[17]
Hari berganti, dan pagi ini di jalan depan rumah Minho ramai orang lewat dengan pakaian dominan hitam. Minho dan Hyunjin yang baru saja keluar rumah ingin berangkat sekolah pun terheran.
"Denger-denger dia meninggalnya tadi malem."
"Hemm, dan yang gue tahu wajahnya rusak."
"Anjir, eh yang bener lo!"
"Iya, gue tahu sendiri dari adiknya."
"Permisi bang!"
Minho memberhentikan pembicaraan dua orang pemuda yang lewat didepan rumahnya.
"Bang-bang! se tua itu gue di mata lo?" Ujar pemuda berwajah imut. Minho nyengir hendak minta maaf, tapi pemuda berwajah imut itu malah kena pukul dari temannya.
"Malu-maluin tolol!" Pemuda berwajah imut mempoutkan bibirnya kesal. "Ah maafin Dongpyo ya, dia emang gitu gak sopan."
Minho menggelengkan kepalanya sambil terkekeh, Hyunjin diam saja.
"Kalau boleh tahu, apa ada yang meninggal dilingkungan sini?" Tanya Minho sopan pada pemuda teman Dongpyo itu.
"Iya, penjual nasi goreng keliling komplek sini." Jawabnya antusias, Minho nampak melotot.
"HAH? PE-PENJUAL NASI GORENG?!"
Hyunjin sampai mendelik kaget, dengar teriakan Minho.
"Iye ah. Penjual nasgor yang mukanya kayak preman itu loh." Dongpyo kembali mendapat pukulan lagi dari temannya. "Kak Yohan apa-apaan sih?!"
"Astaga!! bang Hangyul?! Meninggal?" Lee Hangyul, penjual nasi goreng yang menjadi langganan Minho setiap saat.
"Hangyul?" Gumam Hyunjin pelan, dia tidak mengenalnya sama sekali.
Begitu buruk nasib penjual nasi goreng itu.
•|T R I C K Y|•
"Kenapa gue jadi kangen ya.." Gumam Bangchan sambil tersenyum menghadap ke jendela kelas.
"Woi Chanjing!"
"Mentang-mentang lo lebih tinggi dari gue enak aja lo main coret nama gue dari peserta lompat tinggi hah?! Awas lo! Pulang sekolah gue begal ditengah jalan..!"
"Penakut banget sih lo!"
"Main basket kuy! Ajak Mark sekalian!"
"Chan, kenapa gue gak terlahir tinggi? Apa waktu bayi gue minum bensin bukannya susu bunda?"
"Maju lo anjing!"
Bangchan tertawa sarkas mengingat kebersamaannya bersama Changbin.
"Bodoh banget lo Chan, bisa-bisanya.."
Gumamnya dalam hati.
Kantung mata terlihat jelas di mata Chan, ia banyak bergadang di malam hari.
Bangchan melipat tangannya dan hendak tidur, tapi pandangannya beralih ke luar jendela yang menampakkan halaman sekolah yang luas. Disana, Minho dan Hyunjin berlari dari gerbang sekolah, disusul Jeongin dibelakang nya.
Wajar mereka lari karena mereka terlambat.
Bangchan keluar kelas berniat untuk menanyai Minho.
"Tumben lo telat Ho." Minho berhenti lari dan memegangi pundak Bangchan sambil ter engah-engah. "Weh santai-santai, tarik nafas."
"Gue habis dari pemakaman tetangga gue, bang Hangyul." Jawab Minho.
"Ohh sama Hyunjin. Tadi gue lihat bareng sama Jeongin, kok bisa barengan?"
"Gue papasan di tempat parkir, katanya dia juga habis dari pemakaman temannya." Bibir Bangchan membentuk huruf o menanggapi Minho.
"Kenapa lo-ANJIR BU GALAK! Gue ke kelas ye!!"
Minho berlari meninggalkan Bangchan sehabis melihat Bu Suzy menaiki tangga hendak ke kelasnya. Tapi ia merasa ada yang aneh.
"Kenapa reaksi Bangchan biasa-biasa aja? Gak kaget gitu?"
Lain di kelas Jeongin, ia begitu asik melamun memikirkan kematian Kim Woojin. Sebelumnya Jeongin tidak percaya dengan jari tangan yang ia temukan di kamar mandinya, menurutnya itu hanya iseng. Jadi untuk memastikan Jeongin menyuruh Seungmin yang menginap untuk pergi sekolah terlebih dahulu sedangkan ia pergi ke rumah Woojin untuk memastikan, dan ternyata benar.
Woojin meninggal karena keracunan dengan semua jari tangannya hilang.
"In! Jeongin.."
Takdir macam apa ini, pikir Jeongin sedih.
"Woy kecil!!"
Han menyikut lengannya, buat ia sadar dari lamunan.
"Hah?"
"Kok hah? Punya telinga di pasang goblok!"
"Hehe."
"Mikir apa sih lo? Gue panggil dari tadi gak nyahut." Tanya Han.
"Yang ribut disana, silahkan keluar!"
Han dan Jeongin kicep, mereka otomatis diam membenarkan duduknya sambil pura-pura menulis.
Han melirik Jeongin, begitu pula Jeongin juga melirik Han.
Jeongin menulis sesuatu di buku Han.
"YANG BENER ANJING?"
"Han Jisung!! Silahkan keluar! Tidak usah ikut pelajaran saya..!"
Han menyesal berteriak, tapi ia juga senang karena bisa bebas pergi ke kantin.
Sampai disana, ada Seungmin lagi enak makan nasi goreng.
"Lo bolos Min?" Seungmin tersentak dan refleks tersedak. "Eh sorry-sorry."
Han menyodorkan minumnya buat Seungmin.
"Apaan sih lo ngagetin." Erang Seungmin sambil memegangi tenggorokannya yang terasa panas sebab tersedak. Pedes cuy.
"Ya maap, gue diusir sama bu Jihyo anjay gara-gara neriakin Jeongin." Kata Han sambil menyeruput soda. "Gimana gue gak kaget, orang kak Woojin alumni sini meninggal secara gak wajar."
Kening Seungmin mengerut, Han yang paham situasi langsung mengalihkan pembicaraan. "Udah deh lupain." Ia mengira Seungmin tidak mengenal Woojin, padahal kenal.
"Lo udah sampai materi jaringan tumbuhan belom?" Han mengangguk mantap, senyum Seungmin merekah. "Nanti gue pinjam catatan lo ya?"
"Siap, eh Min tolong pesenin soda lagi dong buat gue!"
"Yaudah mana uangnya, sekalian gue balikin ni piring." Han menyodorkan beberapa lembar uang pada Seungmin sebelum pergi.
Han pun tak sengaja membaca notif pesan masuk di layar kunci handphone Seungmin yang terletak diatas meja.
Kak Chan
| Gue ada rencana, lo tinggal per.....
Saat Han ingin membukanya, Seungmin keburu datang dan langsung menyambar handphone miliknya tanpa mengucap apapun buat Han mengernyit.
•| T R I C K Y|•
Malam ini Hyunjin pergi menemani Minho ke rumah sakit untuk menjenguk Serim yang masih belum sadar.
Hyunjin menatap sendu wajah Serim yang damai, ia baru saja dipindahkan dari ICU, separah itukah kondisi Serim? Iya.
Tiba-tiba ada notif pesan masuk, membuatnya terkejut.
Unknown number
| Hai bocah indigo :)
| Gimana kalau kita percepat
permainan ini?
Siapa? |
Mau apa? |
| Setelah Changbin, Renjun,
Jisung..
| Giliran Han Jisung mantap nih
Read
Oh shit!
Tanpa mikir siapa yang mengirimnya pesan, Hyunjin langsung menekan tombol panggilan dengan Jeongin, yang selaku rumahnya dekat dengan Han.
"Hyunjin, kenapa? tumben?" Tanya Jeongin di seberang sana.
"Cepet pergi ke rumah Han sekarang!"
"Eh kenapa woy? Tiba-tiba.."
"Pembunuhnya mengincar dia, selaku lo yang rumahnya deket, tolong cepat kesana! Gue gabisa sampai sana tepat waktu. Jadi, cepet pergi sebelum terlambat!"
"Jin.. serius? L-lo tahu dari mana?"
"Pergilah dulu, nanti gue jelasin."
"Iya gue ke rumah Han sekarang."
Kebetulan Jeongin lagi diluar, ia cepat-cepat mengayuh sepeda nya pergi ke rumah Han. Sampai tak jauh dari rumah yang dituju Jeongin, ia menghentikan sepedanya mendadak. Sebab ia melihat seseorang memakai jaket gelap dan juga bertudung berdiri di depan rumah Han.
Dengan buru-buru, Jeongin lompat dari sepeda dan berlari ke arah rumah Han.
"Woy ngapain lo? Sini!!"
Jeongin menarik kasar tangan orang itu dan menggiringnya menjauh dari rumah Han.
"Apa yang lo lakuin disini hah?! Dengar ya, kalau lo macem-macem sama temen gue, bakalan gue hajar lo!" Ancam Jeongin dengan masih menyudutkan orang tadi di pohon.
"Lepasin gue anjing!" Orang itu memberontak, dan melepaskan cengekeraman tangan Jeongin darinya.
"L-loh, lohh."
Jeongin menganga tidak percaya.
"Felix, jadi lo pelakunya?"
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro