Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 11 Positif Thinking

#Baper2u
#Bab11

Judul = Triple P (Penantian Pasca Pernikahan)
Nama Penulis = Akhwatul Iffah
Jumkat = 1013

Link Part 10
https://m.facebook.com/groups/291426671038978/permalink/1887258671455762/

Syuuq… qalbi kabir, asyqin kitsir
Ma lah akhir asy-syuuq
(Kerinduan… Hatiku bergejolak, cintaku teramat padamu
Kerinduan ini tak terbatas)

Hawak… Ahtaj lah atanafassah
Ana 'asyiqah. Hawak

(Cintamu, aku harus menghirupnya
Aku suka itu, cintamu)

Senandung lagu mellow berjudul Syauq benar-benar mendukung kondisi hati Alfi yang kini tengah bersedih. Baru telat tiga hari memang, tetapi tanda-tanda mual seperti orang hamil ia rasakan sejak sepekan yang lalu.

Ya Allah ... hamba sangat menginginkannya. Masihkah tak layak hamba mengemban amanahmu untuk ia hadir di tengah-tengah hamba?
Hamba sudah siap ya, Allah. Siap menerima kehadirannya dengan rasa penuh bahagia. Hamba tak sabar merasakan indahnya hidup bersamanya. Ingin menggenggam tangan mungilnya. Ingin memeluknya dalam buaian kasih sayang. Ingin berceloteh penuh riang bersamanya.

Alfi tampak terus menatap sendu ke arah bayi mungil di hadapannya dalam diam, sembari sesekali mengusap air mata yang menetes dengan tenang di kedua pipi.

Dalam gemingnya, tiada bosan ia  menatap bayi kemenakannya yang kini tampak terlelap penuh kedamaian. Lain di mulut, lain di hati. Memang lisannya terdiam, tetapi hatinya meracaukan banyak kata.

Astaghfirullah ya Allah.
Maafkan hati hamba yang saat ini sedang berada di titik lemah akibat keinginan yang begitu mencuat hingga menyesakkan di dada. Hamba nggak kuat ya Allah. Nggak kuat menahan rasa iri yang seakan terus mencubit hati. Nggak kuat menahan kesabaran yang kini sedang teruji. Kapan ya Allah ... kapan?

Alfi tak kuat lagi menahan kesedihan hatinya dengan terus menatap bayi yang kini tengah tidur lelap di kamarnya. Kepalanya sontak tertopang di atas tangannya yang saling menyilang. Ia tergugu pelan, menahan sesak dada yang terhimpit rasa ingin yaang menggebu, di lapisi tertahannya sebuah rindu menyesakkan kalbu.

"Allah ... Allah ... Allah." Asma-Nya tak henti terus disebut dalam hati. Berusaha mengembara ke lauta ketenangan, agar himpitan dada semakin menengang mulai mengurai.

Setelah sekian detik ia merasa terpuruk seorang diri. Kini ketenangan mulai menghampiri. Helaan napas teruai dari  hirupan udara cukup panjang. Mengiringi setiap detik terlewati dengan upaya hati menemukan kata lapang.

"Ya Allah ... ampuni hamba-Mu yang masih saja mengeluh, hingga lupa bersyukur."  Alfi mengusap setiap bagian wajah yang basah.

Bayi kemenakan yang sejak tadi lelap dengan tenang, kini tampak menggeliat lalu mengulas senyum, seakan menghibur hati Alfi yang tadi menatapnya sendu.

"MaasyaaAllah, Sayang ... kamu lucu banget, sih." Alfi tampak gemas, lalu mencium pipi bayi mungil itu. Membuat si kecil semakin menggeliat, kemudian merengek.

Buru-buru Alfi menggendong bayi bernama Ahmad itu. Tangannya mulai mengayun-ayun, agar sang kemenakan tak merengek lagi.

"Mbak." Dewi yang sudah kembali dengan wajah segar datang menghampiri Alfi.

"Eh, Dek. Kayaknya udah haus, nih si Ahmad. Tuh bibirnya ngenyot-ngenyot."

"Hehe, iya, Mbak."

Sebelum Dewi menyadari mata sembab  Alfi. Ia pun segera berpamit diri, "Aku pulang dulu ya, Dek. Mau nyapu."

"Iya, Mbak. Makasih lo, Mbak udah mau nemenin." Alfi tersenyum lalu menganggukan kepala.

---***---

*🌹DAKWAH RASULULLAH ﷺ🌹*
“Seindah apapun seseorang, tidak akan tampak keindahannya jika kau melihatnya dari cermin yang kotor. Hatimu adalah cermin itu. Jagalah kebersihannya. Bahkan terhadap penjahat paling laknat sekalipun, pandanglah ia dari jendela hati yang bersih”

🌹Ustadzah Halimah Alaydrus🌹
https://t.me/Dakwah_RasulullahSaw

Membaca status ini di Facebook, membuat hati terketuk. Memahami dan mentelaah kalimat itu, Alfi menghubungkan dengan rasa gelisah yang kini melanda hati.

"Astaghfirullahal'adzhim, ampunilah hati kotor hamba yang sempat bersuudzon, menghakimi dan mengeluh atas takdir-Mu ya Allah. Padahal, apalah hamba yang ketahui. Apalah daya hamba yang lemah ini. Ampunilah hamba ya Allah ... berilah kekuatan hamba menerima atas segala ketentuanmu, ikhlas dan bersyukur atas kenikmatan rezeki yang telah anugerahkan. Ampuni hamba ya Allah."

Penyesalan kini benar-benar menyeruak dalam hati Alfi. Air mata kembali mengalir lewat pelupuk mata tanpa dicegah. Tampak kini wanita berkerudung warna hitam itu kembali menghela napas cukup dalam.

"Sabarlah, Fi. Kamu harus kuat, Allah sudah baik telah mengirim Mas Alfa dalam hidupmu. Bandingkan teman kamu yang sampai saat ini masih jomlo. Beruntunglah kamu kini telah memiliki pasangan hidup."

Alfi pun langsung mengambil sapu. Tak mau larut dalam pikirannya yang sejak tadi kalang kabut.

"Bismillah ... kebersihan adalah sebagian dari iman. Niat bersihin rumah untuk mengikuti ajaran Nabi," ucap Alfi lalu melanjutkan aktivitas sore ini menyapu rumah dan seperti biasa akan lanjut ke halaman rumah.

----***----

Keheningan malam terasa sepi saat suami tak ada di sisi. Namun, di era canggih ini, meski tak nyata berada di dekat kita. Cukuplah di syukuri bisa berkomunikasi lewat video untuk mengurangi rasa rindu.

"Assalamualaikum, Sayangku," ucap Alfi dengan wajah ceria.

"Waalaikumsalam warohmatullah wabarokatuh, Sayangku."

"Lagi ngapain?"

"Baru aja ini selesai ngaji. Suamiku lagi apa?"

"Sama. Sudah baca Al Mulk-nya?"

"Astaghfirullah ... Alfi lupa, Mas." Alfi tepuk jidat dengan gigi putih yang ia tunjukkan.

Alfa terkekeh. "Ya udah jangan lupa. Entar sebelum tidur wudlu dulu terus baca ya."

"Siap, Sayangku." Alfi yang tadinya rebahan langsung bangkit dan duduk.

"Mas, tadi Alfi nangis."

"Loh, kenapa nangis? Ada masalah? Atau ada yang sakit?" Alfa tampak terkejut.

"Hati Alfi itu kadang kuat, kadang juga lemah Mas." Alfi pun melanjutkan cerita tentang apa yang ia alami tadi.

"Astaghfirullah ... sabar ya, Sayang. Yang kuat, ya. Allah lebih mengetahui takdir indah untuk kita. Kita saat ini diuji belum punya anak, tetapi nikmat Allah yang kita terim sangatlah banyak. Jadi, jangan sampai pikiran kita yang sibuk memikirkan harapan yang tak kunjung terwujud, membuat lupa bersyukur."

Alfi menatap sendu, hatinya berdesir, sadar dengan kekhilafannya.

"Iya, Mas. Alfi sekarang sudah sadar, Kok. Alfi sekarang kuat. Apalagi tadi mendengat cerita teman Alfi yang belum punya anak dan dituntut keluarganya agar segera punya anak. Ia sangat tertekan karena dia anak sulung dan sangat diharapkan kehadiran seorang cucu oleh kedua orang tuanya."

Alfi menghela napas, melihat Alfa yang hanya diam menyimak. "Jadi, dibalik rasa sedikit kecewa karena Dewi hamil duluan. Dari sisi ini, Alfi merasa bersyukur, tak ada tuntutan Ibu Bapak mengharap cucu dari kita, Mas. Alfi nggak bisa bayangin, bagaimana jadinya jika Ibu Bapak terus mengharap cucu dari kita, sedangkan kita sendiri tak mampu mewujudkannya, kecuali memang Allah mentakdirkannya."

Alfa tersenyum, ia sepakat dengan penjelasan Alfi. Ia pun merasa lega, akhirnya sang istri tak bersedih lagi.
"Istri, Mas memang pinter, ya. Bisa mengambil pelajaran dari kejadian yang ada, hingga bisa menata hati lebih baik." Alfi tersenyum, hatinya saat ini lebih tenang.

Bersambung.
Pasuruan, 4 september 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro