Episode #20: Takut Dia Tahu
Alana
Aku baru selesai memesan lalu memasuki deretan meja dan tempat duduk kantin bersama Jihan yang membuntut di belakangku. Tiba-tiba ada suara yang sangat familier itu menyahut memanggil namaku.
"Hey! Alana!"
Mataku kontan tertumbuk pada senyuman lebarnya. Sumpah, senyumnya dia itu senyum banget. Aku sampai menahan diri untuk tidak memarahinya kenapa senyum sebegitu manisnya senyuman. Aku bersyukur dia bukan reinkarnasi seseorang di kehidupanku sebelumnya, yang bisa mendengar apa yang kupikirkan. Bisa skak mat aku, tengsin gilak.
"Gabung sini aja!" ujarnya menunjuk kursi kosong di depannya.
Dua orang teman Wingga yang duduk di sampingnya terlihat sangat kaget menatapku, entah kenapa. Salah satu dari mereka menyikut lengan Wingga. Ah, mungkin bertanya aku siapa kok bisa kenal sama Wingga. Mungkin.
"Boleh gabung disini?" tanyaku menatap kedua teman Wingga itu.
Mereka tersenyum canggung lalu mengangguk, sama canggungnya.
Mata Jihan membulat dan aku tahu dia tersenyum girang di dalam hati, mendapati aku bertemu lagi dengan Wingga disini. Tapi kita cewek bro! Harus pasang muka biasa aja, nggak boleh kelihatan baper dan seneng luar biasa cuma gara-gara diajakin makan siang satu meja bersama.
"Udah pesen?" tanya Wingga menatapku.
"Kenapa? Mau traktir lagi?"
Wingga tertawa renyah. "Mau banget gue traktir lagi?"
"Yah, kalo ada yang gratis sih kenapa enggak,"
Dua teman Wingga sekarang tampak dua kali lipat lebih kaget daripada tadi saat pertama kali aku datang. Aku menatap mereka heran. Wingga yang menyadari keherananku, akhirnya membuka omongan.
"Oiya, kenalin ini Alana,"
"Halo!" aku melambaikan tangan kecil sambil tersenyum lebar.
Teman Wingga yang duduk di samping kirinya mendadak berdiri dan menjabat tanganku secara tiba-tiba. "Halo Al, gue Arden, teman baiknya si Wingga," ujarnya sambil tersenyum lebih lebar bahkan dari senyuman Wingga.
"Eh siapa bilang? Gue Edo Al, teman sangat baiknya si Wingga," Edo melepas paksa tangan Arden, kini menjabat tanganku sambil tersenyum jauh lebih lebar lagi.
Wingga tertawa terbahak-bahak mendapati aksi kedua temannya. Lalu matanya tertumbuk ke arah Jihan. "Lo pasti Jihan ya?"
"Kok tahu?" tanyaku reflek. Belum Wingga membuka mulut untuk menjawab, aku sudah mengambil kesimpulan sendiri. "Ah, pasti dari IG ya,"
Wingga tertawa lagi. "Nah itu udah tahu,"
Jihan ikut tertawa. "Stalker banget dong lo Kak, bisa sampe hafal gitu,"
Wingga memasang muka berpikir. "Stalker banget sih enggak, gue aja baru tahu IG-nya si Alana kemarin. Iya kan Do?"
Edo mengangguk mantap.
"Kok bisa tahu IG aku Kak?" todongku penasaran, sampai lupa kalau Wingga suruh panggil Wingga aja nggak usah embel-embel 'Kak'.
Aku menangkap senyuman tipis di sudut bibir Wingga saat dia mendengar aku memanggilnya 'Kak'. "Mau dibahas lagi? Kan kemarin udah selesai soal postingan IG," Dia berkata seperti itu sembari menahan senyuman.
Bagaimana aku bisa tahu? I just simply know it. Percaya atau enggak, ketika kita jatuh cinta sama orang, sesenti perubahan ekspresi, bahkan gerakan matanya pun strangely tertangkap oleh mata kita.
Pesanan makananku dan Jihan pun datang. Kami makan dengan khusyuk seperti orang sholat tahajud di sepertiga malam. Sunyi. Wingga sedang menatap handphone-nya, entah membalas pesan siapa, begitu pula dua teman di sampingnya. Yeah, fakta bahwa handphone memang sangat berperan dalam pergulatan antara dunia nyata dan dunia maya. Obrolan teman di grup WhatsApp, grup Line maupun grup Kakaotalk sometimes memang lebih asik daripada teman yang benar-benar ada wujudnya di depan kita. Then, aku se-enggak menarik itu ya buat diajakin ngobrol? Oke, fine.
Aku hampir merogoh saku baju seragamku untuk mengambil handphone saat suara itu mendadak memecahkan kesunyian. "Gue udah kepo akun IG lo lagi lho Al," ujar Wingga membuka obrolan lagi.
"Oh ya?" jawabku sambil mengunyah mie goreng.
"Iya. Trus ada foto yang ilang gitu, tetiba nggak ada di profil kamu,"
Aku tersedak. Benar-benar tersedak sampai batuk-batuk. Praktis membuat Wingga tertawa terbahak-bahak, tapi dengan manisnya dia mendekatkan segelas air putih ke arahku. Aku meminumnya seteguk dua tegukan, mempercepat kunyahanku pada mie goreng yang ada di mulutku untuk segera meluncurkan pertanyaan. "Sumpah ya, kok bisa tahu kalo ada yang hilang?"
"Sengaja kamu hapus ya?"
"Emang gitu sih si Wingga dari dulu Al," celoteh Edo dengan cuek sambil meminum jus yang kuduga strawberry karena warnanya pink.
Aku tidak terlalu tertarik menjawab pertanyaan Wingga, dan justru menodong Edo melanjutkan kalimatnya. "Kaya gitu gimana?"
"Sekali lihat dia udah langsung hafal deh, bahkan detail terkecilnya sekalipun pasti inget,"
"Oh ya?"
"Coba aja tes, kasih rumus, suruh lihat dua detik aja. Habis itu tanyain tadi rumusnya apa aja isinya pasti dia inget semua,"
Aku dan Jihan kaget semaksimalnya rasa kaget itu sendiri. "Kok bisa?"
"Itu lebay sumpah. Nggak segitunya kok," Wingga nyengir lebar-lebar ke arahku dan Jihan.
"Ah lo mesti sok-sok humble. Padahal seneng kan lo di puji gitu," sungut Edo.
Aku terdiam berpikir, memikirkan pertanyaan tersulit apa yang kira-kira Wingga tidak ingat, dari pertemuanku dengannya kemarin. "Inget nggak, kemarin kuteks kuku kaki aku warna apa?"
Jihan dan dua teman Wingga terbengong menatapku, tentu saja kaget dengan pertanyaanku yang luar biasa susah diingat tentu saja. Mana ada Wingga nengok-nengok kaki aku kemarin pakai kuteks apa engga kan. That's so impossible. Tapi kalau memang Wingga adalah orang yang bisa hafal dalam satu kedipan mata, dan kalau memang dia orang yang sebegitu teliti, detail dan perhatian dengan apa yang ada di sekelilingnya. He will definitely know the answer.
"Kamu cuma pake clear nail polish kemarin, iya kan?"
What the... Gue boleh GR nggak? Boleh baper nggak? Seumur hidup nggak ada yang pernah sebegitu perhatiannya ke gue sampe inget sedetail itu. Bahkan Papa kalo ditanya pasti juga jawabannya pasti adalah ngakak dan bilang engga tahu. I didn't expect those answer. Alana please jangan baper. Get grab of yourself! But, he is Wingga! The most diligent person in this life that you always dreamed about. Ah, aku bisa gila.
"Kok bisa tahu?" tanyaku akhirnya, mencoba membuat intonasiku senormal-normal mungkin, membenamkan excitement yang meluap-luap untuk tenggelam sedalam-dalamnya agar tak tampak secuil pun.
"Sumpah, bener jawabannya Al?" pertahanan Jihan untuk terlihat cool dan elegant pun runtuh, dia bertanya dengan suara melengkingnya, tentu saja tanda excited. Aku masih menatap Wingga, menunggu jawabannya.
Wingga mengernyitkan dahi sesaat. "Emm, kok bisa tahu ya?" ujarnya sambil menggaruk-kepala yang sepertinya tidak gatal.
"Yaelah sialan. Udah penasaran tingkat SNMPTN nih! Sial," ujar Arden kini bersungut-sungut juga.
Aku hampir mengeluarkan kata-kata serapah juga, tapi kutahan dalam hati. Apa sih maksud lo, Ngga? Sengaja bikin gue baper? Ah, bisa apa sih orang yang jatuh cinta diam-diam. Rasanya lebih menyedihkan daripada remahan krupuk melempem.
. . .
Setelah aku kembali ke kelas untuk mata pelajaran tambahan, tiba-tiba DM Wingga muncul di akun Instagram-ku. Sumpah ya, masih banget kontakannya lewat DM.
@winggaranuvida: oiya tadi lupa nanya. Kamu nggak ngerasa kehilangan sesuatu?
@alanakenisha: kehilangan?
@winggaranuvida: iya. Nggak ngerasa ada yang hilang?
Kontan aku mengecek benda-benda yang ada di mejaku. Perasaan aku engga bawa apa-apa deh ke kantin. Cuma hand phone sama dompet, dan dua-duanya ada disini.
@alanakenisha: nggak ada kayanya. Kenapa?
@winggaranuvida: yakin?
Aku menatap Jihan sambil berpikir keras. Kalau sudah bilang seperti itu, berarti dia sedang membawa barangku yang hilang itu kan? Logikanya begitu kan? Se-nggak-pinternya aku sih masih paham logika beginian, apalagi menyangkut problematika hati kaya gini. Nggak Cuma otak doang yang bekerja, hati gue juga dag-dig-dug tak keruan detik ini, for sure.
"Lo kenapa?" tanya Jihan keheranan.
"Menurut lo, gue kehilangan apa?"
"Kehilangan apaan?"
Oh my god! Reflek aku membuka tas ranselku, menuangkan semua isinya ke atas meja. "Kok gue nggak bawa kamera ya hari ini?"
"Kamera kan biasanya lo bawa di tas lain, trus lo cantolin, di..," Jihan menatap pojokan kursi tempat aku biasa menggantungkan tas kameraku. And nothing in there.
Anj*r, shit, sial, Oh my god, please. Jangan kamera gue. Mati gue kalo sampe dia nyalain itu kamera. Sumpah, belum gue backup apapun yang ada disana. Puluhan, ratusan mungkin, foto-fotonya ada disana. Ya Tuhan, please. Katakan bukan kamera gue yang dia bawa.
@alanakenisha: lo bawa kamera gue?
Satu detik, dua detik, tiga detik. Satu menit berlalu dan dia belum membaca DM-ku.
@alanakenisha: bener ya? Kamera gue?
Satu menit, dua menit, tiga menit. Lima menit berlalu dan dia belum juga membaca DM-ku.
Aku memang sebegitu jatuh hati padanya, tapi bodohnya aku tidak pernah berusaha mencari tahu nomor handphone-nya, atau segala macam kontak yang bisa menghubungkan aku dengannya. Karena selama ini aku terlalu sibuk untuk yakin bahwa aku, Alana Kenisha Alandara, tidak akan pernah sekalipun bisa mengenal seorang Wingga. Bahkan untuk dia tahu namaku siapa itu sangat diluar kuasaku.
Aku terlalu sibuk loncat kesana-kemari menguntit kemanapun dia pergi, memotretnya dari jauh, dibuat tersenyum oleh senyumannya yang tertangkap di kameraku. Untuk dia tahu segalanya detik ini, please don't.
"Aduh, kenapa dia nggak bales ya Han.." ujarku panik. Tahu yang kurasakan detik ini? Larutan perasaan takut, panik, blank, seolah-olah gedung sekolah akan runtuh saat ini juga. Aku menggigit bibirku keras-keras, kebiasaan burukku kalau sedang panik luar biasa. Dan strangely aku merasa mataku berkaca-kaca hampir menangis.
@alanakenisha: Ngga, please jawab. Beneran kamera gue?
Kali ini aku tidak menunggu jawabannya. Buliran air mataku hampir mau terjatuh. Aku memasukkan handphone-ku ke saku, dan keluar kelas secepat mungkin. Aku berlari menuju ke kelas Wingga, tanpa tahu apa yang akan kukatakan padanya, diikuti dengan serombongan pasukan ketakutan apakah Wingga sudah menyalakan kameraku atau tidak, apakah dia membuka semua foto-foto di dalamnya atau tidak. Ya Tuhan, tolong ikut campur lah dalam ketakutan yang kurasakan. Setidaknya jika memang dia membukanya, bisakah dia berpura-pura tidak membukanya?
Aku tahu itu egois. Aku tahu aku pernah bilang kalau aku nggak takut ketahuan mencintai seseorang lebih dari 100%. Because it is only love, it demand to be felt. Tapi sekarang aku sendiri takut dia tahu aku diam-diam jatuh cinta padanya.
. . .
Halo! Anyeonghaseyo!
Aku nggak pengen minta maaf karena telat upload sih di cuap-cuap kali ini. Karena udah keseringan minta maaf di cuap-cuap yang sebelum-sebelumnya. Haha
Jadi ijinkan aku cerita aja, ngapain aja aku ini sampai nggak update-update lama. Aku dikejar deadline paper sama professor-ku, sampai lembur-lembur pulang pagi dari lab di kampus. Trus sekarang udah masuk semester baru. Sumpah ya waktu berlalu begitu cepat. Udah jalan 6 bulan aja aku hidup di Korea. Rasanya kaya baru kemarin gitu sampe sini dan cupu banget nggak bisa Bahasa Korea sama sekali. Trus juga kebanyakan main sih kayanya, ketemu temen-temen korea yang unyu, yang bahkan kalo cowok, percayalah, mereka kulitnya lebih mulus daripada kulit gue. Sedih banget ya~
Haha kok jadi curcol. Intinya sih karena kuliah lagi running, dan hari-hari semakin sibuk, biasanya aku semakin bisa bagi waktu. The more I busy, the more efficient I will work on everything ahead my face.
Yang paling unyu juga adalah: SPRING IS COMING! Jadi lagi seneng banget nih menanti datangnya bunga-bunga bermekaran, udah nggak sabar pengen foto sama cherry blossom alias bunga sakura!
On playing now-nya: lagu yang ada di media atas tuh, lagu yang selalu booming tetiba nomer satu chart melon di Korea setiap Spring dateng selama lima tahun terakhir ini. Amazing!
Oiya mau numpang promosi novel terbaru sama Bentang Pustaka juga nih, judulnya: TOPENG.
"Bagaimana rasanya pacaran backstreet dengan teman sekelas? Kamu cuma harus pakai topeng yang lebih tebal, just it. Topeng yang cukup untuk membuatmu berpura-pura tidak mengenalnya, berusaha tidak terlalu banyak menatap ke arahnya, dan yang paling penting adalah kamu nggak boleh baper kalau dia juga melakukan hal yang sama. Kita sudah membuat kesepakatan, kan?"
Lebih lanjutnya kepo di IG atau profil wattpad aku ya~
KOMEN YUK! Dapet titpan love nih dari Korea kalo komen! Kalo engga sih ya good bye love nyah~
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro