Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

5 :: DORAEMON

Aku bukan anak Quotes yang mahir merangkai kata-kata indah. Tapi aku anak biasa yang hanya mahir mencintaimu tanpa henti meski tahu kau telah menjadi miliknya.

APASIH APA?!
HAHAHAHA.

***


"Jadi, kita minta alamat Kak Surya di wali kelasnya aja, nih?"

Juwita mengangguk. "Iya. Kita cari aman aja, deh, Mil. Daripada naik ke atas yang semuanya kelas dua belas, bisa-bisa kalau kita pulang malah jadi mirip pepes ikan."

"Emang mereka se-ganas itu?"

"Iya! Apalagi katanya mereka mau nyari tau siapa yang celakain Kak Surya. Mati, dah, lo, Mil. Kalau mereka tahu, lo yang jelek pasti makin jelek di gebukin!"

Mily mendelik ngeri. Ia tidak berbicara lagi. Melanjutkan jalannya saja ke ruang guru untuk meminta alamat Surya Nugraha.

🚐🚐🚐


Jadi sepulang sekolah, Mily dan Juwita tadinya sudah bersiap-siap untuk mendatangi rumah Surya yang ternyata anak dari pemilik rumah besar yang baru di tempati setahun lalu dan ternyata juga rumah Surya lah yang menjadi bahan gosip ibu-ibu selama sebulan penuh jika berkumpul di pedagang sayur keliling. Mily sering mendengar itu karena Mamanya juga ikut membicarakan. Pantas saja Surya bisa berada di dekat lapangan kompleksnya. Rumah lelaki itu memang tidak satu wilayah dengan Mily, hanya butuh keluar ke jalan raya, menyebrang, dan berjalan sedikit untuk tiba.

Ketika Mily baru mengetahui, ia menjadi semakin sadar kalau ia benar-benar tidak tahu apapun. Sampai-sampai tidak tahu jika ada rumah cogan disana.

Mily semakin gusar, langkahnya takut-takut dengan tangan menenteng kue jualan Mamanya. Ia belum pernah pergi kemanapun tanpa ditemani oleh Juwita yang tadinya ingin ikut tapi mendadak terserang penyakit menceret-menceret.

Di setiap langkah Mily, jantungnya kian berdetak tidak karuan. Sedikit gemetar. Mily menggigit bibir bawahnya.

Jadi begini rasanya ke rumah jodoh untuk pertama kalinya?

Terasa enak, tapi sedikit terganggu pada getaran kencang di dadanya.

Oke, Mily harus tenang. Ia harus bertanggung jawab. Mengambil nafas dalam-dalam lalu di hembuskan sebelum menyebrang. Dari jauh ia bisa melihat pagar rumah Surya.

Setelah berhasil menyebrang, Mily berjalan melewati beberapa rumah sebelum tiba di depan pagar yang lumayan tinggi.

"Assalamualaikum."

Mily mencoba mengintip ke dalam. Melihat Pak Satpam yang berjaga langsung berdiri dan membuka pagar.

"Eh, Neng Mily. Cari siapa, Neng?"

Mily sedikit kaget melihat Pak Narji berada disini. "Pak, Narji kerja disini? sejak kapan?"

"Setahun yang lalu. Waktu rumah ini udah di tempati."

"Oh, gitu." Mily menggaruk kepalanya. Ia baru tahu lagi. "Oh, iya, Pak, Kak Surya nya ada? Aku temen satu sekolahnya, mau jenguk. Katanya dia sakit."

Pak Narji mengangguk. "Ada. Di dalam." Gerbang semakin di buka lebar, "masuk, Neng."

Mily nurut, dan berjalan masuk. Tetapi seketika di bikin kaget saat Pak Narji bersuara lagi.

"Neng Mily pacarnya Mas Surya, ya?"

Mily menganga, lalu detik kemudian ia tersedak saliva nya sendiri. "Pacar?"

Pak Narji mengangguk.

Mily tertawa. "Bukan, Pak. Aku adik kelasnya doang." Wajahnya merona malu. Meski senang di anggap seperti itu tetapi kenyataan, ya, kenyataan.

"Oh, bukan, toh? Kirain Neng Mily pacarnya. Soalnya Mas Surya baru pertama kali ini di datangin langsung sama cewek. Walau sebenarnya banyak cewek, sih, yang pernah bapak liat berdiri di depan rumah, tapi nggak berani masuk. Jadi bapak ngiranya gitu."

Mily tertawa lagi, wajahnya kian merona. "Ah, bapak."

Pak Narji terkekeh. "Yaudah, Neng. Langsung masuk aja."

Mily mengangguk. Setelah berpamitan, ia berjalan menuju pintu rumah yang tertutup rapat. Memperhatikan sebentar halaman dan suasana rumah Surya yang sangat berbanding terbalik dengan rumahnya.

Sebelum memencet bel, Mily mengambil nafas lagi. Jantungnya semakin liar. Ini adalah kunjungan pertamanya ke rumah cowok. Dan cowok itu adalah Surya.

Karena sudah merasa sanggup, Mily memencet bel sekali lalu menunggu. Tidak sampai semenit, pintu terbuka dan langsung di sambut oleh wanita berpenampilan seperti geng sosialita. Mily tiba-tiba berdiri kaku, bisa menebak wanita itu adalah Mama dari Surya.

Belum apa-apa udah di hadapin sama camer.

Mily meneguk ludahnya, canggung luar biasa. Meski tatapan wanita itu hangat, tetapi ia masih belum siap untuk pertemuan ini. Apalagi penampilannya berbanding terbalik dengan Mama Surya yang baru saja tersenyum.

"Hai. Cari siapa?"

Mily menggigit bibir bawahnya. "Cari Kak Surya-Tante? Aku temen sekolahnya. Mau datang menjenguk."

Wanita itu terkekeh. "Temen sekolah apa temen se-percintaan?"

Mily tersedak untuk kedua kalinya. Memandangi wajah wanita itu yang tertawa karena ekspresi Mily yang seketika berubah.

"Cuman Temen sekolah, Tante. Nggak kurang apalagi lebih." Mily berusaha senyum.

Wanita itu memasang wajah sedih. "Yah, sayang banget." Lalu detik kemudian terkekeh pelan. "Yaudah, Yuk masuk." Ajaknya. Lalu tanpa di sangka ia merangkul Mily untuk menuntunnya masuk ke dalam.

"Saya Citra, Mamanya Surya." Wanita berwibawa itu berbicara. "Kamu pasti Mily, kan?"

Mily tersentak, melirik Mama Surya dari samping dengan wajah terkejut. "Tante tau saya? Kok bisa?"

Citra tersenyum ke arah Mily. "Tentu lah tau. Tante sering liat kamu main bola di lapangan kalau tante lagi jalan-jalan disana. Ditambah lagi tahu kalau kamu yang nendang bola ke kepala Surya." Ia berganti menjadi terkekeh. Sedangkan Mily menunduk takut. "Udah, nggak apa-apa kok, itu cuman kecelakaan. Oh, iya, temen kamu yang satu itu kemana? Kok nggak ikut?"

Mily mencoba mencerna ucapan Mama Surya. Wah, keberuntungan macam apa ini? Sudah di kenali camer sebelum memperkenalkan diri.

"Juwita lagi sakit perut, Tante."

"Oh, gitu." Citra mengangguk lalu berbicara lagi. "Kebetulan sekali, ya. Kamu sama Surya satu sekolah."

Mily mengangguk saja. Ia terus tersenyum.

"Yaudah, kamu langsung naik aja di atas. Kamar Surya sebelah kanan." Citra melepaskan rangkulannya.

"Emang nggak apa-apa aku naik?"

"Nggak apa-apa, sih, asal kalian berdua nggak ngapa-ngapain." Citra tersenyum jahil.

Mily merona lagi. Tersenyum lebar lalu pamit naik ke atas. Awalnya tadi ia mengira karakter Mama Surya akan seperti karakter dingin nan jutek seperti di sinetron. Tetapi Mily salah besar, malah Mama Surya mengenalinya dan beliau begitu ramah. Meski wajar jika orang mengenalnya ketika masih berada di wilayah rumahnya, tetapi dengan pengakuan Mama Surya sangat membuatnya kesenangan. Separuh rasa degdegan Mily melayang seketika.

Ketika berdiri di depan pintu kamar Surya, dada Mily kembali bergemuruh. Ia Menggigit kukunya, tiba-tiba merasa takut.

Memandangi pintu putih itu sebentar, Mily menyiapkan diri dulu sebelum mengetuk. Ketika sudah siap, dengan hati-hati ia mengetuk.

Mily diam menunggu. Karena belum di bukakan, ia mencoba mengetuk lagi untuk kedua kakinya.

Masih sama, tidak ada tanda-tanda Surya akan membuka. Hingga Mily memilih memutar knop pintu itu yang ternyata tidak di kunci.

Clek.

Pintu terbuka, Mily mengintip dulu sebelum masuk. Ketika ia sudah berada didalam, ia mendapati kamar Surya yang semua serba biru.

Mily tersenyum melihat kamar Surya yang sangat rapi dan bersih. Bahkan kamarnya sendiri kalah.

Sudah ganteng, murah senyum, baik, terus rapi dan bersih. Jadi, apa yang perlu di pertanyaankan lagi?

Mily tidak berhenti senyum sampai ia berada di samping ranjang Surya yang terlelap di atas sana.

Mily terdiam. Otaknya jadi liar karena melihat wajah polos Surya yang tertidur. Mily berjalan dua langkah untuk semakin dekat. Ingin menyaksikan secara jelas penampakan indah ini.

Mily memperhatikan satu-satu. Wajah lelaki itu sangat mulus tanpa pori-pori yang mencuat. Ia menjadi iri. Karena penampakan wajah Surya sekarang, Mily menjadi kasian dengan Juwita yang tidak ikut menikmati keindahan bersamanya.

Lalu tanpa di sangka Surya yang tadinya tidur tenang tiba-tiba bergerak hingga menyebabkan selimut yang menutupi tubuh bagian bawahnya terbuka. Mily melotot lebar, buru-buru menutup mata dengan keduanya telapak tangannya. Nafasnya jadi memburu. Badannya bergetar. Mily tidak bermaksud melihat sesuatu yang tidak pantas untuk ia lihat.

Mily mencoba ngatur nafas. Jantungnya terasa ingin copot. Matanya sudah tidak suci, sudah ternodai oleh aurat Surya yang tidak sengaja terlihat.

Putih mulus tanpa bulu dan sedikit berotot.

Mily dengan cepat menggeleng-gelengkan kepalanya, mengusir pemandangan paha dan betis Surya tadi. Tetapi sulit, dan bahkan tanpa di sadar ia membuka jemarinya sedikit.

Pemandangan tadi terlihat samar-samar. Menyadari celana apa yang di pakai Surya. Mata Mily melotot lagi.

Boxer Doraemon?

Mily tidak percaya apa yang ia lihat.

Terdiam sebentar, menyakinkan diri dengan apa yang ada dihadapannya. Beberapa detik kemudian, gadis itu malah tersenyum gemas. Justru tidak merasa ilfil.

How cute?

Mily menggeleng lagi. Ia menyingkirkan pemikiran apapun itu. Melihat pergerakan Surya yang seperti kedinginan, Mily berjalan mendekati Surya dengan mata masih tertutup. Ia tidak ingin melihat lagi. Sudah cukup. Jangan ambil kesempatan dalam kesempitan.

Melepaskan tangannya yang tadi menutupi matanya, Mily memilih melihat kebelakang agar tidak bisa melihat. Dengan kepala yang berbeda arah, tangan Mily dengan hati-hati meraih selimut itu dan berusaha menyelimuti Surya. Merasa berhasil, Mily menoleh dan bernafas lega karena bagian bawah lelaki itu sudah tertutup kembali.

Mily tersenyum senang, memilih mempertahankan posisi berdirinya yang sudah menyentuh ranjang. Belum cukup, Mily merundukkan badannya menatap jelas bekas memar di jidat Surya yang belum sepenuhnya menghilang. Perasaan bersalah kembali terasa. Dengan hati-hati, Mily mencoba menyentuh memar itu dan ketika berhasil menyentuh, Surya tiba-tiba bergerak lagi hingga Mily yang belum sempat menghindar langsung terjatuh begitu saja.

Karena Surya merasa tertimpa sesuatu yang berat, ia seketika bangun dan langsung mendapati wajah Mily yang melotot lebar ke arahnya.

******

Sebelumnya gue minta maap buat part2 kemarin yg blm maksimal dan gue nyadar. Gue g menjiwai dan mulai sekarang g akan gitu WKWKWK.

Gue bisa minta saran/kritik ga? Ga usah malu untuk kasi tau ke gue. Kalau berkenan komen disini. Biar gue tau apa yg perlu gue perbaiki dan harus gmna. gue mau dengar komentar kalian wkwkw.

Oh iya btw, ada yg mau minta salam sama Juwita asli? HAHA. Namanya bkn Juwita beneran ya. dan fyi, dia blm tau gue ambil kisah ini. Dia belum baca si tp tau gue bikin wp🗡🗡😠😂

Kalau sama Mily mau minta salam ga? HAHAHAHA.

Oke kalau gitu. gue tunggu kritik/saran dan antusias kalian💏💏

See u di part6 yg akan geli-geli HAHAHA.

OH IYA. MALAM MINGGU NI HAHA. BYE💏

Kecup basah dari aku AsmahAfaaf

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro