Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

❬ 30 ❭ @ysnsaz - One Day

Di hari Minggu ini, seperti biasanya Anne pergi ke swalayan untuk membeli beberapa bahan masakan yang ia butuhkan. Ia mengambil beberapa sayuran, bumbu masakan dan daging.

Karena waktu yang ia punya hanya sedikit hingga sarapan nanti, ia sering meminta maaf karena sudah menabrak beberapa orang. Hingga ia memasukkan daging ke dalam trolinya, ia langsung pergi ke kasir.

Saat mengantri untuk membayar belanjaannya, ia terkejut melihat uang yang seharusnya cukup untuk membayar malah kurang. Ia kebingungan dan melihat sekitar, barangkali ia menemukan seseorang yang bisa membantunya. Namun nihil, tidak ada satupun yang ia kenal.

Dengan pasrah, saat gilirannya membayar ia bicara pada petugas kasir bahwa ia tidak membayar semuanya, hanya beberapa saja dan mengatakan alasannya. Petugas itu yang awalnya bingung, menganggu dan terkekeh karena perbuatan Anne. Anne yang melihatnya pun malu dan meminta maaf berkali-kali.

Di perjalanan, Anne melihat jam tangannya yang menunjukkan bahwa 30 menit lagi sudah waktunya sarapan pagi di rumahnya. Jika ia tidak sampai di rumah tepat waktu dan belum menyiapkan makanan untuk semuanya, ibunya akan marah kepadanya dan tidak memberikannya uang saku sekolah karena ibunya itu sangat galak dalam hal uang. Maka dari itu, ia mencoba mencari taksi yang tidak ada penumpangnya.

Setelah menunggu 5 menit, akhirnya ada satu taksi yang rupanya kosong. Anne pun segera menaiki taksi itu dan memberitahukan alamatnya kepada supir yang berada di kursi depan. Supir itupun tersenyum dan langsung menyetir ke arah rumah Anne.

Sampai di rumah, waktu semakin cepat berlalu. Hanya tinggal 20 menit untuk menyiapkan sarapan sampai orangtuanya bangun. Anne pun memasak dengan bahan seadanya yang sudah ia beli tadi lalu pergi mandi.

Untung saja, saat Anne sudah mandi dan selesai menyiapkan meja makan, orangtuanya baru saja bangun. "Anne, kamu sudah membuat sarapan untuk kita kan?" ucap Ibunya sambil melihat ke meja makan.

"Sudah, bu. Meskipun tadi aku sedikit terlambat sampai ke rumah." balas Anne dengan sedikit takut akan dimarahi. Setelah ibunya memastikan, ia pun tersenyum pada Anne. Anne merasa lega, karena ibunya sudah mengucapkan kata 'terima kasih' walau tidak dengan ucapan.

Setelah Anne sarapan, ayahnya pun memanggil Anne untuk berbicara sejenak. "Ann, terima kasih sudah membuatkan sarapan yang lezat untuk pagi ini. Untuk selanjutnya, ayah ingin membantumu memasak, karena kamu pasti lelah jika setiap pagi harus membuat sarapan sendirian sedangkan ayah dan ibu masih tidur pulas."

Anne pun mengelak, "Ah tidak apa-apa, Ayah. Aku juga tidak keberatan kalau ini demi uang saku. Aku juga tidak mau ayah kelelahan." Anne mendorong kursi roda ayahnya hingga teras untuk melanjutkan pembicaraan mereka itu.

Ibunya datang dan langsung mengambil alih kursi roda ayah. "Ibu baru ingat, hari ini kamu akan pergi ke toko buku kan?"ucap ibu pada Anne.

"Ah i- iya, bu. Aku akan pergi bersama temanku," ucap Anne dengan sedikit takut ibunya akan marah. Ibu pun tersenyum namun mendorong kursi roda ayah Anne untuk meninggalkan Anne. Apa ibu tidak mengijinkanku? Lalu bagaimana dengan Jeongwoo yang sudah mengajakku sejak minggu lalu? Apa kubatalkan saja? Anne pun pergi ke kamarnya dan membaringkan dirinya di kasur.

Anne ingin pergi bersama Jeongwoo, namun takut ibunya tidak akan mengizinkannya. Ini adalah pertama kalinya Jeongwoo mengajak Anne pergi keluar. Biasanya Jeongwoo akan datang ke rumahnya di hari libur.

Anne pun mencoba meyakinkan dirinya dan berjalan keluar dari kamarnya menuju ke kamar orangtuanya di lantai atas. Ia mengetuk beberapa kali dan membuka pintu kamar itu.

"Ada perlu apa, Ann?" ucap ibunya dengan tegas. Anne pun mencoba bersikap biasa, "Aku pamit akan pergi bersama Jeongwoo"

ibu langsung menghampiri Anne, "Jeongwoo? Jadi kamu akan pergi bersamanya? Seharusnya kamu bilang saja bermain dengannya. Ibu mengijinkanmu, pergilah," Nada bicara ibu yang semula tegas menjadi hangat dan menyuruhnya cepat-cepat agar Jeongwoo tidak menunggu lama.

Anne pun melihat ayahnya yang melihat Anne bingung. Tidak apa-apa, ayah menggoyangkan tangannya untuk meyakinkan Anne. Anne pun pergi keluar kamar tersebut dan langsung menghubungi Jeongwoo.

Di sisi lain,

Drttt... Drttt... Drttt...
Ponsel Jeongwoo bergetar dan menampilkan nama pemanggilnya, Anne. Jeongwoo yang sudah menunggu balasan dari Anne dari tadi pun langsung mengangkatnya dan menetralkan suaranya karena ia baru saja selesai latihan menyanyi di studio.

"Hai, Ann. Bagaimana, apa kau bisa menemaniku?"

"Aku baru saja meminta izin, dan diizinkan oleh ayahku,"

"Ibumu tidak mengizinkanmu?"

"Entahlah"

"Apakah ia tidak mengijinkanmu untuk pergi denganku?"

"Aku malah terkejut karena ibu mengijinkanku dan menyuruhku cepat-cepat,"

"Ya sudah, kita akan bertemu di kafe dekat rumahmu 5 menit lagi,"

"Kenapa tidak langsung saja? Jarak rumahmu ke kafe itu kan jauh,"

"Aku baru saja selesai latihan di studio. Jadi aku tinggal berjalan saja,"

"Baiklah,"
Panggilan dari Anne pun selesai. Jeongwoo pun dengan terburu-buru, berpamitan kepada pelatihnya dan pergi menuju kafe yang ia sebutkan tadi.

Di depan kaca jendela kafe, ia pun berhenti untuk melihat ke dalam kafe itu. Seorang perempuan dengan hoodie berwarna navy sedang duduk di dekat jendela sambil memainkan ponselnya. Jeongwoo sudah tahu kalau Anne akan sampai duluan, karena jika mereka janjian dan bertemu dalam beberapa menit, maka saat itu juga Anne langsung menuju tempat mereka akan bertemu.

Jeongwoo pun masuk ke dalam dan duduk di kursi yang berada di hadapan Anne. Anne pun sedikit terkejut, "Ah, kamu sudah sampai? Aku sudah pesan minuman kesukaanmu, Americano. Setelah kamu menghabiskan itu, kita baru pergi," kata Anne sambil menyodorkan Americano pada Jeongwoo. Jeongwoo yang daritadi kedinginan pun langsung menerimanya dan meminum sedikit. Itu membuat Jeongwoo sedikit menghangat.

Anne yang sudah daritadi memperhatikan Jeongwoo, lantas mengeluarkan jaket miliknya yang selalu ia bawa kemanapun. Jeongwoo heran, "Untuk apa itu?" katanya setelah meminum Americano nya.

"Yang pasti bukan untukku. Karena kau hanya memakai kaos tipis itu, pakailah ini," Anne pun memberikan jaket itu pada Jeongwoo. Jeongwoo pun memakainya, ternyata ukurannya pas. Jeongwoo baru tersadar jaket itu adalah miliknya yang belum Anne kembalikan. "Ini jaket milikku dulu?" Anne yang mendengarnya pun mengangguk dan tersenyum, "Terasa lebih hangat, bukan?" Jeongwoo yang melihatnya tersenyum, mengalihkan pandangannya dan melanjutkan meminum Americano nya itu. Entah kenapa Jeongwoo merasa lebih hangat saat melihat Anne tersenyum.

Setelah mereka selesai berbincang-bincang di kafe, mereka pergi ke salah satu toko buku yang berada di pusat kota sehingga ramai pengunjung yang datang kesana. Jeongwoo pun pergi ke rak-rak bagian buku mata pelajaran, sedangkan Anne pergi ke rak-rak bagian buku novel. Anne melihat beberapa novel yang baru saja diterbitkan. Ada satu novel dari penulis favoritnya yang menarik perhatiannya, jadi ia mengambilnya dan pergi ke rak bagian bahasa. Anne memilih beberapa buku bahasa asing, lalu pergi menghampiri Jeongwoo. Jeongwoo terlihat kebingungan saat memilih buku yang akan dibeli.

"Jeongwoo, sudah menemukan?" Jeongwoo tidak menghiraukan dan masih bingung. "Beli saja yang ini karena menurutku lebih lengkap," Anne mengambil salah satu buku dan Jeongwoo pun mengikuti apa kata Anne. Mereka pergi ke kasir dan membayar buku mereka masing-masing.

Keluar dari toko buku, mereka pergi ke sebuah taman bermain. Pergi kesana bersama-sama adalah keinginan mereka berdua sejak dulu, tapi karena tidak pernah ada waktu luang dan mereka selalu berpikir tidak akan diijinkan oleh ibunya Anne.

"Baru pertama kali ya kita berdua pergi kesini," Senyum Anne terus mengembang sejak masuk ke dalam taman bermain. Jeongwoo yang melihatnya pun ikut tersenyum dan berjalan di sampingnya. Mereka menaiki beberapa wahana yang sudah lama ingin mereka naiki. Wahana terakhir yang ingin mereka coba sebenarnya rumah hantu, namun di antara mereka tidak ada yang berani jadi mereka langsung pergi ke wahana karosel. Sebenarnya ini bukan keinginan Jeongwoo, namun Anne memaksanya untuk menaiki wahana ini.

Saat menaiki wahana itu, Anne memilih menaiki kuda berwarna putih, sedangkan Jeongwoo menaiki kuda yang berada di sebelahnya.

"Jeongwoo, tolong potret aku saat wahana ini bergerak, ya," Jeongwoo pun menolak.

"Ayolah sekali ini saja ya," mohon Anne sambil menarik-narik lengan Jeongwoo. Karena Jeongwoo merasa lebih baik jika menuruti Anne karena ia tiba-tiba merasa gugup jadi Jeongwoo mengiyakan. Anne senang terhadap hal itu dan ia berusaha tertawa dengan ceria agar hasil potretnya menjadi bagus.

Setelah wahana karosel itu berhenti, Anne langsung menarik lengan Jeongwoo untuk pergi mengantre ke wahana biang lala berukuran besar yang menjadi pusat dari taman bermain itu. Wahana ini juga menjadi salah satu keinginan mereka untuk dinaiki bersama. Antreannya sangat panjang dan berdesak-desakkan, jadi mereka ingin cepat-cepat naik secepatnya.

Tiba giliran mereka untuk naik, mereka memilih untuk duduk berhadapan saja. Di dalam kabin, mereka membicarakan tentang pemandangan kota mereka yang indah dari sana dan memotretnya. Saat mereka diam menikmati pemandangan, tiba-tiba Anne memperhatikan Jeongwoo yang sedang tersenyum. Merasa diperhatikan, Jeongwoo pun menoleh dan mendapati Anne masih memperhatikannya sehingga ia memalingkan wajahnya yang mulai merah. Saat kabin mereka tiba di puncak, merek diselimuti rasa canggung, tidak ada yang berbicara. Hingga kabin mereka sudah sampai di bawah, mereka keluar dengan canggung.

"Ehm- Apakah ada wahana yang ingin kamu naiki lagi, Ann?" ucap Jeongwoo terbata-bata. Anne yang mendengar itu langsung tertawa karena jika Jeongwoo memanggilnya Ann, maka Jeongwoo sedang malu. Anne lupa jika penyebab Jeongwoo malu adalah saat di puncak tadi.

"Tidak ada, kok. Tak terasa sudah menjelang malam, apa kita sekalian makan malam saja?" Anne memperhatikan langit yang sudah mulai gelap. Jeongwoo mencoba menata dirinya, "Baiklah, kalau begitu kita cari rumah makan dekat sini saja,"

Mereka berjalan-jalan di dekat taman hiburan tadi, namun tidak ada satupun rumah makan yang dekat. Jadi mereka memutuskan untuk menaiki bus sampai di sekitar lingkungan rumah Anne. Mereka pun turun dan memasuki rumah makan tersebut. Akhirnya mereka bisa duduk dengan tenang sambil berbincang-bincang setelah memesan beberapa makanan.

Pesanan mereka pun datang dan mereka langsung memakannya dengan lahap. Jeongwoo yang baru saja selesai makan, kembali gugup saat menatap Anne. Anne yang merasa Jeongwoo kembali aneh pun dengan cepat menyelesaikan makannya, lalu meletakkan punggung tangannya ke keningnya dan kening Jeongwoo. Jeongwoo pun kaget dan langsung menepis tangan Anne.

"Kenapa kamu sangat berkeringat? Apakah disini panas? Badanmu juga tidak panas, ada apa?" Anne menggenggam tangan Jeongwoo yang gemetaran sejak tadi. Anne memberikan tatapan yang mengatakan, ada apa?
Jeongwoo balik menggenggam tangan Anne lebih erat, dan langsung mengatakan "Ann, bisakah kita menjadi lebih dari seorang teman? Aku menyukaimu" Anne pun kaget, sedangkan Jeongwoo sudah bisa bernapas lega. Ia akhirnya dapat menyatakan perasaannya. "Kamu tau kan, aku sudah menyukaimu dari dulu. Apakah kamu lupa?"

Kini, Jeongwoo yang kaget. Bagaimana ia bisa lupa bahwa Anne dulu pernah menyatakan perasaannya, namun ia hanya ingin menjadi sahabat saja. Kalau begitu Anne akan menolakku seperti aku menolaknya?

Anne yang mengerti kenapa Jeongwoo diam, "Tidak, aku bukan menolakmu seperti kamu menolakku. Aku hanya ingin kita terus bersama seperti ini hingga tua nanti. Tidak sebagai sahabat saja, melainkan sebagai pacar, keluarga, kakak dan adik. Lebih baik seperti itu, bukan?" Jeongwoo yang senang mendengar ucapan Anne itu pun langsung memeluk Anne dengan erat.

@ysnsaz

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro