💎12
Di tempat lain, Soonyoung tengah berada diruangannya. Sedang menandatangani beberapa berkas yang harus dia selesaikan untuk rencana mengembangkan perusahaannya ke luar negeri. Sementara itu, Jihoon sedang disuruh Soonyoung untuk melihat-lihat baju di Mall untuk mencari refrensi. Dan juga melihat-lihat baju trend apa yang sedang terkenal dikalangan remaja.
Sedang serius-seriusnya menandatangani berkas, Tak selang beberapa detik, Suara pintu diketuk terdengar.
"Masuk." Kata Soonyoung segera mempersilahkan orang yang ada dibalik pintu untuk masuk. Sekertaris Minhyun datang dengan wajah yang serius, namun juga terkesan takut.
"Ada apa?" Tanya Soonyoung.
"Ada hal yang ingin Saya katakan pada anda. Ini sangat penting." Kata Sekretaris Minhyun. Mata Soonyoung berubah tajam dan segera berdiri. Mempersilahkan Sekretaris Minhyun untuk duduk disofa dekat meja kerja Soonyoung.
"Begini... Kemarin, saat saya berjalan melewati ruangan Manager Jinyoung secara tidak sengaja saya mendengar pembicaraannya dengan seseorang. saya mendengar, mereka sedang membicarakan soal Stylish Presdir dan juga beberapa teman yang tuan ajak saat acara party waktu itu. Dan saya pikir, Manager Jinyoung sedang mencari tahu apa hubungan mereka dengan anda tuan." Jelas Sekretaris Minhyun.
"Mungkinkah Manager Jinyoung tengah merencanakan sesuatu? saya takut, jika sesuatu yang buruk terjadi pada mereka tuan. Anda tau sendiri, Jika Manager Jinyoung bukanlah orang yang akan berbuat baik pada orang yang menghalangi rencananya." Lanjut Sekretaris Minhyun.
"Aku mengerti. Terima kasih untuk informasinya Sekretaris Minhyun. Aku akan urus semuanya, jadi kau tidak perlu khawatir." Kata Soonyoung tersenyum tipis. Namun, dalam benaknya dia begitu geram dengan Jinyoung. Apa yang akan dia rencanakan. Entah apapun itu, Soonyoung akan menghadapinya dan menguak semua kedok jahatnya pada semua orang.
"Baik tuan. saya akan berusaha mencari tahu apa yang sedang direncanakan Manager Jinyong. Selama itu, tolong jaga diri Anda. Dan berhati-hatilah."
"Uhm... Aku akan berhati-hati."
Di lain tempat, Jihoon tengah berjalan-jalan dipusat perbelanjaan. Ada banyak sekali baju yang dia potret hari ini. Ada sedikit keinginan untuk memakainya, tapi yah. Bagaimanapun, dia harus tahu diri bukan? Baju semahal ini dia tak mungkin mampu untuk membelinya.
"Eh?" Saat sedang berjalan-jalan, Jihoon merasa ada seseorang yang tengah mengikutinya. Entah itu perasaanya atau memang benar. Tapi... setiap kali dia menoleh ke belakang tak ada siapapun yang mencurigakan disana. Sambil merasa was-was, Jihoon melanjutkan pekerjaannya.
Tut...Tut...Tut...
"Yeoboseyo?" Sapa Jihoon mengangkat telfonnya.
"Aa... Kau Seungkwan. Ada apa?" Tanya Jihoon.
"Uhm... Oh, baiklah. Apa ada sesuatu lagi yang kau inginkan?"
"Oh, Baiklah. Sampai ketemu dirumah."
Jihoon menutup telfonnya dan kembali melanjutkan tugasnya. Tak lama dia pergi, seseorang muncul dari balik tembok. Seseorang dengan jaket hitam dan topi yang menutupi wajahnya menatap kepergian Jihoon, dan pergi begitu saja.
Jihoon turun dari bis. Berjalan pulang menuju apartemennya sambil menenteng beberapa barang belanjaan. Lagi... Jihoon merasa ada seseorang yang tengah mengikutinya dari belakang. Namun, saat dia menoleh ke belakang tak ada apapun disana. Hanya suasana sepi dimalam hari saja. Dan suara anjing yang menggonggong. Jalan setapak yang dia lewati memang sedikit sepi, namun sejak dulu tak ada sesuatu yang aneh seperti hantu atau anak berandalan yang suka mengganggu pejalan kaki.
Dengan langkah cepat, Jihoon sesegera mungkin berjalan menuju apartemennya yang berjarak beberapa langkah lagi. Sesaat setelah Jihoon masuk ke dalam rumah, seseorang muncul dari balik tembok. Laki-laki dengan jaket hitam dan topi yang menutupi wajahnya tengah memandangi apartemen Jihoon. Beberapa detik melihatnya, dia pun menghilang.
"Ada apa? Kenapa kau terburu-buru begitu?" Tanya Seungkwan yang melihat Jihoon dengan langkah cepat masuk ke dalam rumah dan menguncinya rapat-rapat.
"Entahlah. Tapi aku merasa ada seseorang yang sedang mengawasiku. Karna takut, aku jadi cepat-cepat masuk ke dalam rumah." Jihoon menghela nafas lega karna sudah sampai dirumah, dan menaruh semua barang belanjaan ke meja.
"Penguntit? Mungkinkah itu stalker?" Tanya Seungkwan sambil mengeluarkan semua barang belanjaan dari kantong plastik.
"Stalker?" Tanya Jihoon bingun.
"Iya. Saat ini, sedang ngetrendnya orang menguntit gadis yang mereka sukai. Bisa jadi kan ada seseorang yang menyukaimu?" Kata Seungkwan menerka-nerka.
"Hah. Lagi-lagi kau mengatakan hal yang konyol. Stalker. Apa itu?!" Gerutu Jihoon.
"HEY!! Setidaknya aku punya asumsi yang realistis." Teriak Seungkwan tak terima.
***
Manager Jinyoung tengah berada di ruangannya. Seseorang baru saja memberikan sebuah amplop berwarna coklat padanya. Tanpa banyak berlama-lama, Jinyoung membuka amplop coklat tersebut dan melihat isi yang didalamnya. Ada beberapa foto gadis disana. Jinyoung melihatnya satu persatu foto tersebut. Sesaat kemudian, Jinyoung mulai membuka suara.
"Jadi... Dulu mereka adalah teman sekelas? Sungguh menarik... Cari tahu informasi lebih banyak lagi. Tentang keluarga, teman dan apapun yang bisa kau temukan." Ucap Jinyoung memerintah seseorang yang dia suruh untuk memata-matai Jihoon.
"Baik tuan." Lelaki tersebut memberi hormat dan kemudian melangkahkan kakinya pergi dari ruangan Jinyoun. Jinyoung tersenyum tipis, menatap lurus ke depan. Seakan tengah memikirkan rencana yang menarik untuk membuatnya menjadi lebih mudah mendapatkan perusahaan Hj Fashion. Perusahaan yang sejak dulu dia incar.
***
Soonyoung meminum kopi yang dia pesan sejak tadi. Menikmatinya sembari menunggu seseorang yang sudah sejak tadi dia ingin temui. Soonyoung melirik jam tangannya, dan melihat apakah sudah waktunya orang yang dia tunggu akan tiba. Tak selang beberapa kemudian, seseorang muncul dari arah pintu Cafe. 2 pelayan yang berdiri diambang pintu memberi salam pada bosnya dengan sopan. Vernon membalas salam mereka dan berjalan menghampiri Soonyoung yang sudah menunggunya.
"Maaf membuatmu menunggu lama. Aku harus mengantarkan Seungkwan ke butiknya dulu. Dia akan mengamuk jika aku tak mengantarkannya." Vernon duduk didepan Soonyoung. Dia terlambat 15 menit karna ada urusan yang mebuatnya jadi tak bisa on time.
"Dia masih memperlakukanmu dengan kasar, ya?" Soonyoung tersenyum tipis melihat hubungan Vernon dan Seungkwan yang selalu bertengkar. Tapi... terlihat romantis. Membuatnya iri saja.
"Yaaaah... Kadang-kadang, tapi... itu tidak masalah. Aku sudah terlanjur jatuh cinta padanya. Mau bagaimana lagi?"
Vernon tertawa keras. Melihat betapa cintanya dia pada Seungkwan. Demi mendapatkannya saat masih sekolah dulu membuatnya ingin tertawa saja. Sungguh masa-masa yang menyenangkan. Soonyoung tersenyum tipis mendengar cerita sahabatnya itu. menyeruput minumannya dengan nyaman.
"Oh ya, ada apa kau memanggilku kemari?"
"Aku ingin meminta bantuan padamu..." Soonyoung menaruh gelas minumannya keatas meja. Menatap serius ke arah Vernon yang agak bingung.
"Bantuan?" Tanya Vernon memastikan.
***
Kesekian kalinya Jihoon menghela nafas panjang. Sudah hampir setengah hari dia dimeja kerjanya. Tapi tak ada pesan ataupun telfon dari sang Presdir. Dia bingung, kenapa akhir-akhir ini Soonyoung jadi berubah sikap padanya. Dia jadi jarang menemuinya bahkan hampir tak pernah mengirim sms hanya sekedar untuk menanyakan hasil karyanya. Mungkinkah dia sudah bosan padanya?
Tunggu!! Bosan? Bagaimana bisa Jihoon memikirkan hal konyol seperti ini. Ingat. Kalian hanyalah bawahan dan atasan. Tidak boleh berfikiran hal-hal yang berlebihan seperti itu.
"Dasar bodoh..." Jihoon mencoret-coret gambarnya dengan kesal. Menulis nama Presdirnya dan mencoret-coretnya dengan kasar. Entah kenapa dia marah. Kesal. Jengkel melihat situasi yang sedang dia rasakan saat ini. ada perasaan kehilangan saat Soonyoung tak lai terlihat disampingnya. Mengerjainya dan selalu melakukan hal yang tidak dia sukai. Seperti bersikap mesum atau mempermainkannya. Semua itu... entah kenapa sangat Jihoon rindukan saat ini.
"Apa kau disini dibayar hanya untuk mencoret-coret hasil karyamu?" Mata Jihoon membulat sempurna. Tubuhnya menegang dan tangannya berhenti mencoret-coret saat sebuah suara yang sangat dia kenal terdengar dengan jelas ditelinganya. Ya. Suara yang sedang dia rindukan kini begitu jelas dia rasakan.
"Pre-Presdir?!" Jihoon memekik keras saat menoleh ke belakang dan mendapati Soonyoung tengah berdiri dibelakangnya sambil memperhatikan dirinya. Sesaat setelah itu, Soonyoung malah menutup wajahnya dengan tangan kirinya. Membuat Jihoon malah jadi bingung di buatnya.
"Ke-kenapa?" Tanya Jihoon ragu. Apa dia bau? Atau dia melakukan kesalahan sampai-sampai Soonyoung tak mau melihatnya.
"Ikut aku." Tanpa banyak berbicara dan masih dengan wajah yang ditutupi tangannya. Soonyoung menarik tangan Jihoon dan mengajaknya keluar.
"Ki-kita mau kemana?" Jihoon mencoba bertanya pada Soonyoung.
Tapi dia tak menjawab dan masih dengan sikap diamnya.
Memasukkannya ke dalam mobil dengan paksa dan mengajaknya pergi entah kemana.
"Kenapa kita ada disini?" Jihoon jadi tambah bingung tak kala dia diajak ke sebuah Mall ternama dan dikelilingi berbagai baju yang mewah dan mahal.
"Selamat datang Presdir. Ada mencari sebuah baju?"
Seorang pelayan menawarkan pelayanan pada Soonyoung dengan sopan.
"Pergilah. Aku akan melakukannya sendiri." Ucap Soonyoung dingin dan menyuruh pelayan tadi untuk pergi. Soonyoung segera memilah-milah baju yang ada. Berusaha mencari baju yang cocok untuk Jihoon kenakan.
"Cobalah semua pakaian ini." Soonyoung memberikan beberapa gaun pada Jihoon. Dan menyuruhnya untuk memakainya segera.
"Kenapa aku harus melakukannya?'
"Cepatlah... aku tidak punya banyak waktu." Ucap Soonyoung langsung ke intinya.
"TIDAK MAU!!" Jihoon mengembalikan baju-baju tadi ke tangan Soonyoung dan hendak beranjak pergi jika saja Soonyoung tak menghalanginya dengan menarik lengannya paksa. Menyeretnya ke bilik ganti baju dan memasukkan Jihoon ke dalamnya.
"Ka-kau mau apa?" Jihoon was-was saat dirinya berada diruang ganti bersama dengan Soonyoung. Soonyoung menatap mata Jihoon dengan intens, mengunci Jihoon dengan kedua tangannya yang berada ditembok.
"Dengar... Berhentilah memikirkan hal-hal yang aneh tentangku. Cepat pakai dan jangan banyak tanya." Soonyoung sedikit mengeluarkan nada gertakan pada Jihoon. Membuat Jihoon harus patuh dengan perasaan takut yang kini menjalar disekujur tubuhnya.
"Si-siapa yang berfikiran aneh! lagipula kenapa aku harus melakukan ini." Jantung Jihoon seakan berpacu saat melihat wajah Soonyoung yang begitu dekat dengannya. Sampai-sampai berbicarapun susah bagi dirinya.
"Eeh.. Se-setidaknya berikan aku alasan kenapa aku harus melakukannya." Jihoon menoleh ke arah lain dengan wajah
malu. Membuat Soonyoung jadi agak salah tingkah dan lebih memilih untuk mundur.
"Aku tidak peduli! Pakai semua baju itu, atau aku akan melucutimu dan memaksamu untuk memakainya." Ucap Soonyoung mengancam dan keluar dari ruang ganti dengan nafas yang memburu. Menyentuh dadanya yang serasa berdebar-debar. Membuatnya tak tenang dibuatnya.
Sedangkan Jihoon malah bengong ditempatnya. Dan didetik kemudian matanya melotot dengan wajah kesal.
"Dasar Presdir mesum!"
Beberapa menit kemudian, Jihoon keluar memakai sebuah gaun putih dengan rompi dibagian dadanya. Gaun setinggi lutut tersebut begitu indah memperlihatkan lekuk tubuhnya yang proposional. Soonyoung memperhatikan Jihoon dengan seksama. Dari atas sampai bawah dia terus melihat apakah baju itu pantas untuk Jihoon.
"Ganti." Satu kata tersebut sukses membuat Jihoon mendengkus kesal dan langsung masuk kedalam ruang ganti baju. Tak lama kemudian, Jihoon kembali keluar dengan setelan baju dan rok yang begitu pendek. Membuat Jihoon merasa tidak nyaman dan harus terus-menerus menurunkan rok tersebut ke bawah. Jelas saja dia harus melakukannya, karna dia merasa ini terlalu terbuka. Apalagi harus berpakaian seperti ini didepan bos yang begitu mesum.
Belum sempat Soonyoung memberikan sarannya, Jihoon sudah lebih dulu masuk kedalam ruang ganti lagi sambil mengoceh tak jelas. Sepertinya dia baru saja bilang jika dia tak suka memakai baju tersebut. Membuat Soonyoung harus kembali tersenyum melihat tingkah konyol Jihoon.
5 menit.... 10 menit... entah kenapa, Jihoon sama sekali belum keluar dari ruang ganti. Apa dia pingsan atau apa? kenapa lama sekali berada didalam. Soonyoung jadi khawatir dan berjalan mendekati ruang baju. Berdiri disamping sambil bertanya apa dia baik-baik saja.
"Hey! Kau baik-baik saja didalam? Apa terjadi sesuatu?"
"HEY!! Jawab aku!"
"Diam! Aku sedang berusaha memakainya!" Suara Jihoon terdengar begitu jengkel saat ocehan-ocehan Presdirnya keluar dan terus-menerus membuat telinganya sakit. Apa dia tak bisa melihat jika dia sedang sibuk. Berusaha memakai baju yang sulit untuk dia pakai. Kenapa juga harus ada tali-tali dibelakangnya. Membuatnya susah menjangkau bahkan dengan tangan kecilnya.
"Cepat keluar! Kita sudah tidak punya banyak waktu lagi." Soonyoung mengomel tak jelas. Kepalanya menoleh ke samping tak kala mendengar sebuah suara pintu dibuka. Menampilkan sosok Jihoon dengan gaun berwarna putih cerah.
Soonyoung terdiam ditempatnya dengan mulut terbuka. Matanya tak henti-hentinya memandangi Jihoon tanpa berkedip. Rasa-rasanya dia seperti baru melihat bidadari dihadapannya. Kenapa ada gadis secantik dia disini?
"Ke-kenapa? Apa aku terlihat aneh?" Jihoon bertanya dengan gugup. Diperhatikan oleh Presdir seperti ini membuatnya merasa malu. Apalagi dengan tatapan yang begitu mirip dengan seseorang yang dia sayang.
"Pff~ Pakai itu saja." Soonyoung menutup wajahnya malu. Ini pertama kalinya dia melihat Jihoon dengan pakaian seperti sekarang. Dia dia sangat terlihat cantik mengenakan gaun tersebut. Dengan wajah merahnya, Soonyoung berusaha menutupi wajahnya dengan tangannya. Menoleh ke arah lain dan mengajak Jihoon pergi dari ruang ganti.
"Dia itu kenapa..." Guman Jihoon bingung melihat perubahan sikap Soonyoung yang begitu cepat. Tadinya dia marah, dan sekarang dia bersikap layaknya orang cuek.
Sepeninggalnya Jihoon dan Soonyoung dari lantai 2. Kemudian mereka naik ke lantai 3 dan memasuki salah satu salon yang ada disana. Soonyoung menyuruh bawahannya untuk membuat Jihoon terlihat cantik hari ini. Meskipun, Jihoon pada awalnya menolak dengan tegas. Namun, sebagai Presdirnya Jihoon tak boleh membantah perintahnya.
Sambil menunggu make over Jihoon. Soonyoung bersantai sambil membaca majalah yang ada disana. Dan juga secangkir kopi yang disediakan oleh pelayan disana. Sebagai pemilik dari mall tersebut. Soonyoung sangat di junjung tinggi. Karena... perintahnya adalah mutlak.
Lama menunggu Jihoon berdandan. Tak kala itu, handphone Soonyoung berdering. Terlihat dari layar handphonenya sebuah panggilan dari Vernon dan Soonyoung segera mengangkatnya.
"Bagaimana?" Vernon berbicara dari seberang telfon dengan nada semangat.
"Kami hampir selesai. Apa disana sudah siap?" Soonyoung menoleh ke arah Jihoon yang sedang berdandan. Sebentar lagi mereka akan siap dan langsung menuju ke tempat yang sudah ditentukan.
"Hmm... Kami sangat siap."
"Bagus. Tunggu kami disana."
"Okay!"
Soonyoung menyudahi perbincangannya ditelfon. Berdiri dan berjalan menghampiri Jihoon yang sudah selesai berdanda. Soonyoung berdiri dibelakang Jihoon. Menatapnya dari kaca besar yang ada dihadapan mereka. Jihoon terus memandangi Soonyoung dengan wajah malu.
"Kenapa kau masih terlihat jelek meskipun sudah didandani seperti ini?" Ucapan Soonyoung tadi sukses membuat Jihoon jadi darah tinggi. Dengan emosi yang memuncak Jihoon berdiri dari kursi dan memaki Soonyoung dengan keras.
"Apa kau selalu menggunakan mulutmu itu untuk mencela seseorang?!"
"Kenapa kau selalu membuatku jengkel! Hah. Jika bukan karna kau bos ku... pasti sekarang ini kau sudah babak belur!" memaki presdirnya seperti sekarang tanpa memperhatikan semua orang yang sedang melihat mereka. Jihoon justru malah tenang dan tak memperdulikan itu semua. Jangan harap karna dia itu pemilik mall ini, dia jadi bertingkah seenak jidatnya dan mencelanya seperti tadi.
"Kenapa kau tertawa?! Kau anggap ini lelucon?" Jihoon jadi sebal pada bosnya ini. sudah jelas dia marah, tapi Soonyoung malah tersenyum tipis dan terus saja memandanginya tanpa henti. Seakan dia tak peduli dengan perlakuannya saat ini.
"Sejak kapan kau belajar memaki seseorang ha?" Soonyoung tersenyum tipis. Berjalan mendekati Jihoon dengan perlahan.
"Kau mau apa? Jangan mendekat!" Jihoon semakin melangkah mundur tak kala Soonyoung semakin dekat dengannya. Hingga tubuhnya menabrak meja rias. Mau tak mau, akhirnya Jihoon hanya bisa menutup matanya sambil menundukkan kepalanya takut. Kalau-kalau Soonyoung melakukan hal buruk padanya. Ini semua karna mulut merconnya yang tak bisa direm.
"Maafkan aku..." Soonyoung mengangkat tangannya dan mengelus lembut rambut Jihoon. Jihoon agak syok dengan apa yang di lakukan Soonyoung hingga dia membuka matanya dan menatap Soonyoung dengan tatapan bingung. Dia baru saja mengelus lembut rambutnya dan berkata maaf. Benarkah dia itu Presdirnya? Bukankah seharusnya dia itu marah?
"Ayo. Sudah waktunya kita pergi." Soonyoung menarik tangan Jihoon dan mengajaknya keluar dari Mall. Didalam perjalanan Jihoon masih saja terdiam sambil menatap punggung Soonyoung dengan bingung. Ada perasaan senang saat tangan kekar itu mengelusnya dengan wajah senyumanya. Mengingatkannya pada seseorang dimasa lalu. Tubuh kekarnya. Rambutnya. Dan juga pundaknya.. semua itu mengingatkannya pada orang itu. entah kenapa, dia ingin
sekali memeluknya. Memeluk tubuh kekar itu dan menangis dipelukannya.
Tanpa sadar, tangan itu sudah memeluknya dari belakang. Mencium aroma mint yang begitu enak. Dengan suhu tubuh yang begitu hangat. Jihoon seakan terbius oleh kehangatan Soonyoung.
"Hey. Apa kau sedang mencoba merayuku?" Soonyoung berbisik pelan saat Jihoon tiba-tiba memeluknya dari belakang. Membenamkan wajahnya dipunggungnya yang begitu lebar. Sontak Jihoon merasa dirinya sedang kalap dan langsung melepas pelukannya. Berteriak tak jelas sambil meminta maaf sebanyak-banyakknya pada Presdir. Bodoh sekali dia melakukan itu pada bosnya.
"Maaf! Maafkan aku!" Jihoon terus-terusan meminta maaf sambil menganyun-ngayunkan kepalanya ke bawah dan ke atas. Soonyoung dapat melihat itu semua. Perasaan Jihoon dan pikiran Jihoon yang tertuju untuk siapa. Seseorang dimasa lalu yang sangat dia cintai. Haruskah dia merasa senang atau bagaimana? Ingin rasanya dia ikut memeluk gadis mungil yang ada dihadapannya ini. tapi tidak bisa. Dia harus menahannya sampai waktunya tiba. Waktu yang
tepat untuk mengatakan pada Jihoon jika dia adalah laki-laki yang dia cintai dimasa lalunya.
Tbc
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro