7 :: MALJUM.
Jadi, sudah lama kita tidak istighfar bersama. Ayo istighfar💏
******
"Terbuat dari apa hatimu? hingga tak sadar ada cinta di depanmu...."
******
🚐🚐🚐🚐🚐🚐
"Juwita, kalau hantu nya tiba-tiba datang gimana?"
Juwita mengerlingkan matanya kesal. Telinganya sudah penuh dengan pertanyaan Mily yang terus di ulang sampai-sampai Juwita tidak mampu menghitungnya. Gadis itu akan tetap seperti ini sampai bayangan hantu dari film horor yang mereka nonton dua jam yang lalu menghilang dari ingatan Mily.
Juwita tidak menjawab pertanyaan Mily tadi, ia diam dengan mata menatap langit-langit kamar yang ketahuan jika Mily hanya membersihkan kamarnya saat Bulan Ramadhan dan Lebaran saja. Sarang laba-laba berkeliaran di mana-mana.
"Pantes Emak lo ngomel mulu. Nggak pagi, siang, sore, malam, pasti ngomel. Gimana enggak kalau kamar lo seperti ini." Juwita melirik sekilas.
Mily berdecak, ia tidak mau membahas itu sekarang. Mendekatkan dirinya lagi sampai-sampai sangat menempel dengan Juwita. Memeluk tubuh gadis itu dengan erat. Sementara Juwita yang menerima perlakuan Mily hanya menoleh sekilas, sudah biasa. Mily akan terus menempel padanya. Hingga malam ini Juwita sudah pasti akan menginap di rumah Mily.
Jika Mily penakut, maka Juwita adalah pemberani. Buktinya, ia santai-santai saja padahal baru selesai menonton film horor, sedangkan Mily yang sudah tahu akan parnoan tapi tetap mau ikut menonton.
"Kalau orang lain liat, udah pasti ngira kalau kita ini lesbi." Juwita berdecak.
Mily mengangguk. "Ta, gue kan, udah sering meluk lo kalau abis nonton film horor. Kira-kira kalau gue meluk Kak Surya rasanya gimana, ya?"
"Lo mau tahu rasanya?" Tanya Juwita, Mily seketika mengangguk. "Mustahil! Itu rasanya! Mustahil, nggak akan pernah terjadi!"
Mily membulatkan matanya. Lalu menatap Juwita kesal tetapi tidak melepaskan pelukannya. "Kampret, ya, lo! Nggak tahu aja kalau gue pernah rasain itu walau bentar."
"Serius?!"
Mily mengerjap-ngerjapkan matanya. Lalu dengan cepat menguasai diri. "Enggak, lah!"
Setelah mendengar jawaban Mily, Juwita kembali diam. Terus memperhatikan langit-langit kamar Mily.
"Ily!"
Mily yang tadi ikut terdiam tiba-tiba tersentak kaget dan hampir melompat ke atas tubuh Juwita jika saja gadis itu tidak langsung bangkit dari tidurnya. Juwita mendengus, tidak habis fikir dengan Mily yang kembali ketakutan hanya dengan ketukan pintu dari luar.
"Itu Emak lo, Kambing. Bukan setan. Astaghfirullah." Juwita sampai menyebut.
"Ily!"
Setelah panggilan kedua Mily baru sadar jika itu adalah benar panggilan dari Mamanya.
"Emak gue beneran." Mily bangkit, dan berjalan membuka pintu. "Kenapa, Ma?" tanyanya.
"Minta tolong beliin susu untuk Lauren di mini market depan dong." Rati—Mama Mily menyerahkan sejumlah uang ke Mily.
"Tapi, Ma. Sekarang malam jumat, lho. Udah jam sembilan juga."
Rati mengerutkan keningnya. "Emang kenapa? Lagian mini market dekat kok. Cuman di depan aja."
"Iya, Ma, aku tahu. Tapi sekarang setan lagi berkeliaran. Kalau manusia bisa malam mingguan, berarti setan bisa malam jumatan juga."
Rati menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak habis fikir dengan anak sulungnya. "Nggak usah banyak alasan kamu. Cepet beliin."
"Ih, Ma. Besok aja, ya, belinya." Mily terus memohon.
"Nggak bisa, Ly. Susunya udah habis."
"Yaudah. Pake susu cadangan aja." Mily mengusulkan.
"Susu cadangan yang mana?"
Lalu Mily dengan santai menunjuk bagian bawah tubuh Mamanya. "Itu. Lebih sehat, berkualitas, dan terjamin."
Rati mengerang. "Mau Pergi sekarang atau mau telinganya copot?"
Mendapatkan dua pilihan itu, Mily seketika menarik tangan Juwita keluar dari kamar.
🚐🚐🚐
"Mily?"
Mily yang sedang berdiri di depan kasir karena ingin membayar susu adiknya langsung mengangkat kepalanya dan mendapati Surya yang lagi-lagi tersenyum di setiap pertemuan mereka.
"Kak Surya?" Mily ikut tersenyum lebar. "Ngapain disini?"
"Belanja lah, masa numpang lambai-lambai tangan ke Cctv."
Bukan Surya yang bersuara tetapi Sofyan yang ada di belakang. Lelaki itu menjawab sekaligus menyindir Juwita yang lagi asik melambaikan tangan ke arah Cctv sambil menunggu Mily selesai membayar. Juwita yang mendengar itu seketika berbalik dan melotot lebar.
"Orang gila?! Lo ngapain disini?!" Juwita bertanya kesal.
"Orang gila? Nggak salah lo manggil gue kek gitu? Emang cowok ganteng seperti gue cocok jadi orang gila? Elu, kali yang cocok jadi orang gila." Balas Sofyan. Masih dengan wajah songongnya.
Surya tanpa aba-aba menyenggol Sofyan. "Lo cowok apa bukan, sih? Ngomong sama cewek kok kasar bener."
Mily hanya diam, tidak mengerti situasi. Ia terus memandangi Surya yang menegur Sofyan. Bibir Mily tersenyum lagi.
"Kalian habis ini mau kemana?" Surya berkata lagi.
"Mau pulang." Mily menjawab lagi.
"Yaudah. Kita anter." Surya melirik jam tangannya. "Udah hampir jam sepuluh malam soalnya. Nggak baik kalian berdua pulang sendirian."
"Lo mau anter mereka?" Tanya Sofyan membuat Surya mengangguk. "Ngapain? Ngga usah anterin mereka mending kita langsung balik aja. Lagian nggak ada yang mau apa-apain mereka juga. Jangankan manusia, setan pun gue yakin ngga ada yang mau sama mereka."
"Heh, orang gila! Mulut lo bener-bener minta di ulek, ya!" Juwita semakin terpancing.
"Lo kalau mau balik, balik aja sana." Kata Surya membuat Sofyan mendengus.
Mata Mily tidak lepas dari Surya. Ia sampai tidak sadar sudah meremas kotak susu adiknya yang sudah terbungkus plastik kresek sampai penyok setengah. Melihat Surya yang bersikap seperti itu membuat Mily semakin jatuh lebih dalam pada pesona Surya.
Fix, Kak Surya jodoh gue.
Mily terkikik, melirik malu-malu ke arah Surya yang sedang melerai perdebatan Sofyan dan Juwita.
"Yaudah. Ayo, gue anter." Surya menyadarkan pemikiran Mily. Lelaki itu memimpin jalan keluar dari mini market.
"Kak Surya ngga belanja, ya?" Juwita bertanya.
"Nggak jadi! Gara-gara mau anter lo berdua. Padahal kita baru mau belanja, eh, malah ketemu lo berdua." Sofyan masih menyindir sinis. Terus menjawab pertanyaan yang di lontarkan untuk Surya.
"Idih. Nggak tahu malu banget lo. Yang di tanya siapa, yang jawab siapa." Juwita balik menyindir.
Sofyan mengerang, baru mau membalas ucapan Juwita tapi lagi-lagi Surya menyenggol lengan nya. "Ingat, lo itu cowok, jangan malah bermulut cewek disini."
Juwita dan Mily menahan tawanya, hingga Sofyan semakin naik darah.
"Ayo." Surya berkata lagi. Mulai berjalan memasuki jalanan kompleks wilayah rumah Mily dan Juwita yang sepi. Sementara Sofyan mau tidak mau ikut mengantar karena tidak mungkin membiarkan Surya pergi sendiri.
"Ngapa lo jadi ikut?" Tanya Juwita ketika sadar Sofyan mengekori dari belakang.
"Suka-suka gue, lah, mau ikut apa enggak." Sofyan membalas sedikit tidak percaya diri.
Juwita mengembungkan pipinya, menahan tawa lagi. Sedangkan Sofyan menatap gadis itu dengan tatapan kesalnya.
"Kalian berdua berantem mulu, heran gue." Ucap Mily yang dari tadi diam tidak mengomentari. "Kalau kalian berdua jodoh pasti seru."
Sofyan seketika tertawa kencang. "Apa? Gue sama Orang gila ini?" Lelaki itu tertawa lagi. "Walaupun dia cewek satu-satunya di dunia ini, gue sampai mati pun nggak bakal mau!"
"Lo pikir gue mau sama lo?! Sori, ya, gue mau cari cowok yang bisa memperbaiki keturunan, bukan malah semakin memperburuk keturunan!" Juwita tidak mau kalah.
"Tanpa lo sadari, ucapan lo tadi seperti pengakuan kalau lo emang jelek makanya nyari yang bisa memperbaiki keturunan." Sofyan semakin tergelak.
Juwita mengepalkan tangannya, emosi sudah sampai di ubun-ubun. "Mil, tahan gue, tahan gue, Mil. Jangan sampai gue talak tiga, nih orang."
Mily jadi linglung. "Ta, lo sadar, entar lo di gebukin sama warga gara-gara ribut disini."
Surya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Bingung dengan apa yang terjadi. Padahal niatnya hanya ingin mengantar kedua gadis itu pulang ke rumah, tetapi malah bertengkar di jalanan sepi seperti ini.
"Yan, lo berhenti bacot atau gue iket, nih, mulut lo." Surya akhirnya angkat bicara. Mengambil ancang-ancang dengan mengambil ikat rambut Mily yang ada di pergelangan tangan gadis itu.
"Kak Surya...." Gantian, Mily yang kini tidak bisa tenang karena tanpa Surya sadari sudah memegang tangan kecil gadis itu yang sudah menganga lebar.
"Mil." Juwita sadar situasi Mily. "Mingkem, Mil. Banyak nyamuk disini. Entar lo kenyang makan nyamuk lagi."
Lalu detik kemudian mulut Mily langsung di tutup rapat, bersamaan dengan Surya yang melepaskan tangan gadis itu dengan perasaan canggung.
"Maaf, nggak sadar." Cicit Surya.
"Nggak apa-apa." Mily tersenyum canggung juga. "Nggak di lepas juga nggak apa-apa, kok." lanjutnya dalam hati.
Setelahnya itu semua mendadak diam, berjalan tanpa suara ke rumah Mily. Walau Sofyan yang di samping Surya masih selalu mengambil kesempatan untuk memberikan tatapan sinis ke arah Juwita, dan Juwita pun melawan. Sedangkan Mily mencuri-curi pandang ke arah Surya, masih merasa degdegan walau sebenarnya ia selalu degdegan meski hal tadi tidak terjadi. Dan ketika Surya merasakan jika sedang di lirik-lirik, ia hanya menoleh kecil lalu tersenyum geli menikmati perlakuan Mily yang sangat menggelitik.
Tidak sadar karena fokus pada kegiatan masing-masing, mereka berempat sudah sampai tepat di depan rumah Mily yang juga tentu rumah Juwita berada di sampingnya.
"Udah sampai, Kak. Ini rumah aku." Mily membuka percakapan.
Surya mengangguk. "Iya, tahu kok."
"Kok bisa?!" Mily menatap Surya tidak percaya.
"Pernah di tunjukin sama Mama." Surya menjawab seadanya, tetapi sukses membuat Mily merona.
"Terus rumah cewek gila ini, disini, kan?" Sofyan menunjuk rumah hijau di samping rumah Mily.
"Kok lo tau?!" Juwita ikut menatap Sofyan tidak percaya.
Sofyan memperbaiki tatanan rambutnya. "Lo nggak tahu, ya, kalau orang ganteng itu nalurinya tajam?"
Juwita seketika berdecak malas. "Nyesel gue nanya."
Surya berdeham, menghentikan obrolan Juwita dan Sofyan sebelum kembali bertengkar. "Yaudah, kalian masuk sana."
Mily mengangguk, baru ingin menarik tangan Juwita tetapi terhenti karena Surya kembali berbicara.
"Jangan lupa cuci kaki sama baca doa sebelum tidur." Surya memberikan senyuman kecilnya.
Mily hanya mengangguk lagi, pipinya merona kembali. "Kak Surya juga...."
Surya tertawa kecil, tidak menjawab dan membiarkan Mily dan Juwita masuk. Setelah itu, Surya dan Sofyan ikut berjalan pulang.
Sementara di balik pintu, Mily tersenyum sangat lebar sampai-sampai matanya menyipit. Ternyata, malam jumat yang sempat Mily kira akan menakutkan tidak jadi terjadi. Tetapi berganti menjadi malam jumat yang mengesankan.
Mungkin.... Bisa membuat Mily terus terjaga.
**********
HALOO SAYANGKUUU.
Jadi gimana part7 nya??!!!! KOMEN DONG.
JADI KALIAN ITU TIM MANA?! #SURYAMILY ATAU #SOFYANJUWITA ATAU BAHKAN BERBALIK😝😝😝😝
Untuk visual aku masih bingung): aku bakal usaha cari lagi yg bener2 pas. Oke?
Are u excited?!
Excited dong. Kan nnti aku bikin kalian jd terkejut terkaget-kaget dgn alurnya😝😝😝
Oke, see u di part8😝😝😝
Salam cinta dari aku💏💏💏
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro