Saine Dan Rheine
Pr puisi "Imaji Dalam Puisi", materinya dapat dibaca di work "Materi Dan Kelas Belajar" part 20. Pr ini sudah melalui koreksi dari Bang Dimas selaku pemateri kami.
🍃🌸🍃🌸🍃🌸🍃🌸🍃🌸🍃🌸🍃🌸🍃🌸🍃
Seine. Terlahir Dewi dari rahim hujan yang menahan sakit kemudian meluruh jatuh menjadi tangisan langit. Mengalirlah gelombang-gelombang kehidupan yang mengisi ceruk peradaban Bangsa Normandia. Bersamamu aku berlayar mengiris nadi kota mode sambil mengenang wajah itu diatas refleksi bening tubuhmu. Diri ini kemudian terpaku bisu ketika belaianmu mengantarkan pada sebuah tepi dimana dulu kita pernah bersama di puncak kerangka baja yang menjulang romantis mencium langit. "Ah, Monsieur Gustave hanya mampu membuat kita mencium langit selama 41 tahun sebelum ciuman itu beralih direbut Chrysler Building", candamu manja saat kita berdebat tentang pemenang New Seven Wonder.
Hingga ratu malam membekam Seine dengan rayuan kerlap-kerlip lampu dan untaian musik dari beragam bahasa dunia semakin menambah romansa temaram ini. Dan wajah itu kembali semakin jelas membekas di dinding gelas-gelas yang habis kusesap tandas. Aku pun kembali beralih memilih memandang pecundang kerangka baja yang kalah dari Chrysler Building tadi. "Hei pecundang, bagaimana rasanya hanya mampu mencium langit selama 41 tahun", racauku meniru sepertimu yang seakan aku bermonolog sebagai pecundang. Dering lagu "La Seine" kesukaanmu tiba-tiba menyentak lamunanku dan gemericik Seine menyadarkanku dari larut yang semakin hanyut.
Rheine. Bermetamorfosa dari beku salju Alpen yang kemudian mengular dari negeri pembuat arloji menuju negeri kecil yang besar dari reklamasi. Di tepian Rheine, terhampar hijau kebun anggur yang dedaunnya gugur tak kuasa menahan pesona saat memindai setiap mili dalamnya sepi bola matamu. Dengan kelok-kelok yang anggun kamu pun menyisir rambut panjang Rheine dengan feri kecil putih. Bermandikan cahaya pengubah vitamin D yang semakin mempercantik kulitmu, sejenak kamu mendongak ke arah kastil-kastil congkak yang berdiri kokoh di tebing curam tepian Rheine. Ingatanmu menelusup tentang kisah kasih putri dan pangeran yang pernah merajah cinta di dinding-dinding kastil. Matamu memejam dan memori menari-nari bersama wajah siapa yang kini diam mendekam disana.
Sebuah desa bernama Loreleyfarhten menjadi singgah keduamu. Kamu pun mengulum senyum merona menahan derai tawa kala angin menggelitiki kedua daun telingamu tentang legenda seorang gadis: Loreley, yang mampu menenggelamkan kapal-kapal dengan pesonanya. Apakah pria Seine yang dulu pernah berceloteh hal yang sama kembali mengajak memorimu menari-nari?. "Entahlah, coba kamu tebak", gumammu sendiri lirih. Dan arus Rheine harus memapah feri putihmu yang kini ikut tenggelam dalam tarian memorimu menuju tepian pelabuhan terakhir.
By: Mohabatin
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro