❬ 23 ❭ First Kissnya Harum
"Kita putus!"
Harum terkejut mendengar ucapan bayu, ia hanya bisa mematung saking terkejutnya.
"Rum, Sorry. Tapi gue udah bosan sama hubungan kita yang gini-gini aja," ujar Bayu lagi.
Harum berusaha tersenyum meski sulit, "Nggak apa-apa kok, bay! Kalo itu udah keputusan kamu, aku juga nggak bisa maksa seseorang untuk menjalin hubungan sama aku," ujar Harum berusaha kuat.
Bayu tersenyum miris lalu melangkah pergi.
* * *
Usai kata putus yang Harum dengar kemarin, rasanya Harum sudah tidak punya semangat lagi. Karena selama ini, berkat Bayu lah aksi pembully-an itu menghilang, karena Bayu akan dengan siaga melindunginya.
"Hey, anak mama kok belum bangun? Ini udah setengah tujuh lho!" ujar sang mama sambil mengelus rambut Harum.
"Ar nggak sekolah ya Ma?" ujar Harum.
"Kenapa Ar? Ar ada masalah ya? Cerita sama mama dong, siapa tau mama bisa bantu," ujar mama lagi.
"Nggak ada ma, Ar cuma capek aja," ujar Harum lirih.
Seseorang berdehem, membuat mama dan Harum menoleh. Arka, kakak laki-laki Harum berjalan mendekat ke ranjang.
"Kenapa?"
Mama hanya bisa mengangkat bahu pertanda tidak tau, Arka tersenyum lalu menyuruh mama untuk keluar kamar agar ia bisa bertanya-tanya perihal adiknya.
"Harum..." Arka mengelus rambut Harum yang kembali memeluk gulingnya setelah menoleh Arka tadi, "Disekolah ada masalah ya?" tanya Arka.
"Nggak, kak."
"Beneran?"
"Iya..."
"Bayu putusin Harum ya?"
Harum langsung bangun dan terkejut, "Apa kakak bilang?"
"Kamu diputusin bayu kan?"
Harum menunduk memikirkan darimana Arka tau perihal putusnya hubungan antara dirinya dengan Bayu. Oh, Harum ingat! Semalam sebelum tidur Harum bercerita dengan Diya sahabatnya, dan sahabatnya itu adalah kekasihnya Arka. Harum salah memilih teman curhat.
Harum memutuskan untuk pergi kekamar mandi, lebih baik dia sekolah hari ini. Arka hanya menggeleng kepala melihat adiknya menghindarinya, Arka pun keluar kamar menuju ruang makan.
Setelah siap, Harum pergi keruang makan untuk sarapan bersama keluarganya. Jam menunjukkan pukul enam lewat lima belas menit ketika Harum mengecek jam yang melingkar ditangannya.
"Pagi ma, pa, kak!" sapa Harum dan duduk dikursinya.
"Pagi sayang..." sahut mama, papa dan Arka.
"Ar mau sekolah?" tanya mama melihat Harum sudah berseragam.
"Iya, ma. Tadi abis diceramahin sama pak ustad," jawab Harum sedikit melirik Arka yang tersenyum menatapnya.
"Ya udah, mending kita sarapan," ajak papa yang langsung disetujui oleh mama, Harum dan Arka.
Usai sarapan, Harum bergegas namun tertahan oleh deheman Arka.
"Kakak anter," ujar Arka lalu berjalan mengambil kunci mobilnya.
"Eh nggak usah kak, aku bisa pake motor sendiri."
"Kakak anter, titik!"
"Huffft, okeh. Ma, Pa, Ar pamit dulu ya?"
"Hati-hati," sahut mama dan papa.
Harum dan Arka pun menyalami kedua orang tua mereka lalu pergi kesekolah Harum.
Selama perjalanan Harum hanya diam dan menunduk, hingga mobil Arka sudah berada didepan gerbang sekolahnya. Arka membuka pintu untuk Harum, barulah Harum sadar dari lamunannya.
Harum hendak menyalami Arka, namun Arka malah memeluknya "Mending Ar nggak usah pacaran-pacaran lagi deh, kakak nggak mau Ar kayak gini lagi," bisik Arka ditelinga Harum.
"Iya, kak. Ar nggak akan kayak gini lagi," jawab Harum lalu membalas pelukan Arka.
Arka tersenyum lembut lalu melepaskan pelukannya, "Ar sekolah yang bener ya?"
"Iya, kak..."
"Kakak pamit dulu."
"Hati-hati kak!"
"Iya, sayang..."
Arka pun masuk kedalam mobil dan melajukannya dengan kecepatan sedang, sedangkan disekitar Harum semua memperhatikan interaksi kakak beradik itu dengan melongo. Mereka tidak percaya kalau Harum memiliki kakak laki-laki setampan Arka.
Harum melangkah pelan sambil menunduk sampai satu rangkulan hinggap dibahu nya, "Pagi Rum cantik!" sapa Diya, sahabatnya.
"Pagi, Diyaaa!"
"Eh, Rum! Ada berita hot lho," ujar Diya heboh.
"Berita apa?"
"Yuk ke mading!"
"Yuk!"
Diya dan Harum berjalan kemading, mereka melihat satu per satu berita hot sekolah mereka.
"Tuh tuh tuh, liat! Baru kemaren bayu putusin kamu, sekarang udah jadian sama Manda aja!" kata Diya berapi-api.
Harum tersenyum, "Udah ah, kekelas aja yuk!" ajaknya.
Mereka pun kekelas karena sepuluh menit lagi bel masuk, mereka duduk ditempat masing-masing.
* * *
Harum duduk sendirian ditaman belakang sekolah, taman nya cukup sepi untuk menyendiri. Harum menghindari keramaian karena ia pasti akan dihina-hina lagi jika berada dikeramaian.
Harum memegang boneka beruang kecil nya, yang bisa dimasukkan kedalam tasnya.
"Bear, Harum bingung deh... Ada ya cowok kayak gitu? Harum tuh sakit hati, baru kemaren putus sekarang bayu udah jadian aja sama cewek lain. Ngeselin bangettt!!! Pengen Harum gigit mereka!"
Harum memandang boneka nya, seolah menunggu bonekanya menjawabnya.
"Hiks... bear nggak bisa jawab," ujar Harum kemudian menunduk menahan tangis.
"Sendirian?"
Harum terkejut karena ada suara dibelakangnya, perasaan Harum tadi dia sendirian kenapa ada suara? Pikiran-pikiran negativ pun mulai muncul.
"Kok nggak jawab?" orang itu memegang pundak Harum membuat Harum menoleh.
"Nangis?"
"Ah, nggak!"
"Masa?"
"Iya..."
"Boleh duduk?"
"Silahkan..."
"Oke, nama aku Dimas. Kamu?" tanya lelaki itu, Dimas namanya.
"Harum Ningrum," jawab Harum menatap kosong kedepan.
"Enak ya taman belakang? Adem gitu, sepi juga..."
"Hem, iya..."
"Harum kelas berapa?"
"Kelas sebelas Ips tiga," jawab Harum lagi-lagi tanpa memandang lawan bicaranya.
"Kita bakal sekelas dong!"
"Hah?" kemudian Harum memandang lawan bicaranya, "Murid baru?"
"Iya, hehe... Ini hari pertama masuk," jawab Dimas.
"Oh, semoga betah ya!"
"Iyalah, pasti betah kan ada kamu," jawab Dimas tersenyum manis.
Harum hanya tersenyum dan menunduk, "Hem kekelas yuk! Katanya kamu bakal sekelas sama aku," kata Harum hendak berdiri.
"Hem ya," jawab Dimas lalu berdiri disusul oleh Harum.
Mereka kelas, dan Harum mendapatkan tatapan iri dari teman-teman sekolahnya.
* * *
Bel pulang sekolah berbunyi, Harum masih memasukkan buku-buku tulis nya. Gerakannya tak luput dari pandangan Dimas yang memperhatikannya, Dimas tersenyum kecil dan menghampiri nya.
"Harum pulang bareng siapa?"
"Naik angkot, soalnya tadi pagi diantar kakak."
"Aku anter, mau nggak?"
Harum menghentikan aktivitas nya sejenak dan menatap Dimas, "Nggak usah repot-repot," ujarnya tersenyum.
"Nggak repot, kok!"
"Ya udah, kalo kamu maksa. Hehe..."
Dimas tersenyum dan menunggu Harum selesai bersiap pulang.
Harum dan Dimas berdiri disamping motor milik Dimas, Dimas tengah memakaikan helm untuk Harum. Sejenak, mereka terlihat serasi membuat semua mata menatap Harum iri.
Diperjalanan pulang, mereka hanya diam dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Motor berhenti tepat didepan rumah Harum, Harum mengernyitkan keningnya bingung karena diperjalanan tadi ia hanya diam, lalu darimana Dimas tau alamat rumahnya?
"Boleh minta nomer whatsapp kamu?" tanya Dimas ketika Harum sudah turun dari motornya.
"Un-untuk apa?"
"Untuk tanya-tanya tentang jadwal," jawab Dimas tersenyum.
"Oh, ini..." Harum menyebutkan nomor nya.
Dimas tiba-tiba turun dari motornya, berdiri dihadapan Harum yang menatapnya bingung. Tanpa aba-aba atau pemberitahuan sebelumnya...
CUP
Harum melotot sedangkan Dimas tersenyum lalu hendak pergi namun dicegah oleh Harum.
"Kamu nyuci ciuman pertama aku?"
"Eh? Tadi itu... ciuman pertama kamu?"
"DIMAS BERANI BANGET KAMU CIUM AKU! KAMU BUKAN SIAPA-SIAPA DAN BERANI BANGET KAM-"
"Itu juga pertama kalinya aku ngecup bibir cewek, biasanya bibir anak bayi yang ku kecup," kata Dimas menghentikan ucapan Harum.
Dengan menahan marah, Harum berlari kerumahnya meninggalkan Dimas yang terus menatapnya.
* * *
Hingga malam pun, Harum belum bisa melupakan kejadian tadi ketika Dimas mengecup bibirnya. Sungguh Harum tidak menyangka, bahkan bayu saja mantan pacar pertamanya tidak pernah mencium Harum sedangkan Dimas? Baru kenal sehari sudah berani melakukannya.
Getar ponselnya menandakan ada pesan masuk, dari nomor yang tidak dikenal. Harum mengecek profilnya, Dimas ternyata. Tanpa aba-aba Harum meng-save nomor Dimas.
Dimas : Rum, kamu marah?
Harum : Kenapa?
Dimas : Aku takut kamu marah :(
Harum : Nggak tuh, biasa aja
Dimas : Aku pindah sekolah karena kamu, aku pengen dideket kamu. Aku juga suka kamu dari pertama aku ngeliat kamu, waktu itu kamu lagi beli ice cream. Kamu cantik banget, kamu juga waktu itu ngasih anak kecil ice cream gitu karena anak kecil itu nangis dan langsung diem pas kamu kasih ice cream. Harum, mungkin hari ini adalah hari pertama kamu ngeliat aku. Tapi aku udah sering liat kamu, sampe aku memutuskan untuk pindah sekolah kesekolah tempat kamu sekolah itu. Terserah sih kamu pecaya atau nggak, yang penting aku udah bilang.
Harum: Bisa Vc?
Dimas: Bisa :)
Jadilah semalaman itu, Harum dan Dimas habiskan dengan Video call. Dimas banyak bercerita sedangkan Harum diam memperhatikan mimik wajah Dimas, Harum tersenyum sebelum tidur.
Dimas, dia pencuri ciuman pertamaku... Nggak pernah ada cowok yang berani ngecup bibir aku kayak dia. Semoga dia jodohku, Batin Harum tersenyum.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro