Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[08]

Awalnya Changbin pergi ke uks untuk mengambil plester luka buat Bangchan.
Agak lucu kalau diingat penyebab Bangchan terluka, sudah dipastikan itu ulah Changbin.

Saat mau membuka pintu uks, ia mendengar suara Hyunjin. Sekarang Changbin jadi waspada kalau didekatnya, karena Hyunjin berada diurutan pertama list orang yang dicurigai Changbin.
Setelah mendengar semuanya alias menguping pembicaraan mereka ia naik darah dan membuat Renjun terluka.

Sekarang ia berada di rooftop untuk meredamkan emosinya, cukup frustasi saat mengingat Hyunjin yang memperingatkannya untuk tutup mulut alias merahasiakan, soal Renjun.

"Loh Changbin? Lo ada disini."

"Ck gak ada yang nglarang buat tiduran disini."

"Dih, mirip kayak Hyunjin aja lo."

Minho menyodorkan susu pisang untuk Changbin.

"Lo suka ginian Ho? Wah gak habis pikir gue." Changbin terkekeh.

"Bukan gue anjer, tadinya gue pikir Hyunjin ada disini ternyata malah lo. Yaudah ini buat lo aja, biar lo makin tinggi." Minho ketawa lepas, ia hampir saja kena pukulan maut Changbin kalau refleksnya lambat.

"Minho.."

"Hm?" Minho tengah asik menyedot susu pisangnya.

"Lo kenal Hyunjin sejak kapan?"

"Kenapa lo tiba-tiba nanyain itu?" Minho jadi heran, karena yang ia tahu Changbin selalu marah pada Hyunjin.

"Pengen tahu aja siapa itu Hyunjin di mata lo."

"Sejak kucing gue nyasar ke halaman rumahnya, gue semakin deket sama dia. Ternyata dia baru pindah dan jadi tetangga gue setahun yang lalu, tapi baru dua bulan ini dia pindah ke sekolah ini. Gue udah anggap dia kayak adek gue sendiri, gue juga gamau orang-orang nyakitin dia karena kelebihan nya itu."

"Kelebihan bisa lihat arwah?" Minho mengangguk.

"Sejak papa dan mama meninggal gue jadi kesepian, tapi kehadiran Hyunjin makin bikin hari gue menyenangkan. Dia selalu bantu gue, penyayang banget, yah walaupun sifatnya gitu tapi dia orang baik kok." Changbin manggut-manggut, ia menyesal pernah mencurigainya.

"Hyunjin seneng banget bisa kenal sama anak-anak termasuk lo. Waktu masih jadi anak baru, dia tanya ke gue 'Kak Minho orang yang pendek mirip preman itu siapa sih? Dia baik banget udah nemeni gue keliling sekolah' gitu."

"Ngasal lo!" Agak kesel sih dengar Minho cerita yang malah jatuh menistakan dirinya.

Cklekkk

Pintu rooftop terbuka menampakkan wajah lesu Hyunjin. Ia sedikit kaget dengan keberadaan Changbin yang lagi berbincang dengan Minho.

Baru saja ia ingin pergi Changbin memanggilnya.

"Ayo gabung sini!" Hyunjin menurut saja.

"Nih, buat lo." Minho menyodorkan plastik yang berisikan makanan ringan. Hyunjin mengambil salah satu isinya dan memakannya.

"Lo gak pernah ke kantin Jin?"

"Dia gak mau ke kantin karena males ketemu sama neng Lisa." Malah Minho yang menjawab Changbin sedangkan Hyunjin masih asik makan.

"Siapa itu? Gebetan Hyunjin?" Hyunjin melotot.

"Buahahaha kenal cewek aja ogah mana punya gebetan dia. Tapi banyak penggemarnya tuh enak dia tinggal milih." Hyunjin menatap horor ke Minho.

"Ah iya-iya, neng lisa si arwah penjaga kantin dia ogah digodain mulu. Yaudah gue cuma beliin dia makanan ringan ini tiap hari."

Ah begitu.

"Jin maafin gue udah pernah nyurigai lo." Hyunjin menyudahi kegiatan makannya dan menatap Changbin.

"Gak perlu minta maaf kak Changbin, lo gak salah." Changbin senyum tipis mendengarnya. "Dan makasih ya kak buat dulu karena udah ngajak gue keliling sekolah, jadi gue gak nyasar lagi ke toilet cewek." Hyunjin mengingat kejadian dulu saat ia masih menjadi murid baru.

"Tangan lo kenapa Jin?" Tanya Minho sedikit berteriak.

"Ah cuma kecelakaan kecil waktu praktek." Jawab Hyunjin memperlihatkan tangannya yang diperban sama Renjun tadi.

"Ck ceroboh banget sih lo." Ucap Changbin, Hyunjin mengedikkan bahunya.

"Berapa kali gue bilang, Lo harus hati-hati Jinn ya ampun." Minho geram.

"Iya-iya."

"Eh btw gue boleh minta nomor lo?" Minho menoyor kepala Changbin pakai botol kosong.

"Temen macam apa sih lo nomornya aja gak punya."

"Berisik babi!" Hyunjin ketawa kecil melihat perdebatan Minho sama Changbin.

"Nomor apa kak? Nomor rumah? Sepatu? Atau nomor absen?" Sekarang ganti Changbin yang menoyor Hyunjin.

"Nomor hp bego!"

"Hehehe iya-iya nih!" Hyunjin memberikan ponselnya ke Changbin.

Ah ternyata Hyunjin punya sisi jahil juga, Andaikan Changbin mendekatinya sejak lama, pasti sekarang mereka sudah sangat dekat.

Mereka tidak tahu saja ada hal berat yang akan mereka hadapi nantinya yang bisa saja merampas tawa mereka.

"Semoga kita bisa tertawa terus kayak gini." Batin Minho menyunggingkan senyum manisnya.










•|T R I C K Y|•


Bangchan mengawasi Jeongin dengan ketat, habisnya Jeongin daritadi hanya main-main disaat harus serius dengan latihan soal didepannya.
Sepulang sekolah Jeongin memintanya untuk mengajari soal sulit, malah sekarang Bangchan yang jadi pusing ngurusin Jeongin.

"Selesaiin dulu latihannya Jeongin!" Tegur Chan, Jeongin masih asik memainkan ponselnya.

"Ck, harusnya gue langsung pulang tadi. Mana sekarang laper banget." Gumam Chan yang berhasil ditangkap oleh pemdengaran Jeongin.

"Ayo! Gue setuju!" Ucap Jeongin lantang.

"Hah? Mau apa lo?"

"Katanya mau makan, kuy lah gue udah nemu tempat yang tepat. Woy tupai bangun! Ayo makan!" Jeongin membangunkan Han yang tertidur di bangku sampingnya. Ya sejak tadi Han memang menemani Jeongin.

"Eunghh apa sih?" Jawab Han setangah sadar.

"Ck bangun kebo! Ditraktir kak Chan nih." Han langsung bangun dari tidurnya dengan semangat lain dengan Chan yang melotot tidak terima.

"Ih gak bilang-bilang. Hayuk lahh!" Han memainkan ponselnya sebentar.

"Lah? Ayo!"

"Gue hubungi kak Changbin, tadi ada janji.. nah itu orangnya!" Changbin yang baru saja keluar gedung sekolah bersama Hyunjin kaget sebab ditunjuk-tunjuk Han.

"Kebetulan banget, ayo ikutan!! Ditraktir kak Chan nih!" Ajak Jeongin, tanpa pikir panjang Changbin mengangguk semangat sambil menarik Hyunjin untuk jalan mengikuti mereka.

Aslinya Hyunjin menolak, tapi dia ditarik Changbin yaudah nurut saja. Lagian juga gratis gak bisa disia-sia in.

"Jeongin kampret!" Umpat Chan.

"Sekali-kali kak, sedekah." Jeongin nyengir menampakkan wajah tanpa dosanya sambil menarik tangan Chan.

"Sedekah pala lo!"

Sampai di cafe pilihan Jeongin, mereka langsung saja memilih tempat yang nyaman untuk duduk.

"Tulis aja apa yang kalian mau, nanti gue pesenin." Chan melotot horor pada Jeongin.

"Enak aja lo kalau ngomong."

"Hehehe asal kak Chan traktir deh." Chan memutar bola matanya malas.

Jeongin bangkit dari duduknya untuk memesan apa yang mereka pilih. Sedangkan yang lainnya sibuk dengan kegiatannya sendiri sambil menunggu pesanan.

"Minho tadi buru-buru mau kemana sih? Lo tau Jin?" Tanya Changbin ke Hyunjin.

"Katanya ada kerja kelompok sama Kak Serim."

"Ohh."

Tak lama Jeongin datang membawa pesanan mereka dengan riang dan membagikannya.

"Kayak Jisung aja lo dimana-mana minuman kalau gak susu pisang ya banana ck ck dasar bayi." Bangchan, Han, dan Jeongin tertawa mendengar Changbin mengkritik Banana smoothie pesanan Hyunjin.

"Daripada lo mirip orang kolot pesenannya kopi." Mereka semakin ketawa karena Hyunjin membalas olokan Changbin.

"Ini caffe latte bego bukan kopi."

"Halah sama aja rasanya juga kopi." Hyunjin menyesap banana smoothie nya.

Changbin ngalah malas berdebat lagi sama Hyunjin. Ia pun meminum caffe lattenya.

"Kak Chan, lo ikhlas kan nraktir kita?"

"Nggak." Han melotot dan siap-siap memuntahkan apa yang barusan diteguknya.

"Hahaha tentu ikhlas lah. Yakali udah diminum bilang gak ikhlas."

"Uhukk!"

"Kak Changbin kenapa?" Tanya Jeongin cemas sebab melihat Changbin yang terlihat kesakitan.

Changbin terus saja terus saja terbatuk dan tak sengaja menjatuhkan gelasnya.
Ia ambruk ke lantai, semua orang disana panik.

"Kak Changbin?!"

"Bin lo kenapa Bin?"

"Kak!!"

Changbin kejang-kejang dan kesusahan bernafas, ia terus saja memegangi tenggorokan nya.

"Telepon ambulan cepet!" Suruh Chan pada Han.

"Kak Changbin!! Lo kenapa kak?" Hyunjin berteriak khawatir. "Apa yang udah lo campurin ke minumannya hah?!" Teriaknya marah pada Jeongin.

"G-gue gak n-nyampurin apa-apa."

"Cih, kalau lo nyentuh Kak Changbin hidup lo bakal gak tenang Yang Jeongin!"

"Hyunjin stop! Bukan waktunya buat nglakuin ini, jangan nuduh orang sembarangan!" Tegur Chan pada Hyunjin yang kelewat emosi. Pelanggan lain beralih khawatir pada Hyunjin karena takut akan berkelahi.

Changbin sudah berhenti kejang namun mulutnya mengeluarkan busa hingga akhirnya ia tidak bernafas kembali.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro