Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Monty dan Danny


Ini kisah persahabatan lintas-spesies, kalau makhluk takkasat mata dianggap satu spesies tersendiri. Monty, namanya, makhluk itu. Ia suka menyendiri di atas pohon di lereng bukit. Menyendiri bukan karena pengin sendiri. Monty tidak punya keluarga, tidak punya teman. Ia sebatang kara. Entah sejak kapan. Monty tidak kenal waktu.

Tapi keseharian Monty kemudian berubah, ketika seorang anak lelaki mulai sering datang ke bukit. Membawa sebuah kotak hitam. Dari dalam kotak itu, dikeluarkannya sebentuk logam aneh, yang ditiupnya.

"Ini saksofon," kata anak manusia itu. Berbicara sendiri. Unik juga. Sejak kapan manusia suka berbicara sendiri? Bukankah mereka terkenal sebagai makhluk sosial? "Kalau aku tiup, saksofon dapat menghasilkan musik yang indah. Tapi aku masih belajar. Jadi, mungkin masih terdengar mengerikan."

Benar juga. Monty tercengang. Baru kali ini mendengar musik. Ia menikmatinya, meskipun anak itu bilang musiknya mengerikan. Perasaannya menjadi hangat.

Sejak saat itu, Monty selalu menunggu kedatangan si anak lelaki peniup saksofon. Namanya Danny. Bukan karena Monty bertanya dan anak itu menjawab. Seperti biasa, anak itu berbicara sendiri sebelum memainkan alat musiknya.

Sepertinya, musiknya berkaitan dengan apa pun yang dibicarakan Danny. Kadang alunannya riang bersemangat setelah Danny berbicara tentang cita-citanya. Kadang mengalun lembut, saat Danny bilang musiknya ia persembahkan untuk seorang teman yang sudah tiada.

Hari itu, Danny tidak berbicara sendiri. Ia langsung meniup saksofon. Alunan musiknya secara tidak terduga membuat air mata Monty mengalir. Bukan sedih. Monty bahagia sekali. Tangisnya begitu deras hingga menetes ke tangan Danny di bawah. Monty segera kabur ketika Danny mendongak.

"Sepertinya hujan mulai turun," kata Danny. Ia mengembalikan saksofonnya ke dalam kotak. "Biarlah. Aku masih pengin di sini."

Angin bukit bertiup lembut. Danny duduk bersandar pada batang pohon dan tertidur.

Monty turun. Baru sekali ini, Danny melepaskan alat musiknya begitu saja. Monty jadi tergoda untuk menyentuhnya. Karena Danny begitu nyenyak, Monty lebih berani lagi. Mungkin ia bisa mencoba memainkannya. Pelan-pelan, diambilnya kotak saksofon itu, lalu dibawanya ke puncak bukit dengan gembira.

Di puncak bukit itu, ada vila-vila kosong yang dihuni spesies lain lagi. Monty berharap dengan memainkan musik seperti Danny, mereka dapat menerimanya. Para penghuni itu memang keluar karena tertarik dengan benda yang dibawa Monty.

Dengan bangga Monty meniupnya. NEEEET NYIIIT.

Oh, hentikan! Menyakitkan pendengaran saja. Mereka pun bubar.

Monty mencoba lagi, kali ini meniup lebih keras. TOOOOT.

Kaca-kaca jendela pecah. Para penghuni itu marah-marah.

Monty berlari turun ke lereng bukit. Danny masih tidur di sana.

"Maaf, tadi kupinjam alat musikmu," bisik Monty. "Tapi tidak bisa kumainkan."

"Kamu harus berlatih," kata Danny, tiba-tiba.

Monty menjerit kaget. "Kamu bisa mendengar dan melihatku?"

Danny tersenyum. "Kamu pikir kenapa aku suka berlatih di bukit ini?"

"Kenapa?"

"Karena aku melihatmu menikmati musikku. Sejak aku belum bisa sampai semahir ini. Sudah empat tahun."

"Aku tidak kenal waktu," kata Monty.

"Tidak masalah." Danny tertawa. "Siapa namamu? Sudah lama aku ingin tahu tapi kamu terlalu pemalu."

"Monty."

"Monty, aku akan mengajarimu." Danny mengeluarkan saksofon lain dari tasnya. "Sudah kusiapkan ini untukmu. Mari kita mulai."

Mereka berlatih setiap minggu. Tidak terasa setahun berlalu. Monty sendiri masih tidak kenal atau menghitung waktu. Yang penting, dia bisa naik ke puncak bukit memamerkan kemampuannya. Tiupan saksofonnya tidak lagi memecahkan jendela. Tapi berhasil mengusir tikus-tikus yang mengganggu. Kemajuan besar kan?


[]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro