Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

💎13


Keduanya terlihat canggung didalam mobil. Ya. Sejak tadi yang mereka lakukan hanyalah diam dan sesekali melirik satu sama lain. Dan tak kala mata mereka bertemu sesegera mungkin mereka melemparkan pandangan ke arah lain. Seperti itulah yang mereka lakukan.

Lama Soonyoung mengendarai mobil. Akhirnya mereka telah sampai di sebuah pantai yang begitu indah. Melewati jalan panjang dan berhenti disebuah resort yang sangat mewah. Disana ada banyak sekali bunga yang indah dan juga segar. Berbagai pelayan berdiri dan memberi salam pada mereka. Ada juga yang langsung membawakan barang bawaan mereka dan mempersilahkan mereka masuk. Memberikan penjelasan tentang resort mereka dan mengantarkannya ke kamar untuk beristirahat.

"Selamat datang tuan..." Salah seorang pelayan wanita memberikan salam pada Soonyoung. Tersenyum manis sambil membungkukkan badannya. Seakan mengerti dengan isyarat mata Soonyoung. Sang pelayan tadi mempersilahkan Soonyoung untuk masuk kedalam dan kembali menyapa pengunjung lain yang datang.

"Apa ini milikmu juga?" Tanya Jihoon penasaran. Bukan tidak mungkin jika Soonyoung yang seorang ahli waris serta pemilik dari HJ fashion juga pemilik dari resort ini. Jihoon sangat takjub padanya. Masih muda, tapi dia sudah bisa mengelola bisnis dan sukses seperti sekarang ini.

"Hmm.. Kenapa? Kau terpesona pada kekayaanku? Tapi maaf. Kau bukan tipe wanita yang bisa menggodaku dengan mudah. Dengan penampilanmu yang sekarang ini... kau belum cukup memenuhi syaratku." Soonyoung berjalan dengan angkuhnya sembari berbicara lantang pada Jihoon. Melihat ekspresi Jihoon saat ini, sudah dipastikan jika dia begitu kesal melihat gaya bicara Presdirnya yang begitu angkuh. Menyombongkan harta kekayaannya yang begitu melimpah. Meskipun dia itu sangat kaya, Jihoon bukanlah tipe wanita yang akan menggoda lelaki hanya untuk mendapatkan harta mereka. Lagipula... dia sudah punya seseorang yang dia cintai.

"Cihh... memangnya siapa yang mau menggoda Presdir mesum sepertimu." Geram Jihoon sambil membuang mukanya ke arah lain.

"Lagipula aku sudah punya orang yang aku sukai." Bisik Jihoon pelan, hingga sepertinya Soonyoung pun tak bisa mendengarnya. Soonyoung hanya bisa tersenyum geli sambil memperhatikan wajah masam Jihoon saat ini.

"Sudah waktunya kau menutup matamu." Soonyoung menatap misterius ke arah Jihoon. Membuatnya bergidik ketakutan. Dan hasilnya... dia harus menutup matanya rapat. Berjalan dengan dipandu oleh sang Presdir dari belakang. Sebenarnya Jihoon agak risih karna cara Soonyoung memandu yang memeluknya dari belakang.

"Apa sudah sampai? Kenapa lama sekali?" Tanya Jihoon frustasi. Jika begini terus dia pasti mati karna terkena serangan jantung. Harus merasakan posisi mereka yang sangat dekat.

"Sudah sampai." Ucap Soonyoung menghentikan langkahnya.

Mereka berdiri didepan pintu yang tertutup. Membuka ikatan penutup mata Jihoon. Lama Jihoon menutup matanya hingga dia membukanya perlahan. Agak buram, namun sedikit demi sedikit dia bisa melihat dengan jelas pintu kayu yang terlihat sangat mahal yang ada didepannya saat ini.

Jihoon memandang ke arah Soonyoung. Mencari jawaban kenapa dia mengajaknya kemari. Dengan senyum yang mengembang, Soonyoung meminta Jihoon untuk membuka pintu itu sendiri. Jihoon menuruti perkataannya. Meskipun hatinya berdebar-debar karna penasaran dengan apa yang ada dibalik pintu mahal ini.

Perlahan, Jihoon membuka knop pintu itu.

Tak terkunci!

Jihoon membukanya sedikit demi sedikit. Begitu pelan...

"SELAMAT ULANG TAHUN JIHOON!!!~" Tiba-tiba saja, sebuah suara yang keras mucul dari balik pintu tersebut. Di ikuti 2 sosok yang sangat Jihoon kenal tengah membawa terompet ditangan mereka.

"Vernon... Seungkwan..." Seketika Jihoon tahu apa maksud Soonyoung melakukan semua itu padanya. Baju, make-up dan juga perayaan ultah yang dia siapkan untuknya. Matanya beralih menatap Soonyoung yang tengah mengucapkan selamat ulang tahun padanya.

"Selamat ulang tahun. Jihoon." Soonyoung tersenyum bahagia.

Melihat betapa senangnya Jihoon mendapat kejutan pesta dari para sahabatnya. Sesegera mungkin, Jihoon menghambur dan memeluk Seungkwan dengan sangat erat.

"Terima kasih!" Seru Jihoon senang. Soonyoung memasuki ruangan yang cukup besar itu, berdiri disamping Vernon sambil melihat Jihoon dan Seungkwan yang saling berpelukan.

"Hey. Kau tidak mau memelukku juga?" Tanya Vernon menggoda. Jihoon pun melepas pelukannya. Dan beralih memeluk Vernon singkat sambil mengucapkan kata terima kasih.

"Bagaimana denganku?" Soonyoung ikut menanyakan posisinya saat ini.

"Aku tidak mau memeluk Presdir mesum sepertimu." Ucap Jihoon angkuh. Membuat Soonyoung harus menelan persaannya dalam-dalam karna sudah ditolak mentah-mentah olehnya. Melihat semua itu, Vernon dan Seungkwan tertawa geli. Mereka masih bisa bertengkar disaat-saat seperti ini.

"Kau sungguh mengerikan. Beginikah caramu mengucapkan terima kasih?" Ucap Soonyoung menuntut.

"Memang benar begitu." Jihoon berlagak sok didepan Soonyoung. Membuatnya semakin mati gaya. Jihoon bahkan dengan dinginnya mengatakan itu setelah apa yang sudah Soonyoung lakukan.

"Menyesal aku melakukan ini semua untuk mu." Soonyoung memasang wajah sedih. Namun sama sekali tak dihiraukan Jihoon. Dia justru mengajak Vernon dan Seungkwan mencicipi makanan yang ada disana.

Pesta sederhana yang dihadiri oleh sahabat Jihoon begitu menyenangkan. Meskipun tak banyak orang yang ikut andil dalam hal ini. Namun, semua itu sudah cukup membuat Jihoon bahagia.

"Kapan kau akan mengatakannya pada mereka?" Vernon membuka suara. Mereka sedang menikmati wine ditempat duduk yan jaraknya lumayan jauh dengan posisi Seungkwan dan Jihoon berada.

"Entahlah. Mungkin aku tidak akan pernah mengatakannya pada mereka." Ada raut wajah sedih saat Soonyoung mengatakan kalimat itu. Menatap ke arah Seungkwan dan Jihoon yang sedang sibuk mengobrol berdua. Rasanya begitu menyakitkan saat kau harus menyembunyikan jati dirinya pada orang-orang yang kalian sayangi meskipun kalian begitu dekat.

"Kenapa? Jika semua ini karna kau khawatir dengan keselamatan mereka. Kita bisa atasi semua ini bersama-sama. Bukankah kita ini teman?"

"Ini sulit. Aku tidak bisa membiarkan salah satu dari kalian mengalami masalah. Aku ingin kalian hidup bahagia tanpa harus merasakan beban yang aku rasakan."

"Ini sama sekali bukan kau. Jika ini kau yang dulu. Kau pasti mati-matian mengejar apa yang menurutmu berharga. Meskipun semua itu harus melewati hal sesulit apapun. Kita pasti akan mengatasinya bersama." Soonyoung menundukkan kepalanya. Membayangkan betapa bahagianya mereka saat berada dimasa sekolah. Menuang kembali wine yang sudah habis ke gelasnya yang sudah kosong dan meminumnya sekali teguk.

"Kau benar. Ini memang bukan aku yang dulu. Hoshi yang selalu berfikiran positif sudah lama mati. Dan sekarang hanya ada Soonyoung yang lemah dan tak berdaya."

"Aku bahkan merasa diriku sudah tak bisa menahan ini semua. Setiap kali aku bersamanya, hati dan pikiranku tak lagi sama. Hati menginginkannya, tapi pikiran berusaha menghapusnya."

Soonyoung kembali menuang botol Wine kedalam gelas dan meminumnya sekali teguk. Merasa kurang dan tak sabaran, Soonyoung langsung mengambil botol wine dan meminumnnya tanpa menuangkannya ke dalam gelas. Meminumnya sebanyak mungkin untuk menenangkan hatinya yang seakan panas dibuatnya.

Vernon yang melihatnya hanya bisa berdiam diri. Dia merasa kasihan dengan apa yang terjadi padanya. Tapi dia tak bisa melakukan apapun untuknya. Semuanya tergantung Soonyoung.

Satu botol wine telah dihabiskan oleh Soonyoung. Merasa kurang, Soonyoung mengambil botol wine Vernon dan meneguknya hingga habis.
"Sudah cukup. Kau terlalu banyak minum." Vernon berusaha mengambil botol wine tersebut dari tangan Soonyoung. Tapi Soonyoung kembali meraihnya dan meminumnya kembali.

"Jangan ganggu aku."

Ini sudah melebihi batasnya. Soonyoung terlalu banyak minum. Dan Sekarang dia lepas kontrol.

"Soonyoung. Kau sudah tak bisa meminumnya lagi." Ucap Vernon menghentikan Soonyoung yang ingin lebih meminum Wine.

"DIAM!!" Soonyoung mengamuk saat Vernon mencoba mengambil botol wine yang hendak diminum Soonyoung. Mendengar suara Soonyoung yang cukup keras. Jihoon dan Seungkwan menatap ke arah Vernon dan Juga Soonyoung. Berjalan ke arah mereka. Begitu sampai, mereka begitu syok melihat banyaknya botol-botol Wine yang tergeletak dimeja.

"Dia menghabiskan semua ini?" Tanya Seungkwan takjub. Bahkan, Vernon tak mungkin bisa menghambiskan wine sebanyak ini.

"Jihoon. Kau harus melakukan sesuatu untuk menghentikannya." Ujar Vernon pada Jihoon.

"Dasar Presdir bodoh! Siapa yang meminta mu menghabiskan semua ini!" Jihoon mengambil paksa botol wine yang diminum Soonyoung. Membuat isinya menumpahi baju dan wajah Soonyoung.

"Kembalikan padaku." Soonyoung menatap Jihoon tak suka karna kegiatannya sedang diganggu. Meskipun nada suara rendah, tapi itu penuh dengan penekanan.

"Tidak. Waktunya kau pulang."

"Kembalikan..." Pinta Soonyoung lagi. Namun, tak digubris oleh Jihoon.

"KEMBALIKAN PADAKU!!" Soonyoung membentak Jihoon dengan kasar. Membuat semua yang ada disana syok melihat kemarahan Soonyoung yang sangat menakutkan. Ini kali pertama mereka bertiga melihat Soonyoung marah. Dan itu sangat menakutkan. Apalagi dia dalam keadaan Mabuk.

"Apa kau tuli. Gadis bodoh?!" Soonyoung berusaha berdiri dari duduknya. Mencoba berjalan ke arah Jihoon. Namun di cegah oleh Vernon.

"Sebaiknya kau tidak ikut campur." Gertak Soonyoung pada Vernon. Membuat Vernon seketika melepas genggamannya. Soonyoung semakin mendekat ke arah Jihoon. Melihat itu, Jihoon reflek mundur. Takut jika Soonyoung akan melakukan sesuatu yang buruk padanya.

"Ji-Jihoon.." Seungkwan bingung harus bagaimana. Dia khawatir pada Jihoon. Tapi dia juga takut mendekati Soonyoung.

"Presdir..." Jihoon semakin gelagapan saat dirinya merasakan tubuh belakangnnya menyentuh tembok. Itu artinya dia tak bisa kemana-mana lagi. Dan Soonyoung semakin mendekat hingga pada akhirnya dia mengunci dirinya dengan kedua tangan berada tembok.

"Siapa kau berani mengganggu acara minumku?" Soonyoung bertanya pada Jihoon dengan senyuman khas orang yang memiliki kekuasaan tinggi. Wajahnya yang begitu dekat membuat Jihoon dapat dengan jelas merasakan hembusan nafas Soonyoung yang teratur. Ada sedikit rona merah akibat
terlalu banyak minum alkohol. Begitu juga dengan bau nafasnya yang begitu menyengat.

"Presdir. Kau mabuk."

"Aku tidak mabuk." Soonyoung membantah ucapan Jihoon.

Menatap intens ke arah Jihoon. Menarik punggung Jihoon dengan tangan kirinya. Hingga tubuh mereka bersentuhan.

"Pre-Presdir..." Jihoon merasa malu sendiri saat mereka begitu dekat. Matanya tak bisa beralih dari mata yang bersinar itu. Mata yang seakan menghipnotis dirinya untuk terus memperhatikannnya. Perlahan, Soonyoung mendekatkan wajahnya seakan dia ingin mencium Jihoon. semakin dekat dan semakin dekat... membuat Jihoon harus menahan debaran jantungnya. Menutup matanya sambil menunggu kecupan hangat mendarat dibibir mungilnya.

"Sudah cukup!" Vernon langsung menarik kerah belakang Soonyoung dengan kasar. Membuatnya hampir terjatuh ke bawah jika Vernon tak menahan tubuh Soonyoung.

Jihoon agak syok saat Vernon tiba-tiba menarik Soonyoung kasar. Menghentikan Soonyoung yang hampir mencium Jihoon saat itu juga. Seungkwan pun segera menghampiri Jihoon dan menanyakan keadaannya.

"Kau baik-baik saja?" Jihoon hanya mengangguk.

Menandakan dirinya baik-baik saja. Matanya saat ini tertuju pada Soonyoung yang sudah ambruk dipelukan Vernon.

"Kita antar dia kerumahmu." Vernon berkata sambil memandang ke arah Jihoon.

"Kenapa tidak kita antar saja ke rumahnya. Kenapa harus dirumah Jihoon?" Seungkwan sempat menolak ide Vernon. Tapi langsung bungkam saat Vernon menjelaskan alasannya pada Seungkwan.

"Jika kita membawa dia dalam keadaan mabuk. Kita akan mendapat masalah yang besar" Jawab Vernon khawatir.

Kalau-kalau suruhan Jinyoung mengawasi mereka. Akan lebih bagus jika Soonyoung malam ini berada ditempat Jihoon. Vernon segera mengangkat tubuh Soonyoung dibantu oleh Seungkwan. Dan membawanya ke dalam mobil. Sesegera mungkin menuju rumah Jihoon sebelum hari semakin gelap.

"Kau yakin kita meninggalkan mereka berdua disana? Melihat sikap Presdir pada Jihoon tadi. Aku jadi takut."

Seungkwan tak habis fikir kenapa Vernon meninggalkan Soonyoung dan Jihoon berdua saja dirumahnya. Bukankah lebih baik jika mereka bersama mereka dan menginap.

"Jangan khawatir. Soonyoung bukan orang seperti itu." Jawab Vernon sesantai mungkin.

"Ada apa denganmu? Kenapa kau sangat yakin sekali pada Presdir itu." Seungkwan agak curiga pada Vernon. Melihat sikap

Vernon yang begitu tenang melihat situasi yang sekarang ini. Bahkan, Vernon terlihat percaya sekali pada Soonyoung jika dia bukan orang jahat.

"Sudahlah. Jangan terlalu berfikiran negatif tentangnya. Dia itu orang yang sangat baik."

"Kau selalu saja begitu! Menyebalkan!" Seungkwan menggerutu tak jelas. Menyilangkan tangannya dan memandang ke arah lain. Tak mau melihat Vernon saat ini. Lagi-lagi Seungkwan ngambek. Vernon hanya bisa menghela nafas saat setiap kali ada masalah, Seungkwan selalu saja marah tak jelas.

***

Jihoon telah selesai mengganti pakaiannya. Dan saat ini tengah duduk dipinggir ranjangnya. Memperhatikan Soonyoung yang tertidur pulas akibat terlalu banyak minum. Membayangkan kejadian saat dimana Soonyoung bersikap seperti itu padanya. Semua itu membuat Hati Jihoon menjadi gusar.

Kenapa dia membiarkan itu terjadi? Kenapa dia menutup matanya seakan mengiyakan apa yang hendak dilakukan Soonyoung padanya. Mungkinkah diam-diam Jihoon menaruh hati padanya?

Tapi... satu-satunya lelaki yang disukai Jihoon hanya Hoshi. Dan itu tidak akan pernah berubah.

"Ibu..." Jihoon terjaga saat dirinya mendengar suara Soonyoung memanggil-manggil nama ibu. Dengan rasa penasaran, Jihoon beranjak ke tempat tidur Soonyoung dan melihat keadaannya.

Dia pasti sedang mengigau...

"Ibu...." Soonyoung kembali memanggil nama ibu dengan raut wajah sedihnya. Kepalanya bergerak ke kanan dan kekiri. Menandakan jika apa yang sedang dia impikan bukanlah sesuatu yang indah.

"Pres-"

"IBU...!!" Jihoon terkaget saat dirinya melihat Soonyoung yang tiba-tiba terbangun sambil meneriaki nama ibunya. Nafasnya terengah-engah. Keringat mengalir deras disetiap wajah dan juga lehernya. Sesuatu yang buruk pasti di impikan Soonyoung.

"Presdir. Kau baik-baik saja?" Jihoon bertanya sepelan mungkin. Melihat betapa syoknya Soonyoung saat ini membuatnya khawatir. Semengerikan apa hingga membuat Soonyoung setakut ini.

"Aaah..." Kepala Soonyoung seakan terasa berat sekali. kepalanya terasa pusing hingga membuatnya tak kuat menahannya. Sesegera mungkin, Jihoon mengambil segelas minuman kepada Soonyoung agar lebih baik. Ini semua pasti karna efek Soonyoung yang terlalu banyak minum.

"Apa yang ku lakukan?" Merasa lebih baik. Soonyoung membuka suara. Menatap heran kenapa dia bisa berada dirumah Jihoon.

"Kau mabuk. Dan Vernon membawamu kemari."

"Itu saja?"

"Apa maksudmu dengan itu saja?!" Jihoon berteiak keras saat mendengar pertanyaan yang membuatnya jengkel.

"Aa... Maksudku. Aku tidak melakukan sesuatu yang buruk padamu kan? Seperti menciummu?" Soonyoung memandang ke arah Jihoon. Lampu yang temaram membuatnya sulit untuk membaca pikiran Jihoon. Dia hanya dapat melihat semu merah yang ada dibalik gelapnya kamar.

Dia malu...

"Tidak ada." Jawab Jihoon berbohong. Sebenarnya tidak sepenuhnya bohong karna kenyataannya mereka memang tidak berciuman. Atau bisa dibilang hampir akan berciuman.

Keduanya kembali terdiam. Jihoon masih dengan perasannya yang kalang kabut. Dan Soonyoung sedang merasakan rasa sakit yang menjalar dikepalanya. Pusing yang luar biasa seakan tak mau hilang dari kepalanya.

"Kau baik-baik saja?" Jihoon mencoba menatap Soonyoung yang sejak tadi memegangi kepalanya yang pusing.

"Ya."

"Kau mimpi buruk." Jihoon mencoba berbicara kembali setelah Soonyoung menjawabnya dengan begitu singkat. Rasanya sangat sulit sekali untuk berbicara.

"Hm... Mimpi buruk yang selalu sama."

"Apa... Ini berhubungan dengan kecelakaan waktu itu?"

Jihoon berusaha serendah mungkin menanyakan hal sepribadi saat ini. Dia tak mau karna pertannyaannya ini. Dia dipecat dari pekerjaannya.

"Kau benar. Hampir setiap malam aku selalu memimpikan kecelakaan yang menimpa Ayah dan ibuku. Bagaimana ledakan mobil itu merenggut kedua orang tuaku. Dan aku sama sekali tak bisa melakukan apapun untuk menyelamatkannya."

Soonyoung ingat betul bagaimana kecelakaan itu terjadi. Meskipun semua itu sudah terjadi begitu lama. Tapi didalam hati Soonyoung. Kecelakaan itu seakan baru saja dia alami. Semua percakapan, senyum, dan juga gelak tawa mereka saat dimobil. Semua itu bagaikan klise film yang selalu terputar di otak Soonyoung. Menampilkan setiap detik terjadinya kecelakaan yang merenggut kebahagiaannya dalam sekejap mata.

"Akan lebih baik jika aku ikut mati bersama mereka. Akan lebih baik jika aku tak menuruti kata-kata mereka untuk keluar dari mobi. Akan..."

"Presdir!" Jihoon memeluk Soonyoung erat. Membenamkan wajah Soonyoung dipelukannya. Memeluknya dan membuatnya agar merasa lebih tenang. Kedua tangannya mengelus lembut rambut pirang miliknya. Jihoon tahu bagaimana rasanya kehilangan orang yang kita sayangi. Dan itu sangat menyakitkan.

"Tidak seharusnya kau mengatakan hal seperti itu. Ayah dan ibumu sangat mencintaimu. Itu sebabnya mereka berusaha sekuat tenaga mereka untuk membuatmu agar tetap hidup. Melihatmu tumbuh besar dari surga. Mereka pasti saat ini begitu bangga karna anak kesayangan mereka telah sukses dalam kehidupannya. Memiliki banyak orang yang menyayangi dan mencintainya."

Mendengar perkataan Jihoon membuat hati Soonyoung serasa begitu tenang. Pelukannya yang hangat mampu menenangkan pikirannya yang kacau. Tangannya yang begitu lembut mengelus rambutnya seakan menjadikannya sebagai kekuatan yang baru bagi dirinya. Sesuatu yang sejak dulu ingin Soonyoung lakukan tapi, dia sama sekali tak bisa melakukannya. Dengan ragu-ragu. Soonyoung mencoba membalas pelukan Jihoon. Kedua tangannya bergerak melingkari pinggang Jihoon. Merasakan sensasi hangat yang sudah lama tak dia rasakan. Hangatnya sebuah kasih sayang yang tulus dari orang yang kita cintai. Sesuatu yang mampu membuat kita tegar dalam menghadapi segala masalah yang ada.

Lama Soonyoung memeluk Jihoon. Hingga pada akhirnya Soonyoung mengangkat kepalanya. Menatap lembut wajah manis Jihoon yang ikut menatapnya. Saling menatap mata mereka satu sama lain. Seakan terhipnotis oleh sinar cinta mereka.

"Jihoon..." Betapa indahnya suara merdu Soonyoung yang seakan ingin dimanja oleh Jihoon. Rendah namun begitu tajam saat suara itu masuk ke gendang telingannya. Hingga membuatnya terpana oleh ketampanananya.

Tangan kanan Soonyoung beralih menyentuh wajah Jihoon. Wajahnya yang putih terasa begitu lembut digenggamanya. Meskipun tak begitu terlihat karna mereka hanya ditemani lampu temaran yang membuat suasana menjadi semakin romantis.

Perlahan tapi pasti, Soonyoung mendekatkan wajahnya ke wajah Jihoon. semakin dekat dan semakin dekat. Tangannya kini telah beralih ke leher Jihoon. Ikut mendekatkan wajah Jihoon hingga bibir mereka saling bersentuhan. Hanya bersetuhan saja seakan sengatan listrik meluncur dengan sukses disetiap kujur tubuhnya. Perasaan aneh menjalar hingga ke tulang rusuknya. Perasaan yang selama ini tertidur dan sama sekali tak bisa dibangunkan oleh siapa saja. perasaan yang hanya ditujukkan pada gadis yang kini ada dipelukannya.

Di detik pertama Soonyoung hanya menyentuh bibir Jihoon dengan bibirnya. Menunggu sang pemilik memberikan ijinya. Hingga Soonyoung tak merasakan penolakan atas dirinya. Soonyoung memberanikan dirinya untuk semakin dalam mencium Jihoon. Mengulumnnya dengan begitu lembut. Terus dan terus. Mencari titik dimana kepuasan batinnya terpenuhi. Hingga pada ahirnya, Jihoon membuka akses mulutnya. Seakan membuka lebar ijinnya agar Soonyoung melakukan lebih dari sekarang ini.

Tanpa banyak menunggu lama lagi. Soonyoung segera menerobos masuk kedalam mulut Jihoon. Menyusuri setiap jengkal yang ada dimulut Jihoon hingga lidah mereka saling bertemu. Bertukar saliva dan berdansa didalamnnya. Menari-nari sambil mencari kepuasan mereka sendiri. Ada sedikit penekanan dari Soonyoung saat tubuh mungil Jihoon berusaha menjauh.

Jihoon butuh bernafas.

Hingga akhirnya, Jihoon mendorong paksa tubuh Soonyoung. Mencari udara sebanyak mungkin yang dia bisa sebelum Soonyoung kembali memangsa dirinya. Menarik tubuhnya kuat- kuat ke dalam pelukannya. Melumat kembali bibir ranum yang sudah basah karna saliva mereka.

"Engh..." Sebuah erangan kecil Jihoon seakan membuat otak Soonyoung terasa gila dibuatnya. Tubuhnya terasa menengang saat mendengar begitu indahnya suara Jihoon saat dirinya melumat habis bibir Jihoon penuh dengan penekanan. Memberikan tanda disetiap jengkal mulut Jihoon.

"Umh.. Aaah..." Seberapa kuat dirinya bisa menahan keingannya untuk menghentikan semua ini. Yah! Jika Soonyoung tidak dihentikan. Maka iblis yang ada didalam dirinya yang terkurung begitu lama bisa saja keluar dan memakan Jihoon tanpa belas kasih.

Tubuhnya tak lagi bisa dia kendalikan. Dengan cepat, Soonyoung mendorong tubuh Jihoon hingga dia menindih tubuh Jihoon. Menguncinya hingga tak ada akses untuk Jihoon melarikan diri.

Tbc

(͡° ͜ʖ ͡°)(͡° ͜ʖ ͡°)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro