sebenarnya kau selalu memandang rendah penggemar, menganggap kami itu bodoh kan? dasar kau pembohong. dengan mudahnya mengatakan mencintai kami, pdahal itu semua hanyalah kebohongan."
pemuda itu mengeluarkan semua keresahan dan kekecewaannya kepada Ai tanpa memperdulikan Ai dan seorang anak dipelukannya yang terus mengeluarkan darah, ia bertingkah seperti orang yang tersakiti dan memandang Ai dengan amarah dan kekecewaan.
Namun sayangnya Ai mengabaikan itu dan lebih fokus kepada Riku yang nafasnya mulai memendek, asmanya mulai kambuh.
Mungkin karena dia melihat orang yang pernah membunuhnya atau merasakan rasa sakit yang ada di bahu kanannya, sehingga Riku tidak bisa mengontrol emosinya dan akhirnya kambuh.
Ai merasa hatinya seperti disayat pisau. walaupun perutnya yang ditusuk, namun hatinya lebih sakit saat melihat bungsunya yang kesakitan sehabis melindunginya tadi.
Ia melihat wajah Riku yang semula tersembunyi perlahan mengangkat wajahnya dan melihatnya. Sekarang Ai bisa melihat lebih jelas bagaimana wajah anaknya yang begitu pucat dan berusaha mengatur nafasnya, ia juga melihat pundak kanan anaknya yang dipenuhi oleh darah.
" mama... maaf Riku... tidak cukup kuat... perut mama... jadi terluka.. uhuk, uhuk "
" kenapa meminta maaf? Itu harusnya mama! Mama yang harusnya melindungimu! Bukan kamu yang melindungi mama dan terluka " ucap Ai pelan yang hanya didengar oleh Riku dan Aqua saja.
" tapi..."
" Riku! Sudah! Jangan bicara lagi! Jangan sampai kambuhmu bertambah parah!" ucap Aqua yang sedang panik, ia bingung harus apa sedangkan pelaku penusukan itu masih di depan mereka
" Riku... atur nafasmu dulu, Aqua... tolong inhaler Riku " Ai sendiri sudah mulai merasa lemas, ia kehilangan banyak darah juga. Namun ia tidak boleh tumbang sekarang, bungsunya membutuhkannya.
Ai dengan gelisah mencari inhaler Riku sampai ia sendiri lupa kalau pemuda itu masih ada di depannya, hingga akhirnya gadis itu melihat sebuah inhaler yang rusak di dekatnya.
Sekali lagi Ai merasakan Perasaannya seolah jatuh dan hancur, itu adalah obat satu satunya hari ini untuk Riku. Sekarang Ai dibuat panik dan bingung dengan keadaan.
Melihat Ai yang mengabaikannya membuat pemuda itu jengkel.
" sekarang kau mengabaikanku? oi... JAWAB AKU KAU JALAANG " pemuda itu sekali lagi mengarahkan dan ingin menusukkan pisau itu kepada Ai, kali ini Aqua langsung berdiri di depan Ai dan Riku untuk melindungi mereka
" AQUA!!" Mata Ai terbelalak melihat kali ini sulungnya mencoba melindunginya
namun sebelum pisau itu mengenai mereka, sebuah tangan mencengkram pergelangan tangan pelaku dan menghentikan penusukan itu.
Aqua terlihat terkejut sekaligus lega melihat siapa yang datang dan menghentikan penusukan itu, dia tidak lain adalah Kujo Ten yang saat ini menatap pelaku tersebut dengan tajam.
beberapa menit yang lalu sebelum insiden penusukan terjadi...
Ten sedang menunggu Gaku dan Ryu di depan gedung apartemen karena hari ini ia mengijinkan mereka berdua untuk datang berkunjung ke rumahnya setelah beberapa paksaan dari Gaku tentunya.
tidak lama seorang pemuda yang memakai hoodie berjalan melewatinya dengan memegang karangan bunga putih ditangannya. pemuda itu terlihat memasuki gedung apartement dimana ia tinggal, entah mengapa Ten mempunyai firasat buruk saat sekilas melihat pandangan si pemuda seolah ingin menbunuh seseorang.
' seingatku tidak ada orang seperti itu selama aku tinggal di sini, apa dia penghuni baru? tapi tatapan matanya itu... firasatku tidak enak' " oi Ten!" lamunan Ten terhenti ketika ia mendengar seseorang memanggilnya. Gaku dan Ryu akhirnya datang.
" yo, kami datang " sapa Gaku, sedangkan Ryu melambaikan tangan sambil tersenyum.
" oh.. kalian akhirnya datang " ucap Ten datar
"Seharusnya kau bisa lebih baik lagi saat menyambut kami, yah, tapi itu memang sudah sifatmu" balas Gaku dengan wajah yang tidak puas
" sudahlah Gaku, ngomong-ngomong apa ada masalah Ten? kau seperti gelisah akan sesuatu"
Ryu menyadari pikiran Ten yang tidak pada tempatnya dari raut wajahnya saat dirinya dan Gaku datang.
" tidak, hanya... "
" apa apaan itu, jika memang ada masalah tinggak katakan saja, kau tidak perlu sungkan ke kam.. ah, oi kau mau kemana" sebelum Gaku menyelesaikan ucapannya, Ten tiba tiba berlari kembali ke apartemen meninggalkan mereka berdua. Ryu dan Gaku saling memandang dengan bingung, namun setelahnya mereka mengikuti Ten.
Saat Ten dan lainnya sampai di lantai dimana tempatnya dan Ai berada, fokusnya langsung melihat pintu Ai yang terbuka lebar.
Ten tercekat saat melihat bercak darah di dekat pintu.
" sekarang kau mengabaikanku.. "
Ten mendengar suara laki - laki yang berada dalam apartement Ai, dengan perasaan gelisah ia bergegas masuk diikuti Gaku dan Ryu hingga Ten akhirnya melihat orang yang tadi melewatinya sedang memegang pisau yang sudah berlumuran darah.
" JAWAB AKU KAU JALAANG.." Ten dengan cepat meraih tangan pemuda itu dan berhasil tepat waktu menghentikan penusukan itu.
" apa! SIAPA KAU?! JANGAN BILANG KAU AYAH DARI SI KEMBAR!!"
Ten mengabaikan pemuda itu dan tanpa pikir panjang langsung memukul wajahnya. Pemuda itu sedikit kehilangan keseimbangannya, namun ia tidak jatuh. Memang sejak awal Ten bukanlah pria kuat yang bisa menjatuhkan orang hanya dengan satu pukulan.
Emosi Pemuda itu makin menjadi, ia melototi Ten layaknya orang kesetanan.
" KAMU.."
sebelum pemuda itu berhasil menyerang Ten, gerakannya dihentikan oleh Ryu yang muncul di belakangnya, ia langsung memukul tengkuk lehernya hingga membuatnya pingsan. Setelah pemuda itu jatuh tidak sadarkan diri, Gaku langsung menendang pisau yang terlepas menjauh dari jangkauan pemuda itu.
Setelahnya Gaku bergegas menghampiri Ai dan Riku yang masih terduduk lemas di lantai.
"Oi, kau tidak apa? Bertahanlah. Bocah disana, cepat panggil ambulan" ucap Gaku yang langsung mengomando Aqua untuk bergerak
"aku sedang menelfonnya sekarang"
Di sela sela kepanikan orang - orang, Ai masih memeluk Riku dengan gemetar, lalu menatap Ten yang juga mendekati mereka.
" Kujo-san, tolong bungsuku. Asmanya kambuh... dia susah bernafas" ucap Ai lemas, ia merasa senang dan lega Ten kesini sekarang. Ai pikir mungkin Ten bisa membantu menyelamatkan bungsunya.
Ten entah kenapa merasa familiar melihat anak kecil di pelukan Ai yang terlihat kesulitan bernafas, dan itu membuat hatinya sakit karena mengingatkannya pada adiknya.
" Gaku, sepertinya menunggu ambulan akan sangat terlambat. Maaf merepotkanmu, tapi tolong pinjamkan mobilmu untuk membawa mereka kerumah sakit " setelah mengucapkan itu Ten langsung mengeluarkan saputangannya dan menggunakannya untuk menekan luka tusukan Ai, itu dilakukannya untuk menghentikan pendarahan untuk sementara.
Ai sedikit merintih kesakitan saat perutnya ditekan.
" maaf bisa kau tahan sebentar rasa sakitnya ? Kau harus bertahan demi anak - anak" bisik Ten yang merasa agak bersalah membuat seorang wanita kesakitan.
" baiklah gunakan saja mobilku, hei bocah pirang, cepat hubungi polisi. Kami akan membawa ibu dan adikmu kerumah sakit sekarang " Gaku menggengdong Riku dan melakukan hal yang sama dengan Ten di bagian pundak Riku.
" aku ikut "
" kau tetap disini, bukankah kau harus menjaga adikmu yang satunya lagi." Tegas Ten membuat Aqua terdiam di tempat. "Ryu, kau juga disini dan mengawasi penjahat itu. Tunggu sampai polisi datang, dan juga tolong jaga anak - anak" lanjut Ten
Ryu mengangguk " aku mengerti, kalian hati hati dijalan" ucapnya dengan wajah khawatir
Ten segera menggendong Ai, ia sempat melirik Aqua. Ten bisa melihat Aqua yang berusaha menahan hasratnya untuk ikut, terlihat sekali kekhawatiran dan rasa takut di wajah kecilnya itu.
Tetapi Ten tidak memiliki waktu untuk menenangkan anak itu, ia hanya bisa percayakan anak itu kepada Ryu saat ini.
Ten dan Gaku bergegas keluar sambil membawa ibu anak yang terluka itu. Ai sendiri ingin berbicara kepada Aqua, tetapi dia keburu di bawa pergi oleh Ten sebelum mengucapkan sepatah kata pun.
Mereka juga sempat mendengar teriakan gadis kecil saat sudah diluar. Ai berpikir mungkin itu suara Ruby, rupanya gadis kecil itu sudah terbangun dari tidurnya. Ruby pasti sangat terkejut melihat banyak darah di dalam rumah.
Di sisi lain di saat Ten dan Gaku membawa pergi keduanya kerumah sakit, Ryu saat ini melihat si kembar dengan tatapan sedih.
Aqua berusaha menenangkan Ruby yang menangis.
" apa yang terjadi ? Sebenarnya apa yang terjadi saat aku tidur tadi? Kenapa ada banyak darah disini ?Mama dan Riku akan baik baik saja kan ? Ya kan Nii-chan ?" Aqua terdiam, ia sendiri tidak tau apakah Ai dan Riku akan selamat.
Bagaimana jika mereka akhirnya meninggal di tengah perjalanan akibat kehilangan terlalu banyak darah atau kehabisan nafas? sebagai mantan dokter, setidaknya Aqua tau mereka dalam kondisi kritis karena kehilangan banyak darah.
Ryu mendekati kedua kembar itu setelah memastikan ia sudah mengikat si penjahat, ia menyamakan tinggi mereka dan menepuk lembut kedua bahu kembar itu lalu berkata " kalian tenang saja, aku yakin keduanya kuat. Lagipula ada Ten dan Gaku yang sudah melakukan pertolongan pertama, aku juga yakin mereka akan membawa ibumu dan adikmu ke rumah sakit tepat waktu. Setelah polisi datang, kita akan segera menyusul mereka ke rumah sakit "
Si kembar mengenal Ryu, Riku sangat sering melihat Trigger di tv sehingga wajah Ryu sudah tidak asing lagi. Ini pertama kalinya mereka bertemu, tetapi si kembar bisa merasakan bahwa orang di depannya ini seolah sudah terbiasa dengan anak kecil hanya dari gestur dan gaya bicaranya pada mereka berdua.
Ruby sedikit tenang mendengar kata dari Ryu, sedangkan Aqua tenggelam dalam pikirannya sendiri.
Aqua pov
Ini terlalu tiba - tiba, aku tidak mengira akan ada yang menyerang Ai tepat di hari penampilannya di dome. Apalagi Riku juga ikut terkena.
Aku tidak melihat bagaimana penusukan itu. Tetapi jika dilihat dari luka yang didapat Riku, dia mungkin mencoba melindungi Ai dengan mendorongnya.
Bagaimana jika Riku tidak mendorongnya tadi ? Mungkin saja luka yang didapat Ai akan lebih parah.
Bagaimana jika tusukan itu tidak mengenai pundak Riku melainkan bagian dekat jantungnya ? Bagaimana jika Ten dan lainnya tidak datang tadi ?
Sekilas bayangan Ai dan Riku tergeletak tak bernyawa dipenuhi dengan darah terlintas dipikiranku.
Tidak, memikirkannya saja bisa membuatku gila.
Lagipula kenapa ini bisa terjadi? Aku yakin informasi alamat Ai tidak dipublikasi, apalagi kami juga baru pindah sebulan yang lalu. Bagaimana orang ini..
Tunggu...
jika kuperhatikan lagi bukankah dia adalah orang yang membunuhku? Apa itu artinya sekarang dia mengincar Ai? Tetapi kenapa baru sekarang ? Bukankah sudah 3 tahun berlalu sejak saat itu ? Dan lagi dari kata katanya tadi, dia hanyalah fans gila yang begitu kecewa dengan Ai hingga berniat menyakitinya. Aku rasa dia juga bukan detektif berkedok fans maupun stalker, karena Ai tidak pernah mengeluh tentang memiliki stalker selama ini.
Ada yang janggal, aku merasa dia tidak sendirian, aku yakin ada seseorang dibalik semua ini merencanakan semuanya.
Siapa ? Yang mengetahui rahasia Ai dan rumah sakit itu hanyalah presdir dan Nanase Riku, tetapi Nanase Riku sudah meninggal dan dia bukanlah seorang manipulator seperti itu. Dan apa untungnya untuk orang seperti presdir yang sangat peduli dengan agensi ?
Lagipula Ai tidak punya keluarga dan relatif di sekitarnya, dia juga seharusnya tidak punya kontak mereka.
Apa salah satu member B-komachi ? Tidak, mereka tidak begitu dekat dan aku tidak pernah melihat siapapun menjadi teman dekat Ai.
Ten... tidak, dia adalah orang menolong kami tadi. Mungkin mencurigakan karena kepindahannya yang kebetulan di sebelah kami, tetapi dia hanya menjadi tetangga biasa bagi kami dan tidak melakukan sesuatu yang mencurigakan.
Itu berarti tinggal satu,
Ayah kami.
To be continued
Akhirnya chapter 14 aploud juga 🤗 gimana menurut kalian ?
Banyak yang minta Ai nggak mati, Author pikir pikir mungkin nggak papa lah ya biar beda sama fanfic lain yang kebanyakan karakter Ai tetep dimatikan.
Mungkin aja Aqua balas dendamnya nggak segeret di cerita aslinya, tapi Author tetep berusaha mikir keras supaya cerita ini tetep seru untuk dibaca ( sebenarnya Author sempat ngestuck bagaimana ngelanjutin cerita ini 😅😭🙏🏻)
Mungkin segitu aja, ditunggu kelanjutannya minggu depan ya 👋🏻👋🏻
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro