Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bukan Episode #38: Extra Part + Novel Gratis

I am nothing than just Alana.  

. . .

Alana

Saking melamunnya, aku tidak memperhatikan jalan di depanku. Mendadak, aku menabrak seseorang, aku segera mengucapkan maaf, tanpa memperhatikan siapa orang yang kutabrak. Tiba-tiba, tangannya menarik tanganku untuk berbalik menghadapnya. Aku menatapnya kaget luar biasa. Aku sangat mengenali cara sosok itu menarik tanganku. Ya, itu sosok yang sedari tadi memenuhi pikiranku.

"Apa kabar?" tanyanya sambil tersenyum menatapku.

Aku masih menatapnya kaget. Ini bukan mimpi kan? 

"Gue baik," ujarku memasang ekspresi datar. Aku bingung detik ini, apakah aku harus tersenyum juga? Ataukah aku harus memasang wajah marah? Entahlah.

"Lo nggak nanya kabar gue?" dia masih tersenyum.

"Ah, iya," aku berkata ya, tapi justru tidak langsung menanyakan kabarnya.

Tiba-tiba, tanpa mengatakan sepatah kata pun, dia menarik tanganku mengikutinya. Kamu bertanya reaksiku bagaimana? Tentu saja aku tidak bisa menolak untuk mengikuti kemana dia pergi. Bahkan tidak dia minta pun aku sudah lama menguntitnya kemanapun dia pergi. Dia menyuruhku duduk di depan minimarket tempat aku membeli kimbap tadi, sementara dia masuk dan berjalan menuju kulkas penyimpan minuman di dalam minimarket.

Dia kembali dengan dua kaleng minuman, menyurukkan satu ke arahku. "Makasih," ujarku bergumam, berusaha menghindari tatapan matanya.

"Lo masih marah Al?"

"Kelihatannya gimana?"

"Udah nggak marah,"

Aku ingin mengeluarkan suara lengkingan, 'Kok lo sotoy sih,' tapi yang keluar dari bibirku bukan kalimat itu. "Ngapain marah lama-lama, nggak ada untungnya juga,"

Wingga mengangguk-angguk. Ada senyuman tipis di sudut bibirnya, entah apa arti senyuman itu. "Lo kesini bukan nguntit gue, kepo gue ada dimana kan?"

"Ih, PD banget! Gue lagi di rumah Roger kok, di deket sini,"

"Gue udah tahu," trus tadi ngapain nanya Ngga?

"Kok bisa tahu?"

"Tadi dikasih tahu Devo,"

Mataku membulat. "Devo ngasih tahu apa aja?"

Mati aku kalau sampai Devo mengatakan pada Wingga bahwa aku menanyakan kabarnya.

"Lo nanyain kabar gue,"

Sialan. Devo terlalu jujur.

Aku hanya membungkam, bingung harus ngomong apa. Aku membuka kaleng minuman yang ada di depanku, dan meminumnya sedikit. "Gimana kabar lo Ngga?" tanyaku akhirnya.

Wingga tertawa kecil menatapku. "Lo udah tahu jawabannya dari Devo kan,"

"Gue butuhnya jawaban dari lo, bukan dari Devo,"

"Kenapa lo butuh jawaban gue?"

"Ya kalo nggak boleh tahu kabar lo juga nggak apa-apa sih, gue nanya kabar doang kok lo sensi gitu sih," ujarku beruntun sambil meliriknya sinis.

Wingga tertawa terbahak-bahak. "Ini baru gue tahu lo nggak marah lagi sama gue,"

Aku menggaruk leherku yang tidak gatal, salah tingkah sendiri oleh ucapannya. Lalu aku menyurukkan satu kimbap segitiga ke arah Wingga.

Ingin sekali aku bertanya padanya, kenapa tidak menghubungiku sama sekali seminggu ini. Tapi untuk apa, dan kenapa memangnya kalau dia tidak menghubungiku? Apakah itu kewajiban, juga bukan kan? And who am I, hoping for him to contact me when I was mad? I am nothing than just Alana.

"Gue keluar dari rumah sakit di hari yang sama pas lo ninggalin gue disana," tanpa aku bertanya apapun, Wingga mendadak berbicara, sambil membuka bungkus kimbap segitiga yang aku berikan padanya.

"Gue sempet ketemu Devo lagi di rumah sakit, dia kasih rekomendasi buat gue ke psikiater tempat dia treatment juga. Aneh banget tuh anak, berasa dukun gitu, mendadak dia langsung bilang kalo gue mending ke psikiater tempat dia pergi aja, padahal gue nggak nanya apa-apa, nggak bilang apa-apa juga ke dia soal masalah gue,"

Aku menahan tawa. Devo memang aneh. Aku setuju soal ini.

Entah kenapa, aku tahu Wingga tahu aku menahan tawaku detik ini. Dan dia tersenyum kecil di sudut bibirnya. "Dua hari gue nginep di tempat Dokter Rezik,"

"Seru banget ya? Sampe lo nginep segala?"

"Lo kok kaya bisa baca pikiran gue gitu,"

"Pasti lah seru banget, lo ketemu orang yang selevel buat diajakin berdebat kan soal pemikiran-pemikiran yang berperan jadi masalah lo," ujarku. "Lo kan emang gitu orangnya Ngga,"

Wingga tertawa kecil.

"Trus lo pasti yang nanyanya tuh detail banget sampe dokternya bingung mau jawab apa,"

"Pasti lo dikasih tahu si Devo ya,"

"Tapi emang bener kan?"

Wingga hanya meringis. Lalu mengambil kaleng minumannya dan meneguknya habis.

"Trus gimana? Lo udah baikan? Udah bisa tidur nyenyak? Nggak mimpi buruk lagi?"

"Lo kira sulap? Butuh proses lah Al,"

Aku menggut-manggut paham. Aku menatap Wingga yang sedang membuang pandangan ke jalanan. Ternyata Roger benar, bahwa Wingga sama sekali tidak terpikir kalau aku menyukainya. Dan itu berarti dia juga tidak pernah menyukaiku. Aku tahu itu hanya kesimpulanku sendiri, tapi sampai detik ini, tidak ada clue sedikitpun yang mengatakan bahwa Wingga punya perasaan lebih padaku.

"Jadi, kita berteman kan?" tanyanya tiba-tiba.

"Hah?" sebenarnya aku mendengar dengan jelas ucapannya. Aku hanya ingin mendengarnya sekali lagi. Teman?

"Gue naik level kan, dari cuma senior, sekarang jadi temen lo,"

"Ehm, well, karena kita udah sharing our pieces of story, boleh sih di anggep temen,"

Wingga menahan tawa. "Lo kok kaya nggak ikhlas gitu temenan sama gue,"

Aku tertawa menatapnya.

Asal kamu tahu Ngga, kamu sudah ada di dalam sini, di hatiku, bahkan sebelum kamu tahu namaku siapa. Berteman? Yah, memang sangat jauh lebih baik daripada aku yang dulunya tidak mengenalmu dan hanya menatapmu dari jauh. Tapi aku juga tidak bisa memungkiri hati ini, yang menginginkan kita lebih dari sekedar berteman.

. . .


Karena extra part, nggak ada tulisan TBC kok hihihi, mau ada extra part lagi nggak? *Kalo ada 100 komen tepat di line ini yang mau extra part, bisa aku pertimbangkan upload lagi hihihi

-Bagi-bagi Novel Too Far to Hold GRATIS!-

Halo semua~

Aku lagi ngebut nyelesein naskah full-nya Too Far to Hold buat segera masuk ke meja redaksi Bentang Pustaka nih. Novel versi cetaknya dijadwalkan akan terbit sebelum akhir tahun ini. 

Ada yang mau dapet novel Too Far to Hold versi cetak secara GRATIS?

Kasih testimoni kalian selama baca cerita ini dong? Sengaja minta sekarang, padahal novelnya masih lama terbitnya, aku takut kalian pada udah lupa sama ceritanya, ceritanya di wattpad udah dihapus, atau kalian amnesia #nahloh

Karena ceritanya bakalan di-novelkan, aku butuh 10 testimoni dari kalian yang akan dipajang di buku versi cetaknya nanti.

Cara ikutan testimoni-nya adalah, menjawab semua poin-poin yang aku tanyakan atau minta dilakukan dibawah ini (Bakalan aku cek satu-satu, soalnya aku seneng bacain komen kalian hihihi)

1. Follow akun wattpad aku fifi_alfiana, cuma wattpad aja kok, IG monggo kalo mau kenal lebih jauh (ceileh) atau kepo aku ngapain aja di Korea

2. Tulis kesan kamu selama membaca cerita Too Far to Hold di kolom komen postingan ini (Iya, disini)

3. Siapa tokoh yang paling kalian suka di cerita ini? Kasih alasannya ya~ (Jawabnya inline ya)

- Alana

- Wingga

- Roger

- Jihan

- Arden

- Edo

- Denier

- Devo (Cowok galau yang tidak jadi beli Kimbap)

- Pak Royco

- Lainnya

4. Aku mau bikin cerita baru di akun wattpad-ku sendiri fifi_alfiana. Nah, aku pengen survey dikit nih:

a. Mau aku nulis cerita genre apa? (Jawab in-line ya, jangan lupa dikasih alasan juga)

- Teen Fiction (SMA)

- Romance (Yang jelas sih engga SMA, bisa kuliah atau kerja)

- Chicklit (Udah kerja)

- Science Fiction (Berbau sains alias ilmu pengetahuan! Haha)

- General Fiction (Apapun)

b. Kalian suka cerita dengan sudut pandang yang seperti apa? (Kasih alasannya ya)

- Dua POV seperti cerita Alana-Wingga ini

- Satu POV (Sudut pandang pertama pemeran utama): Misal, Alana doang seluruh cerita, atau Wingga doang seluruh cerita

- Tiga POV, ada POV tokoh ketiga semacam Roger

- Sudut pandang orang ketiga serba tahu (Author's POV: Aku yang nulis dan aku yang serba tahu)

c. Mau aku update-nya hari apa? (Ini engga perlu alasan wkwkk)

- Senin

- Selasa

- Rabu

- Kamis

- Jumat

- Sabtu

- Minggu

Buat kalian yang termasuk 10 testimoni terpilih (gue sendiri yang milih #eeaa) masing-masing bakalan dapet 1 novel Too Far to Hold versi cetak. Ihiiiy bisa peluk-peluk Alana-Wingga versi cetak nih! Dan, aku jamin ending-nya lebih grand! Wkwkkk *padahal belum selesai nulis

Aku tunggu ya testimoni-nya!

Love-love-love~

Fifi Alfiana

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro