Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Triangle: One

( '-') ~ Triangle | One ~ ('-' )

Tidak ada tempat yang aman di siang hari. Semua kawasan dipenuhi makhluk-makhluk jelek yang berjalan patah-patah dengan darah di sekujur tubuh dan pakaian compang-camping. Menggeram sepanjang hari seperti orang menggerutu tanpa henti. Aku menyebut mereka Mimi, tapi Yoongi bilang mereka adalah manusia gila yang dihasilkan dari eksperimen gagal. Ya, menurutku lebih lucu dipanggil Mimi, agar ada sedikit bagian yang lucu dari mereka.

Aku bergelung di dalam terowongan bawah tanah yang gelap sama sekali tanpa cahaya, bahkan aku tidak tahu Yoongi duduk di sebelah mana. Atau, kalau otak jahatnya kambuh, dia bisa saja meninggalkanku di bawah sini dan pergi sendiri, toh, aku juga tidak akan sadar.

Eum——sebenarnya kalau boleh jujur, ini tidak nyaman. Aku harus berbaring di tempat yang aku tidak tahu ada apa saja di sana. Tadi, sebelum aku membentangkan selimut sebagai alas dan merebahkan diri, aku sempat merasakan sesuatu yang gembung terpencet di bawah selimut sana.

"Yoon," lirihku. Ternyata tidur setiap hari di tempat-tempat seperti ini tidak pernah membuatku terbiasa. Selalu saja ada bayangan aneh-aneh yang masuk ke kepalaku. "Kau tidur? Kau di mana?"

"Jangan merengek! Kau sudah 18 tahun, Jung Hoseok." Yoongi berdecak dengan suara sengau. Aku tahu dia sedang tertidur di sisi lain, entah di mana itu, semuanya gelap di sini.

"Tapi Yoon." Aku menggerakkan kaki dan tanganku, meraba-raba keberadaan Yoongi. Akhirnya aku menemukannya. Dia duduk sejengkal di ujung kakiku, menyandarkan diri ke dinding terowongan. Tanpa merasa terganggu dan tetap tidur lelap.

"Sekali lagi kau merengek, kulempar kau ke atas!" geramnya kemudian menggeser kakiku yang entah mengenai apanya kuat. Daripada menggeser, ini lebih mirip melempar sih.

"Ah, sial. Berapa jam lagi sih malamnya? Pengap sekali di sini."

Aku pun akhirnya duduk, meraba-raba saku celanaku kemudian menemukan senter kecil di sana, lalu menghidupkannya.

Kusenteri sekitar. Ewh, aku baru sadar betapa menjijikkannya tempat ini. Berulangkali aku keluar masuk terowongan, tidak pernah sekali pun aku tidak mendesis jijik melihatnya.

Anehnya, dengan keadaan seperti ini, Min Yoongi tetap saja bisa mendengkur dan tertidur pulas. Dasar aneh.

"Menurutmu apa masih ada yang tersisa selain kita dan Mimi setelah pembersihan besar-besaran itu?"

Aku berusaha mengajak Yoongi berbicara dan membuatnya agar tidak tertidur. Enak saja aku ketakutan di sini dan dia bisa tidur dengan santai.

"Tidak tahu, tidak peduli juga," jawabnya tanpa membuka mata.

"Kalau nanti kita bertemu seseorang, kau bakal melakukan apa?"

"Diamlah Seok, aku mau tidur. Diam sebelum kujahit mulutmu. Kalau takut ya takut saja sendiri, jangan mengganggu orang lain."

"Huuu! Dasar judes!" Aku merengut, kemudian meraih ransel besarku-hasil menjarah minimarket tadi malam. Mengeluarkan sebungkus roti yang bungkus dan isinya sudah penyok-penyok dari sana dan mulai makan. Mengunyahnya besar-besar lalu mengeluarkan sekaleng soda yang bagian bawahnya juga sedikit penyok. Ya, setidaknya cuma kalengnya saja yang penyok, isinya tetap nikmat. Semakin nikmat karena ini gratis. Wehehe.

Aku tidak tahu sejak kapan aku tertidur, yang jelas Yoongi mengguncang tubuhku kuat tanpa belas kasihan sambil berteriak di telingaku. Kukira awalnya gempa, dan hampir saja aku lari kalang kabut kalau senter di kening Yoongi tidak menyala.

"Hampir saja kukubur kau di sini karena tidak bergerak," katanya kemudian memunguti roti-roti yang kukeluarlan untuk dihitung sampai tertidur pagi tadi ke dalam ransel.

Aku mendengus, kemudian memasang senterku yang tergantung di leher ke kening juga, ikut mengemasi barang-barang kami.

Selesai melipat selimut, yang di bawahnya ternyata ada bangkai tikus benyek-ewh-aku memasukkannya ke ransel Yoongi. Aku bersumpah akan membuang selimut ini nanti kalau ketemu yang baru. Nanti ya, saat ini biarkan saja begitu, jangan beritahu Yoongi juga. Biar saja dia mencium-cium bau bangkai tikus. Hehehe.

"Waah. Bulaan," seruku kemudian menggeliat, melemaskan sendi-sendi tangan dan kakiku. Rasanya mulai terbalik saja, melihat bulan serasa melihat matahari. Tidur di siang harinya dan mulai berjalan pada saat malam.

Yoongi berdiri di sampingku, "Ayo," katanya kemudian berjalan mendahuluiku.

Aku mengejarnya, berusaha menyejajarkan langkah. Sesekali melompati puing-puing bangunan, beton, atau kawat-kawat. Sesekali aku harus melangkahi Mimi yang terkapar di tanah seolah-olah mati——mungkin dia terlambat bersembunyi——padahal siang tadi sangat aktif bergerak.

Mimi awalnya manusia biasa, penduduk distrik ini. Beberapa ilmuwan gila yang ternyata secara diam-diam melakukan penelitian dengan bereksperimen pada manusia menciptakan mereka. Mereka menculik beberapa warga lalu mulai menjadikannya objek penelitian. Entah apa yang mereka masukkan ke tubuh orang-orang itu hingga mereka jadi buas dan menyeramkan begini. Parahnya, mereka tetap melakukan penelitian dan memberi makan eksperimen-eksperimen gagal itu dengan otak-otak sintetis. Tidak tahu kapan mulai menyebarnya, katanya Yoongi, ada satu ilmuwan yang tergigit tangannya, kemudian dia berjalan-jalan ke kota. Niat hati pergi liburan, eh tau-taunya malah membuat kegemparan. Orang-orang mulai saling menggigit kemudian saling mencongkel otak dan memakannya. Dalam sehari, ratusan manusia meninggal, dan ratusan Mimi baru terbentuk. Kericuhan di mana-mana. Manusia saling berkejar-kejaran. Menjerit-jerit meminta bantuan. Menggelepar-gelepar di tanah seperti ayam yang habis dipotong lehernya. Dan ... tebak sendiri akhirnya.

"Ssst."

Yoongi menahan lenganku agar tidak terus melangkah. Kemudian mematikan senter di keningnya. Aku pun ikut melakukan hal yang sama.

Aku menajamkan penglihatanku, berusaha mencari apa yang Yoongi temukan di sini.

"Apa tuh?" bisikku pelan pada Yoongi.

Entah manusia, entah Mimi, entah hewan, entah apa, entahlah. Tubuhnya tertutup kain putih, tingginya sekitar satu setengah meter. Melayang-layang di udara lima belas meter di depan sana. Sekilas, seperti ada noda kusam di antara kain putihnya yang terjuntai-juntai.

"Apa sih itu? Mimi jenis baru?" tanyaku lagi pada Yoongi yang tetap diam. Aku tidak bisa mengamati raut mukanya saat ini karena tempat ini begitu gelap. Tidak ada cahaya selain dari senter kami dan sinar bulan yang remang-remang.

"Hantu." Yoongi menarikku untuk mengendap-endap ke arah mobil yang penyok di sana-sini bahkan pintunya hilang sebelah. Berjejer di sana sambil membungkukkan badan.

Aku mencibir. Separuh tidak percaya. Karena ... yah, saat ini hantu dan Mimi entah mana yang lebih menyeramkan. Sepertinya aku akan lebih memilih bertemu hantu dari pada Mimi kalau bisa. Hantu tidak bisa melukaimu, tapi Mimi bisa merobek perutmu, menarik ususmu keluar, menghancurkan semua organ dalam yang kau punya, membelah tengkorakmu, lalu kemudian melahap otakmu seperti menyantap puding penutup makan malam. Ewh.

Aku baru mau mengintip lagi ketika kami sudah pada posisi siap. Tapi ... hey, ke mana perginya dia? Kenapa menghilang? Apa sih sebenarnya? Beneran hantu? [ ]

Thanks for reading. Secuil jejak Anda means a lot \(*°-°*)/

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro