Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[10]

Syukurlah luka Jaemin tidak serius, namun ia butuh waktu untuk sembuh. Tangan kirinya patah akibat benturan waktu itu.

Yang Jaemin khawatir kan sekarang bukan dirinya sendiri, tapi ia takut kena marah mamanya karena mobil itu ia pinjam dari mamanya.

"Jen doain gue gak mati ditangan mama. Anjir takut gue." Jeno capek mendengarnya, sudah beberapa kali Jaemin terus mengucap hal yang sama.

Kali ini Jeno bolos sekolah untuk menemani Jaemin di rumah sakit, sungguh sahabat yang pengertian.

"Tau gini gue masuk kelas aja anjir."

"EHH JANGAN TINGGALIN GUE!" Rengek Jaemin ke Jeno.

Jeno hanya memutar bola matanya malas menanggapi Jaemin. Ia menggeser tempat duduknya mendekati Jaemin.

"Rem lo kenapa bisa blong? Lain kali kalau mau jalan di lihat dulu dong, akhirnya malah gini. Hati-hati makanya." Jaemin tampak mengingat-ingat dan menggeleng ragu.

"Mana gue tau. Mobil itu gapernah disentuh siapapun selain gue sama mama. Waktu berangkat oke-oke aja tuh mobil." Jelas Jaemin "Kayaknya ada yang sengaja ngrusak remnya."

Jeno tampak menyetujui penuturan Jaemin.

"Tapi siapa?" Mereka berdua kembali berfikir keras.

"Ah gue inget sesuatu, ada satu orang yang izin pulang duluan kan waktu dipemakaman kak Changbin? Bisa jadi dia orangnya." Ucap Jeno serius.

"Dia siapa?"

"Dia...." Jeno menunjuk orang yang baru masuk ke ruang rawat Jaemin.

"Ngapain lo?" Tanya orang itu sedikit ngegas.

"Loh lo kok ada disini?"

"Lo nglarang gue kesini? Lagian bukan gue aja yang kesini."

"Kaga woy sensi amat, bersyukur gue ternyata banyak yang sayang sama gue huhuu."

"Alay." Umpat orang itu dengan suara beratnya.

"Lo bawa apa itu? ANJAY BUAH BUAHANN." Jaemin menatap kagum ke bingkisan yang berisi banyak macam buah. "Jen, tolong kupasin apelnya dong."

"Punya tangan buat apa?"

"Lo lihat tangan gue kayak apa sekarang hah?!" Jaemin menunjukkan tangannya yang patah, Jeno nyengir.

Ia pun mengambil apel dari bingkisan itu dan mengupasnya. Sebab Jaemin lebih suka makan apel tanpa kulit.

"Cepet pulih Min, dikelas gak ada orang ngrusuh lagi jadi gak enak. Kasihan Han gak ada teman buat ngerusuh." Jaemin hanya melotot tak terima ke orang yang memberinya bingkisan tadi, Felix.

"Gue mau nanya serius sama lo." Jaemin yang awalnya buka mulut untuk menerima suapan apel malah tertunda tatkala Jeno tanya ke Felix.

"Apa?"

"Kemarin lo cepet-cepet pulang mau kemana?"

"Kenapa lo tiba-tiba nanya gitu ke gue? ah lo nyurigai gue kalau gue udah ngrusak rem mobil Jaemin?" Jeno dan Jaemin tertegun, Felix tahu darimana?

"Kak Minho yang beritahu gue, semua udah tahu soal Jaemin kecelakaan jadi gausah masang wajah bingung gitu dong." Felix tertawa renyah melihat wajah kedua temannya itu. "Kalian nyurigai orang yang salah."

"Sorry Lix." Kata Jeno dan Jaemin bersamaan

"Santai, wajar aja kalian curiga sama gue."

Jeno dan Jaemin saling pandang, merasa bersalah sudah nyurigai teman sendiri.

"JAEMINN!! LO GAK PAPA KAN? ITU KENAPA TANGAN LO BENGKOK?"

"Dih dateng-dateng ngegas." Kesal Felix.

Jaemin nutup telinganya, antisipasi agar gendang telinganya tidak pecah karena teriakan maut Han.

"Ini kok pada bolos semua? Loh kak Serim juga disini?" Jeno linglung.

"Bolos pala lo, udah jam pulang sekolah ni." Serim memperlihatkan jam tangannya ke Jeno, bukan maksud buat pamer.

"Gue lupa belum kasih makan tikus gue!!" Han menoyor kepala Jaemin tepat di lukanya hingga Jaemin lun berteriak mengaduh sakit.

"Tikus aja dipelihara, aneh."

"Daripada lo, melihara kentang hidup. Mana miskin gak pakai baju." Jaemin ganti membalas Felix.

"Buahahaha gue mikir keras anjir ternyata yang dimaksud pou." Serim tak tahu kenapa humornya serendah itu.

"Gak tau aja lo si Felix mah rajin ngumpulin tainya biar kaya."

"Bacot!" Felix jadi sensitive entah apa penyebabnya. Sampai mamanya dirumah aja dikatain nggak punya akhlak.

"Ini siapa aja yang kesini?" Tanya Jeno selaku orang yang waras disini.

"Minho, Chan, adek gue, Seungmin, sama Hyunjin ada." Jawab Serim.

"Rame banget sih, kayak mau njenguk orang khitanan."

"Dijenguk tuh bersyukur, malah protes." Tegur Jeno.

"Kayaknya otak Jaemin miring deh habis kecelakaan, minta dokter buat meriksa otak nya yuk."

"Sebelumnya udah miring, sekarang makin parah miringnya malah udah kebalik."

"Sialan lu pada malah nistain gue." Jaemin manyun-manyun terkesan mirip anak kecil.

"Mereka kok lama banget belum kesini?"

"Kalau Jisung sih lagi mampir ke kantin RS, laper katanya. Yang lain gatau gue."

Ting!

Ada pesan masuk ke ponsel serim, dengan segera ia membukanya.

Dek Jisung
| Seungmin sama Hyunjin
berantem!
| Tolongin kak Minho sama
kak Chan, mereka
kewalahan.

Hah? |

| Kok hah?! Buruan babi!

Serim berubah panik, dan buru-buru keluar. Felix meneriakinya dari ambang pintu.

"Hyunjin sama Seungmin berantem, gue nyusul dulu." Kata Serim sebelum lanjut lari.

Orang didalam ruang rawat Jaemin masih bisa dengar Serim karena ia berteriak lantang.

"Anjirlah baku hantam? Seru! Gue pengen lihat!" Ucap Han semangat.

"Tolol!"

"Sahabatnya berantem malah seneng ck ck."

Felix meninggalkan ruangan tanpa mengatakan apapun, takut ada mereka kenapa-kenapa.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro