chapter 12
Halo para pembaca
Gimana kabar kalian ?
Maaf karena Author baru aploud sekarang.
Sebenarya author sempet lupa sama alurnya jadi baru aploud sekarang
Ada yang komen kalau ini masih episode satu di animenya, dan Author berpikir memang benar masih episode 1 😅
Tapi sebentar lagi cerita dari episode 1 akan berakhir dan beralih ke time skip dimana Riku, Aqua da Ruby akan bernajak remaja.
Sekali lagi maaf kalau lama🙏🏻 kali ini author lumayan punya banyak waktu luang, sehingga bisa membuat draf cerita ini kembali.
Selamat membaca
------------------------------------------------------------
Riku pov
sudah seminggu sejak Ten-nii menjadi tetangga kami, selama itu Ten-nii hanya bersikap sebagai tetangga biasa.
Ten-nii hanya sekadar menyapa saat bertemu kami, anehnya dia tidak bertanya lebih jauh tentang aku dan kedua kakakku.aku senang bisa berada di dekat Ten-nii lagi walaupun kali ini sebagai orang asing, bisa melihatnya dari dekat saja sudah cukup bagiku.
Ten-nii sangat baik pada kami, kadang dia akan membagikan permen yang ia dapat dari fansnya padaku dan kedua kakakku saat bertemu di depan apartement. Aqua-nii selalu menolak pemberiannya dengan alasan " kami tidak bisa menerima pemberian orang asing " dengan wajah datarnya, tentu saja aku dan Ruby-nee menerimanya dengan senang hati.
ia masih sama dengan Ten-nii yang kukenal, ia masih baik dan ramah terhadap fansnya dan juga anak kecil, itu mengingatkanku saat Ten-nii terdiam ketika aku memberi tahu namaku, aku berpikir apa hal itu jadi mengingatkannya padaku saat masih menjadi Nanase Riku? mau bagaimanapun namaku juga Riku di kehidapan kali ini. namun setelahnya ia hanya mengelus kepalaku dengan senyuman sedih di wajahnya, aku tau seberapa Ten-nii merindukan Nanase Riku hanya dari tatapan matanya.
Ten-nii... tidak, mulai sekarang mungkin aku harus berhenti memanggilnya dengan sebutan itu. aku sudah bukan lagi Nanase Riku, aku adalah Hoshino Riku anak dari Hoshino Ai dan juga adik dari Hoshino Aqua dan Hoshino Ruby.
*****************
" tidak mau, aku tidak bisa!!"
" Ruby-chan "
Ruby berlari keluar saat kelasnya alan melakukan latihan bakat, guru tk itu hanya bisa memanggil namanya tanpa menghentikan gadis mungil itu menjauh.
Hari ini kelas mereka melakukan latihan untuk pertunjukan bakat di tk mereka minggu depan, namun tingkah Ruby yang tiba tiba menolak untuk latihan menari bersama membuat semuanya bingung. Riku yang khawatir berniat mengikuti Ruby sebelum dicegah oleh Aqua dengan berkata " biar aku saja yang mena nganinya, kau lanjut ikut latihan saja bersama yang lain " setelah itu ia langsung keluar mengikuti Ruby.
Riku menuruti perkataan namun pikirannya tidak bisa lepas dari kakak perempuannya itu.
" sensei, bisakah aku ijin keluar? Aku ingin menyusul Ruby-nee dan Aqua-nii"
Guru tk itu tersenyum lembut dan mengelus kepala Riku " Riku-kun sangat memikirkan saudaranya ya, kalau begitu cepatlah susul dan periksa One-chan mu disana, Sensei juga khawatir padanya "
Setelah mendapatkan ijin keluar, Riku menyusul mencari keduanya. Ia akhirnya sampai di halaman belakang tk dan melihat Ruby yang duduk di balik pohon sambil memeluk kedua lututnya dan Aqua yang berdiri di belakangnya.
" seperti yang kau katakan, aku juga mencoba berkali-kali tetapi tidak bisa melakukannya. Aku tidak bisa melakukan olahraga apapun "
Ucapan Ruby menghentikan langkah Riku, ' apa mungkin Ruby-nee sangat sedih karena tidak berbakat dalam olahraga maupun menari ? Makanya ia tadi menolak ikut latihan dan berlari keluar ?' Pikir Riku
" aku tidak tau apa yang terjadi padamu di masa lalu tapi, apa kau yakin ? Kehidupanmu itu masih panjang "
Riku tidak tau apa yang mereka bicarakan sebelum ia datang, namun mendengar kata Aqua barusan cukup untuk Riku tau bahwa masalah kakak perempuannya itu berhubungan dengan kehudupannya di masa lalu. Tetapi Riku tidak ingin memikirkannya lebih jauh dan lebih memilih menghampiri mereka.
" Ruby-nee, Aqua-nii "
" Riku ! Sejak kapan kau disini ? Bukankah tadi kusuruh untuk tinggal " Aqua terlihat terkejut dengan kedatangan Riku. ia gelisah jika Riku mendengar percakapan mereka, namun melihat sikap Riku yang seperti bisa membuat Aqua menghela nafas lega
" aku baru saja datang, aku tetap menghawatirkan Ruby-nee, jadi aku menyusul kalian " Riku mendekati Ruby lalu menyentuh sebelah bahu Ruby dengan lembut " aku tidak tau apa masalahnya tetapi, semangatlah. Aku yakin Ruby-nee pasti bisa melakukan apapun itu selama tidak menyerah "
Ya,.. 'selama tidak menyerah, apapun pasti bisa digapai' itulah yang dipikirkan Riku dibenaknya. Itu karena ia juga melakukannya di masa lalu saat ia tidak menyerah pada kakak kembarnya Ten dan berhasil sedikit memperbaiki hubungan mereka hingga bisa tampil di panggung yang sama bersama. Walaupun pada akhirnya renggang kembali di saat sebelum ia mati pada saat itu.
Riku duduk disanping Ruby dan bersendee di bahu Ruby. Ia mulai bersenandung pelan, Ruby menoleh dan melihat adiknya Riku.
Ini bukan pertama kalinya mereka mendengar suara Riku, mereka sangat menyukai suaranya apalagi di saat adiknya gunakan untuk menghibur mereka. Suara lembut yang dimiliki Riku membuat hati mereka menjadi tenang dan hangat.
Itu juga berlaku kepada Ai yang sangat suka mendengarka suara Riku disaat ia lelah setelah bekerja. Katanya suara bungsunya dapat menghilangkan penat dan stressnya dalam sekejap.
Malamnya Ruby mulai berlatih di ruang latihan dalam apartemen mereka. Ai juga kebetulan disitu dan akhirnya berlatih bersama, Ruby terjatuh kembali disaat ia mencoba salah satu gerakan mamanya.
" aneh sekali, gerakannya seolah sudah tau kalau dia akan jatuh " gumam Ai saat melihat anaknya yang langsung melindungi kapalanya pada waktu terjatuh
Ruby pov
Tentu saja, di kehidupan yang pertama aku selalu terjatuh saat berusaha menggerakkan badanku, aku harus siaga saat terjatuh, jika tidak aku akan terluka.
Mama segera membantuku berdiri dan berkata
" jika kau takut terjatuh, kau akan jatuh lebih parah lagi. Kau harus berdiri tegap dan penuh percaya diri. Tidak apa, percaya pada mama "
Kata kata mama entah kenapa memberiku semangat.
Di kehidupan pertama aku menghabiskan seluruh hidupku di rumah sakit. Tubuhku tidak mengijinkanku bergerak bebas, dan hanya bisa berbaring dikasur sambil terus bermimpi.
Gerakan mama yang sudah tertanam dibenakku, tentu saja itu karena aku selalu melihatnya hampir setiap hari.
Cahaya itu sudah terpatri di mataku, dia adalah cahayaku.
Andai aku bisa menari,
Dengan bebas,
Ya, teruslah bergerak.
Bergeraklah seluruh tubuhku!
Aku sekali lagi menggerakkan tubuhku, kali ini aku melakukannya lebih tegap dan percaya diri seperti yang dikatakan mama
Ah.. aku juga bisa menari
**********
" ternyata dia tidak hanya jago berakting, tariannya juga sangat bagus, ditambah kecantikan yang diwariskan dari Ai. Membuatku punya imajinasi yang mengerikan " ucap Aqua dalam hati ketika ia melihat Ruby yang menari dibalik pintu
**********
Ai pov
Aku kembali menghubungi pria yang telah putus denganku.
" ne.. anak - anak telah tumbuh besar lo, apa kau tudak ingin melihat mereka ?
Tidak, aku bukannya memintamu ubtuk kembali atau apa "
Alasannya itu karena aku mendengar percakapan anak - anak beberapa hari lalu
" hei Aqua-nii, Ruby-nee, aku penasaran siapa ayah kita ya ?"
" meskipun aku mencoba tidak memikirkannya, aku sebenarnya juga penasaran siapa ayah kita? Memikirkannya saja membuatku depresi "
" dasar bodoh, untuk apa sedih akan hal itu. Tentu saja itu kehamilan perawan, tidak ada yang namanya ayah kandung sejak awal"
" kehamilan perawan ? "
" tidak usah dipikirkan Riku, lebih baik kau tidak tau "
Entah kenapa aku jadi merasa tidak enak, karena mereka mendapat kesimpulan aneh itu.
" anak kita sangat pintar, mereka pasti paham keadaan kita. Ya, alamat rumah baru ? "
" oh.. itu Ai "
Perhatianku teralihkan dari telfon dan melihat orang orang yang berkerumun di banner besar dengan foto diriku disitu, kulihat juga banyak berfoto disana juga.
" hah.. "
Perkerjaanku berjalan sangat lancar, follower di twitter mencapai lebih dari 1 juta, dunia sedang memperhatikanku
**********
Setelah menelfon, Ai keluar dari tempat telfon umum. Namun tidak lama ia dihadang oleh pemuda yang tidak lain adalah Ten.
" Hoshino Ai-san, bisa kita bicara sebentar, ada hal penting yang ingin kubicarakan " tidak ada senyuman di wajah Ten, hanya wajah serius yang ditampilkan Ten sekarang
Hal itu tentu saja membuat Ai agak gelisah, namun ia tetap menyutujui untuk mendengar kata yang akan dikeluarkan Ten.
Mereka akhirnya mencari tempat yang aman dari fans, agar leluasa untuk berbicara.
" jadi, apa yang ingin dibicarakan ? "
" langsung ke intinya saja. Hoshino Ai..
Hari dimana kau melahirkan, apakah ada 2 orang mencurigakan yang datang padamu waktu itu ?"
Mata Ai terbelalak setelah mendengar pertanyaan Ten.
Rahasiaku... ketahuan. Itulah yang dipikirkan Ai dengan panik sekarang
Melihat raut muka Ai yang pucat, Ten segera menyadari sesuatu
" tenang saja, aku tidak akan membeberkan rahasiamu itu. Ada yang lebih penting daripada nelakukan hal itu "
" apa maumu ? Tidak mungkin kau berbicara seperti ini jika tanpa alasan kan ? "
Saat ini Ai tidak lagi menggunakan topengnya, ia menggunakan wajah aslinya sama seperti pertama kali ia direkrut oleh Saito sebagai idol
" hoh.. kau langsung menunjukkan wajah aslimu, tapi itu lebih baik " ucap Ten dengan seringai di wajahnya
" kau bertanya apa mauku kan ? " Ai mengangguk " itu hanya satu, aku hanya ingin membalaskan dendamku " ucap Ten dengan datar, namun sorot matanya terlihat lebih dingin dari sebelumnya
" la..lalu apa hubungannya denganku ?" Ai mulai gelisah melihat wajah gelap Ten
" Nanase Riku "
" ada apa dengan Nanase-san ? Tunggu... jangan bilang kalau..."
" ya, pikiranmu benar,aku ingin membalaskan dendam kematian adikku, dan hari dimana dia mati adalah hari disaat kau melahirkan "
Ai terdiam, ia baru tau kalau Nanase Riku mati karena terbunuh bukannya karena penyakitnya, dan lagi dihari dia melahirkan... apa mungkin...
Melihat Ai yang terdiam, Ten pun melanjutkan
" ada seseorang yang memberitahuku, dihari itu ada dua orang yang tidak diketahui menyelinap masuk rumah sakit, mereka pernah kepergok oleh perawat sedang mengawasi seseorang yang sedang hamil muda. Ada juga seorang saksi yang menyaksikan salah satu dari orang tersebut adalah pelaku yang membunuh adikku Nanase Riku serta seorang dokter kandungan Amemiya Goro dan dia adalah dokter penanggung jawabmu waktu itu "
" tunggu dulu.. sensei juga mati ? Dan dihari yang sama? " Ai sangat terkejut dengan fakta yang baru saja ia dengar, ia bertanya - tanya kemana dokternya disaat moment penting itu, namun ia tidak menyangka bahwa dokternya itu malah mati terbunuh.
" dilihat dari wajahmu, sepertinya kau tidak tau apa - apa ya "
" jadi, apa kau ingin bilang bahwa kematian keduanya berhubungan denganku ? "
" mungkin saja, tapi aku punya firasat kuat kalau hal itu berhubungan denganmu, apalagi aku yakin pembunuh itu mungkin adalah salah satu fans beratmu dan dia sampai sekarang masih berkeliaran sambil mengawasimu "
" apakah itu alasanmu menjadi tetanggaku ? Untuk mengawasiku ?"
" aku tidak menyangka kau cukup tajam, iya itu memang benar. Satu satunya petunjuk kasus adikku adalah kau, maka dari itu aku mengawasimu lebih dekat "
Ai kembali terdiam, ia tidak menyangka kalau dirinya berhubungan dengan kasus pembunuhan Nanase Riku dan dokternya. Dan Ten berkata bahwa pelaku itu kemungkinan masih berkeliaran mengawasinya?
Ketiga wajah anaknya tiba tiba muncul dipikirannya.
" ...ne, Kujo-san. Sampai kapan kau akan mengawasiku ?"
" mungkin... sampai penjahat itu menampakkan diri "
Ten menghindari tatapan mata milik Ai yang menatapnya dengan datar
" jadi kau berniat menjadikanku umpan begitu "
Ten tersentak, dia masih mengalihkan pandangannya " maaf, mungkin memang seperti itu. Tapi.." kali ini matanya terfokus padanya " aku berjanji akan menjagamu dan tidak akan membiarkan penjahat itu menyakitimu "
" caramu bicara seolah - olah ingin melamarku saja " ucap Ai yang ingin sedikit menjahili Ten
" Hah! Kenapa jadi kesitu. maaf saja, aku sama sekali tidak tertarik padamu"
Ucap Ten dengan wajah datar
Ai terkekeh " aku hanya bercanda. baiklah kalau begitu, mohon kerjasamanya Kujo Ten-san " ucap Ai mengulurkan tangannya, Ten menerima itu dan mereka berjabat tangan
" langitnya sudah berubah gelap, ayo kita kembali " ucap Ten yang mulai berjalan diikuti oleh Ai,mereka masih dalam penyamaran mereka jadi mereka masih aman dari skandal jika ada yang melihat mereka.
" oh ya, aku agak terkejut kau menamai anak bungsumu dengan nama adikku "
" a..haha, ya mungkin aku agak mengidolakan Nanase-san, dan Riku adalah nama yang bagus "
" mereka kembar tiga kan ? Kuharap mereka tetap akur sampai mereka dewasa "
Ai hanya bisa melihat punggung Ten, namun ia entah mengapa bisa merasakan kesedihan yang mendalam terhadap Ten.
" kalian mirip "
" apa ? "
" Nanase-san juga pernah berkata hal yang sama padaku "
"...begitu.."
Setelah itu mereka terus berjalan sampai rumah tanpa berkata apa-apa lagi
************
" puhaa.. sake ini enak sekali, ini perayaan atas kesuksesan kita minumlah " ucap Saito yang tengah mabuk dengan wajah memerah senangnya
" ai baru berusia 20 tahun minggu depan, bersabarlah " tegur miyako yang mengambil bitol sake dari tangan Saito
" benar, aku sudah lupa. Karir Ai semakin bagus, dan minggu depan sudah tampil di dome, B-komachi sekarang semakin sibuk ahahaha " ucap Saito sambil merangkul Aqua yang duduk di sebelahnya
Sedangkan Riku saat ini tengah tertidur setelah meminum obatnya
" suasana hatinya sangat bagus ya " ucap Ai yang tengah memangku Ruby
" itu karena membawa idol ke dome adalah impiannya "
" apa dome sehebat itu ?"
" tentu saja dome berbeda dari tempat lainnya, kita sangat kerepotan untuk mengurus yang terbaik daripada tempat biasanya "
" pokoknya ini adalah moment penting, jangan sampai mengacaukannya. Kau juga jangan mengantarkan anak anak menemui ayah mereka"
" tentu saja tidak " itu bohong, sebenarnya Ai sudah menghubungi mantannya beberapa jam yang lalu
To be continued
Gimana dengan chapter kali ini ?
Athor buat chapter kali ini lebih panjang sebagai permintaan maaf karena lama aploud 😅🙏🏻
Author sebenarnya masih bingung mau membuat Ai mati atau tidak, menurut kalian bagaimana ?
Sampai jumpa minggu depan 👋🏻👋🏻
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro