Bab 5 - Pertemuan Tak Terduga
Happy reading❤
***
Angel berjalan tergesa.
Hari ini, mau tidak mau dia harus menemui dosen itu kemudian meminta maaf atas kesalahannya kemarin. Selain karena surat peringatan yang sudah mendarat sempurna di atas meja kakaknya, buku gambar miliknya pun harus dia dapatkan kembali karena demi Tuhan, buku gambar itu sangatlah berarti.
Yang membuatnya tak habis pikir sampai saat ini adalah? Bisa-bisanya dosen itu mengambil buku gambarnya juga? Apakah dosen itu berpikir jika di dalam buku gambarnya terdapat rahasia atau harta karun berharga?
Dasar manusia menyebalkan! Awas saja jika terjadi sesuatu pada buku gambarku. Batin Angelina menahan kesal sembari melangkah cepat di sepanjang koridor yang mana, membuatnya menjadi pusat perhatian.
Tadinya dia berpikir jika ada yang salah dengan penampilannya sehingga dia menjadi pusat perhatian orang-orang yang sebelumnya bahkan tidak mengetahui keberadaanya. Akan tetapi, setelah dia mendengar celetukan seorang mahasiswi yang mengatakan jika maut sudah menunggunya, dia pun menyadari jika masalah ini bukanlah masalah biasa.
Masalah yang bisa selesai dengan kata maaf karena tidak hanya Levy atau teman sekelasnya yang mengetahui perihal hukuman yang menunggunya. Akan tetapi ... semua penghuni universitas!
Sial!
Seolah artis dadakan, di sepanjang langkahnya Angel harus sabar menahan kekesalan menjadi tontonan gratis para mahasiswa. Sialnnya juga dia lupa, jika semalam Levy sudah memperingatkan. Levy berkata jika dosen itu akan memberinya hukuman di depan semua orang dan ternyata ... semuanya benar. Dosen itu sama sekali tak main-main dengan ancamannya. Tidak hanya menghukum kesalahannya, dosen itu pun sudah pasti berencana untuk menjatuhkan mentalnya juga.
Angel mendesah kasar.
Dirinya bukanlah mahasiswi populer yang akan mendapatkan simpati saat menerima hukuman nantinya. Tebakannya, mereka semua pasti akan bersorak kegirangan menyaksikan dirinya tersiksa.
Selama ini, dia memang tidak pernah berpenampilan berlebihan. Dia cenderung berpenampilan biasa demi menyembunyikan identitasnya yang tidak boleh sampai terbongkar. Bahkan tak jarang dia disebut si lusuh, gelandangan ataupun wanita urakan oleh mahasiswi lainnya.
Selain itu, dia tidak mau penampilannya menarik perhatian kaum pria. Penampilannya yang sederhana seperti ini, terbukti berhasil membuatnya terhindar dari segala kemungkinan buruk yang tak ingin lagi dia dapatkan dalam hidupnya.
Cukup sekali.
Cukup saat itu saja.
Jangan lagi ada pria berengsek seperti Jim yang berhasil menorehkan luka di hatinya. Luka itu saja belum sembuh sampai sekarang dan membuatnya mati rasa. Bagaimana jadinya jika dia mendapatkan luka baru yang lebih menyakitkan?
“Angel!"
Pekikan Levy yang setiap hari memenuhi gendang telinga, pun membuat Angel tersenyum kilas. Baru saja dia sampai di kelas dan wanita itu sudah memandangnya dengan tatapan prihatin yang kentara.
"Hai, Levy. Selamat pagi," jawabnya dengan raut wajah riang seperti biasa.
"Apa kau baik?" Levy bangkit dari duduknya kemudian memeluk Angel sekejap.
“Memangnya kenapa denganku? Aku baik-baik saja, Levy dan aku tidak takut.”
Angel meyakinkan Levy karena dia pun yakin tidak akan terjadi apa-apa nanti. Dosen yang akan dia hadapi masih berstatus manusia yang mempunyai akal dan hati nurani. Tentu saja masalah ini masih bisa dia atasi nanti.
Hanya saja, dia merasa risih menjadi pusat perhatian seperti ini.
“Tapi kau terlihat pucat, Angel," ucap Levy prihatin dengan keadaan sahabat baiknya itu.
Namun, yang terjadi justru Angel tertawa tipis menanggapi hal ini.
"Apa selama ini kau melihat kulitku berwarna biru?"
"Jangan bercanda di saat genting seperti ini, Angelina." Levy mendesah frutasi.
"Oke-oke. Jangan mengamuk dulu. Sebenarnya aku hanya kurang tidur karena bekerja penuh. Aku juga ingin mengatakan padamu jika aku akan meminta maaf dan mengakui kesalahanku pada dosen itu. Aku yakin, Dosen itu akan memaafkanku.
"Hanya saja, aku sedang pusing memikirkan bagaimana caranya aku memindahkan kursiku dari lapangan basket kembali ke kelas Levy. Kau tau sendiri, jaraknya sudah seperti jarak antara langit dan bumi."
"Lebay ..." Levy tertawa tipis. Syukurlah dia masih melihat Angel yang pecicilan begini saat bahaya jelas-jelas mengancamnya di depan mata.
Syukurnya, Angel hanya merepotkan masalah memindahkan kursinya saja bukan penolakan untuk bertemu dengan dosen itu yang tentu saja membuatnya ketakutan.
Demi Tuhan! Kejadian kemarin saja saat dirinya bertatapan dengan dosen itu masih membuatnya takut sampai sekarang.
“Tidak masalah. Nanti, aku temani sekalian aku bantu. Yang penting, kau mau menemui dosen itu dan minta maaf." Levy memberikan semangat lewat kepalan tangan tetapi, hal itu sama sekali tak manjur untuk Angelina yang sebenarnya cukup ketar-ketir sekarang.
Bunyi detak jarum jam yang berada di depan sana, bahkan serupa melodi kematian yang menunggunya.
“Apa dosen itu sudah datang?” tanya Angel dengan wajah seriusnya. Berbeda 180 derajat dengan Angel yang tadinya masih bisa bersantai ria dan haha hihi sepuasnya.
Levy mengangguk dengan raut wajah kaku. “Ya. Dosen itu sudah datang sejak beberapa menit yang lalu dan saat ini, dia bahkan sudah menunggumu di lapangan basket.”
Mendengar informasi itu, jelas saja membuat Angel menghembuskan napasnya--penuh. Dia pun bangkit dari kursi Levy yang dia duduki sembari berkata,
“Baiklah. Saatnya meminta maaf, dan mengambil kursimu, Angelina.” Angel menyemangati dirinya sendiri sebelum melangkah meninggalkan kelas dan menjadi pusat perhatian lagi.
***
Jim memfokuskan pandangannya ke segala sisi tribun yang saat ini berada di depannya.
Tidak main-main niat para mahasiswa dan mahasiswi itu untuk melihat aksi pertamanya dalam memberi hukuman, sehingga kursi penonton sudah mereka padati tanpa celah. Bisa dibilang, separuh dari mahasiswa di kampus ini, memadati kursi tribun dengan raut wajah penasaran mereka yang terlihat jelas.
Baiklah. Mari kita lihat apakah setelah ini masih ada yang berani melawanku atau tidak.
Tap! Tap! Tap!
Suara langkah mendekat yang terdengar dari sisi belakangnya, jelas saja membuat sudut bibir Jim tertarik membentuk senyuman culas.
Rupanya, mahasiswi pembangkang itu sudah datang. Berkat surat peringatan yang mendarat pada meja orang tuanya, pastilah membuat mahasiswi itu datang menghadap. Karena jika tidak? Maka bersiap saja masa depannya di kampus ini berakhir saat ini juga.
Salah siapa, mahasiswi itu berani bermain-main dengannya yang tidak menerima pembangkang atau pun seseorang yang dengan sengaja meninggalkan kewajibannya? Di perusahaannya saja, bahkan ada beberapa puluh karyawan yang dipecat karena tidak becus bekerja. Baginya, para pemalas dan orang-orang yang lalai, haruslah mendapatkan hukuman agar jera dan tak mengulangi lagi kesalahan yang memang sengaja dilakukan dalam keadaan sadar.
Suasana mendadak hening.
Tidak ada seorang pun yang berbicara di sana dan baguslah, karena Jim tidak perlu menaikkan nada suaranya untuk membuat semua orang mendengar apa yang mereka tunggu sejak kemarin.
“Kau tau apa kesalahanmu?"
Jim bersuara untuk pertama kalinya selama berada di sana. Sudah waktunya dia memberikan mahasiswi itu pelajaran berharga tentang kesopanan. Lagi pula, dirinya tidak suka membuang-buang waktu hanya untuk masalah tak jelas yang seharusnya tidak menganggu ketenangannya.
"Kau meninggalkan kelas begitu saja, tidak kembali sampai jam kuliah selesai, kemudian membuat saya menunggu di sini sedangkan kau sendiri pulang ke rumah. Wah ... hebat!" Jim menjeda kalimatnya. "Kau adalah mahasiswi pertama yang sangat pantas mendapatkan penghargaan berupa surat peringatan yang jika kau mengulangi perbuatanmu ini sampai tiga kali, maka bersiaplah untuk angkat kaki dari universitas ini ... detik itu juga!"
Jim menghela napasnya pelan. Untuk seorang mahasiswi pembangkang yang berada di belakangnya saat ini, jelas dia tak perlu menggunakan bahasa formal yang bersahabat atau pun melembutkan sedikit nada bicaranya.
Satu detik
Dua detik
Sampai beberapa detik berlalu, tidak ada sahutan apapun yang Jim dengar.
Bagus. Ini berarti, mahasiswi itu takut padanya.
“Karena kamu adalah seorang perempuan, maka saya tidak akan memberikan kamu hukuman yang berat. Cukup pindahkan kursimu ini kembali ke kelas dan jangan lagi mengulangi kesalahan yang sama. Ingat!Jangan menggunakan lift karena tangga lebih pantas untuk seorang mahasiswi pembangkang!"
Deg!
Semua yang mendengar titah Jim membatu. Tak terkecuali Angel yang sejak tadi berdiri kaku dengan kerongkongan tercekat--ragu. Mendadak nyalinya menciut begitu pula perkataan yang sudah dia susun di kepala.
Suara itu ... dan wewangian yang membuatnya semalaman tidak bisa tidur, kenapa harus tercium lagi setelah sekian tahun?
Angel memegang perutnya yang tiba-tiba saja bergejolak. "Ya Tuhan, haruskah se hebat ini bagian dari monster itu memengaruhiku?" batinnya kemudian menatapi siluet tegap yang ada di depannya yang sampai saat ini belum menunjukkan wajah.
“Maafkan saya, Mr. Saya berjanji tidak akan mengulangi kesalahan saya lagi.”
Suara Angel yang menggema di sana tentu saja membuat Jim mengernyitkan sebelah alisnya dengan jantung yang mulai berdebar kencang.
Suara itu ... benarkah suara itu adalah suara yang selama 5 tahun terakhir tak lagi meramaikan hari-harinya?
Tak sabar terus-menerus berada dalam situasi ini, Jim pun memutar tubuhnya dan ...
Deg!
"Angel?"
Jim tersentak dengan kelopak mata melebar. Begitu juga dengan Angel yang melihat Jim dengan raut wajah mendadak pucat. Waktu seolah berhenti dan sayup-sayup di sekeiling pun seolah terkejut oleh pertemuan ini.
"Kenapa aku harus bertemu dengan munster ini lagi?" Tangan Angel terkepal kuat dengan keringat dingin yang membasahi pori-pori kulitnya. Ingin rasanya dia menganggap semua ini mimpi. Tapi mungkinkah? Sedangkan Jim begitu nyata?
Tidak hanya Angel, Jim pun kehilangan kata-kata begitu wajah yang teramat dia rindukan benar berada di depannya.
Angelina ...
Saudara perempuannya yang menghilang selama 5 tahun terakhir dan tidak pernah dia kabarnya ...? gadis polos yang sudah dia tinggalkan setelah dia hisap madunya ...?
"Angel?"
Suara Jim terdengar lagi sehingga menyadarkan Angel dari rasa sakit yang mulai menyayat hati.
Tidak! Dia tidak boleh lari walaupun dia ingin. Dia harus membuktikan pada Jim jika dirinya bukan lagi Angelina si bodoh itu. Angelina yang rela menyerahkan segalanya hanya demi omong kosong bernama cinta.
Cinta?
Bahkan semboyan itu, sudah lama mati dalam hidupnya setelah pria itu menyakitinya begitu dalam.
"Angel kau--?" Jim melangkah mendekat dan Angel malah mundur selangkah. Angel tau, apa maksud dari tatapan itu. Dia mengerti, dan Jim tidak perlu mengatakan hal yang tak berguna lagi.
Tet!
“Bel sudah berbunyi, Mr. Sudah waktunya, Anda ke kelas dan saya? saya sebagai mahasiswi pembangkang, akan melaksanakan hukuman yang Anda berikan tadi. Jangan khawatir."
Gotcha!
Angel berhasil menyadarkan Jim akan statusnya. Sekaligus, berhasil membuat Jim tak bisa melakukan apa-apa untuk mendekatinya.
Saat ini mereka masih menjadi tontonan dan jangan salahkan jika dia membuat Jim gagal menyandang gelar sebagai dosen disiplin anti masalah jika berani menghentikannya.
Gemeletuk gigi Jim terdengar. Pertemuan ini sama sekali tak terduga, dan dirinya tak bisa melakukan apa-apa bahkan saat Angel berada tepat di depan matanya.
Angel melangkah melewati Jim tanpa rasa gentar. Tangannya yang mungil, meraih kursinya dalam sekali sentakan kuat.
Sial!
Wangi itu ternyata adalah milik monster yang saat ini berada tepat di sampingnya. Dia ingin melanjutkan langkahnya, tapi sebuah sentuhan kulit yang melingkari lengannya membuat detak jantungnya semakin tak terkendali oleh rasa muak dan benci yang ingin meluap.
“Angel—“
“Maaf, bukankah apa yang Anda lakukan ini sangat tidak sopan sebagai dosen kepada mahasiswinya?” ucap Angel dengan tegas disertai nada sedikit berbisik rendah. Di masa ini, dia tidak akan membiarkan Jim merusak ketenangannya.
Hubungannya dan Jim tak lebih antara dosen dan mahasiswinya. Jadi, dia tidak akan membiarkan se isi kampus tau jika ada hubungan lain yang mengikat.
“Bersikaplah seperti biasa. Seolah-olah kita tak saling mengenal karena kenyataannya, saya memang tidak mengenal, Anda Mr. Permisi!"
Setelah mengatakan kata-kata paling berani yang pernah Angel katakan pada Jim selama hidupnya, Angel pun meninggalkan Jim sendiri di sana setelah menyentak tangannya kuat.
Jim membisu. Dia telah dikalahkan telak oleh argumentasi Angel yang sudah bertransformasi menjadi wanita dewasa dan tak segan melawannya.
Melihat bagaimana tajamnya manik mata indah itu saat menatapnya tadi, Jim menyadari sesuatu jika Angelina yang bertemunya dengannya hari ini, tidak seperti Angelina yang 5 tahun silam selalu menempelinya bagai anak ayam kehilangan induknya.
Lantas, bolehkah Jim mengumpat sekarang?
Sungguh, jika saja tidak ada mahasiswa dan mahasiswi yang masih menontonnya, sudah dia bawa pergi Angelina dari tempat ini sekarang walaupun dengan cara paksa.
**** BERSAMBUNG***
Tarik napas dulu....
Jangan tegang begitu..
Episode nya sudah bersambung tuh. 😂😂
Jadi, apakah ada yang memimpikan kursi Angel akan melayang ke kepala si monster hijau?
Kita lihat saja next part ya. 😂😂
Pak Jim, ngapain galau disitu??? 😂
Udahlah. Dirimu tidak akan berjaya seperti di masa silam.
Sini ngopi bareng sama aku aja. 🤣
***
Oiya, novel ini update rutin di karyakarsa ya. Bagi kalian yang berminat untuk mampir, silakan.... ❤
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro