Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 13

Rafael kecil berdiri mematung di ujung tangga. Untuk kesekian kali, ia menyaksikan ayah dan ibunya bertengkar. Pertengkaran yang lebih hebat dari sebelumnya. Baru kali ini Rafael melihat ibunya berteriak histeris sembari menampar Nona Elma. Ya, Nona Elma dengan perutnya yang sudah membesar.

Rafael tidak tahu apa yang mereka ributkan. Hanya saja, sepertinya bayi di dalam perut Nona Elma lah yang membuat mereka bertiga bertengkar hebat. Tetapi kenapa? Apa yang salah dengan bayi itu?

"Aku tidak ingin bayi itu terlahir ke dunia!" Mama menunjuk perut Nona Elma. "Aku tidak akan pernah percaya jika dia anak Alexander!"

"Dia anakku!"

Rahang Rafael gemetar. Bayi di dalam perut Nona Elma adalah anak Papa? Artinya Rafael akan memiliki adik? Rafael juga akan memiliki ibu baru selain Mama? Tidak, Rafael hanya sayang Mama. Dia tidak ingin memiliki ibu lagi selain Mama. Bagaimana mungkin Nona Elma dan bayinya tega merebut Papa dari Rafael?

"Pergi! Aku tidak ingin melihat wanita ini menginjakkan kaki di lantai rumah kita!" Mama kembali berteriak histeris. Ia mencoba mendorong Nona Elma, tetapi Papa lebih gesit menarik lengan Mama. Hingga Mama terhuyung dan kepalanya membentur dinding.

"Mama!" Rafael refleks berseru, lantas tergesa-gesa berlari menuruni tangga dan menghampiri Mama. "Papa jahat!"

Rafael memeluk Mama erat-erat, sementara tatapannya mengarah pada Papa. Seharusnya Papa meminta maaf karena telah berbuat kasar pada Mama, tapi kenyataannya Papa justru mengabaikan Rafael. Papa menggandeng tangan Nona Elma dan pergi bersamanya.

Kenapa Papa berubah sejak mengenal Nona Elma? Papa yang selalu mengajarkan Rafael untuk menyayangi Mama dan jangan pernah menyakiti Mama. Tapi kenyataannya justru Papa tega membuat Mama terluka. Dahi Mama tergores dinding, setitik darah mulai muncul di permukaan kulitnya.

"Mama, apa ini sakit?" tanya Rafael.

"Tidak apa-apa, Sayang. Mama baik-baik saja."

Saat itu, Rafael menganggap jika Mama benar-benar baik-baik saja. Tetapi, seiring berjalannya waktu dan Rafael tumbuh semakin dewasa, ia mulai tahu. Bahwa jika seorang wanita berkata 'baik-baik saja', sebenarnya dia sedang menyimpan rasa sakit, jauh di dalam hatinya.

***

"Aku ingin memberikan jawaban atas ungkapan cintamu waktu itu." Queen berujar dengan mantap. Tatapannya tertuju pada bayangan bulan sabit di dasar kolam renang.

Malam itu, Queen nekat mendatangi Joshua di rumahnya. Bukan apa-apa, ia hanya ingin menyelesaikan semuanya. Seharusnya mereka bisa membicarakan ini di telepon, tetapi Queen lebih memilih untuk bertatap muka. Ah, anggaplah merayakan perpisahan dengan bermain musik bersama menggunakan piano kesayangan Joshua.

"Tidak perlu terburu-buru, Queen. Aku siap menunggunya, lagipula aku masih memiliki waktu beberapa minggu di sini. Aku−"

"Aku tidak bisa menerima cintamu, dan aku tidak ingin bertemu denganmu lagi," potong Queen.

"Kau bercanda? Oke, aku bisa memahami kalau kau tidak bisa menerima cintaku. Tapi bagaimana mungkin kau tidak ingin bertemu denganku lagi? Kita teman dekat, Queen. Haruskah perasaan cintaku menghancurkan persahabatan kita?"

"Mengertilah, Jo! Aku memiliki alasan yang membuat kita ... tidak mungkin bisa bertemu lagi."

"Alasan apa? Jika aku berbuat salah padamu, katakan agar aku bisa memperbaikinya."

"Tidak ada yang salah denganmu. Tapi aku mohon, aku memiliki alasan yang tidak mungkin aku katakan padamu. Ini privasiku, Jo."

Joshua mengacak rambutnya, tidak bisa mengerti jalan pikiran Queen. Entah apa yang membuat Queen malam ini terlihat berbeda. Queen begitu tertutup, dan sejak kapan gadis itu menyembunyikan rahasia? Selama ini mereka berteman dekat, hampir tidak ada rahasia di antara mereka.

"Mungkin aku tahu alasan kenapa Queen tidak ingin bertemu denganmu lagi, Jo!"

Queen dan Joshua menoleh bersamaan ke arah sumber suara. Rafael berdiri santai dengan menyandarkan sebelah bahu di kusen pintu. Kedua lengannya menyilang di depan dada, sementara bibirnya menyeringai lebar. Seolah menunjukkan bahwa dia adalah seorang pemenang.

"Jangan ikut campur!" Joshua meradang.

"Queen tidak menyukai pecundang sepertimu, Jo! Wanita lebih tertarik pada lelaki sejati!"

"Kau tahu apa tentang Queen, hah?"

Rafael berjalan mendekat pada Joshua, senyum tidak pernah lepas dari bibirnya. "Apa yang kutahu tentang Queen? Dia seorang gadis yang terlihat polos di luar, tetapi liar di ranjang."

Joshua mencengkeram kerah kemeja Rafael, giginya bergemeletuk. "Beraninya kau bicara seperti itu!"

Tanpa rasa takut sedikit pun, Rafael menanggapinya dengan santai. "Aku bicara fakta. Ah ya, biar aku beritahu. Dia juga suka memberikan service gratis untuk lelaki. Kau tahu, dia baru saja menolak cek senilai seratus lima puluh juta yang aku berikan saat kami pertama kalinya check in di hotel."

Bugh!!! Sebuah tinju melayang di wajah Rafael, pria itu terhuyung ke belakang. Sementara itu, Joshua berbalik menatap Queen. Wajah gadis itu sudah memerah, sementara matanya berkaca-kaca. Apa Queen menangis karena Rafael menfitnahnya.

"Aku tahu kau bukan gadis seperti itu," lirih Joshua.

Rafael tertawa lantang. "Hei, Baby Girl! Kau belum melupakan malam panas itu, bukan? Kalau kau ingin tahu, malam itu pertama kalinya aku bercinta dengan seorang perawan."

"Berhenti menfitnahnya!" teriak Joshua. "Queen, kau boleh membantah ucapan Rafael."

"Bahkan desahanmu masih terngiang jelas di telingaku."

"Queen, katakan itu tidak benar."

Dada Queen terlihat naik turun seiring napasnya yang terengah-engah, bibirnya gemetar. Di sela-sela air mata yang menitik di pipi lembutnya, ia berteriak putus asa, "Ya! Aku memang melakukannya dengan Tuan Rafael. Itulah kenapa aku memintamu untuk menjauhiku. Aku menganggap malam itu sebagai mimpi buruk! Aku ingin melupakan semuanya, dan kehadiranmu justru mengingatkanku pada mimpi buruk itu!"

Joshua bergeming di tempatnya. Ia tahu jika Queen bukan gadis gampangan, dan jika Queen melepas keperawanannya, bisa dipastikan Rafael menggunakan segala cara untuk merayunya. Joshua tahu benar, Queen selalu memegang prinsip yang diajarkan orang tuanya. Lalu sekarang, Queen harus melanggar prinsip itu! Hanya karena kebencian Rafael pada Joshua, Queen menjadi korban!

"Maaf, ini salahku karena aku mencintaimu," ucap Joshua.

Queen mengusap air mata dengan punggung tangannya. "Karenanya, lupakan aku. Aku mohon!"

Usai berucap, Queen berlari meninggalkan kakak beradik itu. Joshua ingin mengejar Queen, tetapi dalam kondisi seperti ini Queen jelas tidak mau mendengarkan apa kata Joshua lagi. Ah, Joshua bisa dengan jelas melihat sorot luka di mata Queen!

"Queen tidak bersalah, bagaimana mungkin kau tega melakukan ini padanya?" Joshua mencengkeram kerah kemeja Rafael erat-erat.

"Kau sakit hati karena aku tidur dengan Queen?"

"Ya! Aku tidak rela!"

"Sekarang kau bisa tahu bagaimana perasaan ibuku saat ibumu tidur dengan ayahku?" Rafael berbalik memukul wajah Joshua. "Kau tidak seharusnya terlahir ke dunia ini dan merampas kebahagiaan kami!"

"Bukan berarti kau bisa menyeret Queen ke dalam permasalahan kita! Dia tidak tahu apa-apa tetapi harus menjadi korban!"

"Korban? Omong kosong! Kau tidak terima karena Queen mencintaiku lalu menolak cintamu? Dan Queen tidur denganku, dia melakukannya karena dia tertarik secara fisik padaku. Jadi, berhenti mengatai dia korban! Karena kenyataannya dia menikmati malam panas itu denganku!"

"Brengsek!" Joshua melayangkan pukulan ke perut kakaknya, tetapi Rafael menangkisnya.

Dengan gesit, Rafael bergerak ke samping dan memelintir lengan Joshua. "Bayangkan perasaan ibuku saat dia tahu bahwa lelaki yang dicintainya terjatuh ke pelukan wanita lain. Ingat, Jo! Aku tidak akan pernah membiarkan kau bahagia bersama orang yang kau cintai!"

Rafael melepas lengan Joshua, dan pergi setelah menepuk pipi adiknya dua kali. Ada rasa puas yang terpancar di matanya. Joshua harus membayar mahal atas kesalahan yang pernah dilakukan ibunya. Seandainya Joshua tidak pernah terlahir ke dunia, mungkin saat ini Rafael masih hidup bahagia bersama Mama.

***

To be Continued
09-09-2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro