Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

32 :: TERLUPAKAN.

HAI SEMUA!! MASIH SEMANGAT BACA KELANJUTAN TETL KANNNN?

Btw, aku mau nanya kalian itu tipe pembaca seperti apasi?

-Baca doang.

-Jarang vote.

-Rajin vote.

-Rajin vote dan komen sebanyak-banyaknya.

Apapun itu, tolong tinggalkan jejak sebelum meninggalkan lapak ini ya beb💏💏💏💏

*

*

🚐🚐🚐

Juwita cemberut, ia memandangi Mily kesal. Sudah beberapa hari ini gadis itu belum juga mempunyai kesempatan untuk mengantarnya ke toko buku. Ketika ia mengajak, tiba-tiba Surya membutuhkan Mily. Lalu ketika ia mengajak lagi, mendadak Mily harus kumpul di fans klubnya itu. Memikirkan semuanya, Juwita berdecak kesal.

"Milyyyyyyyy." Juwita merajuk. Ia menggulingkan badannya di atas kasur Mily.

"Apasi, Ta? Daritadi tadi manggil mulu," kesal Mily. Ia sedang mengoleskan masker pada wajahnya.

"Kita kapan ke toko bukunya? Udah seminggu lho ini," ujar Juwita.

"Iya entar. Gue lagi banyak urusan."

"Entar-entar mulu ah." Juwita cemberut lagi.

"Gue lagi banyak urusan. Beneran dah. Gue harus rajin-rajin kumpul biar bisa cepet keluar. Kan lo sendiri yang nyuruh gue keluar secepatnya. Belum lagi gue harus bagi waktu sama Kak Surya."

"Lo lama-lama kek lupa daratan tau nggak! Kesel ah. Semua aja diurusin, gue dilupain!" Juwita bangkit, ia berjalan mendekati Mily lalu duduk disamping gadis itu. Ia menjatuhkan kepalanya di bahu Mily.

"Apaan sih lo. Gue beneran ini. Kalau lo mau ke toko buku secepatnya, kenapa nggak pergi sama Kak Dito aja?" tanya Mily.

"Maunya gitu. Tapi dia lagi sibuk les sana les sini karena bentar lagi kan anak kelas duabelas ujian sekolah," jawab Juwita. Ia makin merajuk. Tangannya mulai memeluk pinggang Mily. "Kita pergi besok aja gimana? Lo bisa kan?"

"Entar gue liat bisa apa enggak."

"Ih, gitu ya lo sekarang. Biasanya dulu langsung mau aja." Juwita melepaskan pelukannya. "Jangan-jangan lo udah punya temen deket lain ya makanya jalan sama gue jadi susah banget?"

"Apasih, Ta? Lo dari kemarin ngomong gitu mulu. Gue kalau nggak ada urusan pasti bakalan pergi sama lo sekarang, tapi gue bener-bener nggak bisa. Besok pulang sekolah gue harus kumpul lagi, Kak Violin ultah," jelas Mily.

"Yaudah, gue bakal pergi sendirian kalau gitu. Lo urusin aja temen baru lo. Gausah ingat gue lagi." Juwita makin kesal. Ia bangkit lalu keluar dari kamar Mily. Menutup jendela Mily yang dilewati tadi dengan keras, cukup membuat Mily terkejut.

"Gila tuh anak." Mily mengelus dadanya yang berdebar kuat. "Juwita-Juwita, ngambek mulu dah kerjaan lo." Ia menghela napas dan melanjutkan olesan maskernya. Tidak terlalu meladeni Juwita karena Mily yakin besok gadis itu akan membaik sendiri.

🚐🚐🚐

"Coba deh lo liat. Mily makin cantik, ya. Gue masih nggak percaya dia bakal berubah sedrastis itu."

Surya yang baru saja selesai meneguk habis minumannya melirik kesal ke arah Lilo-salah satu anggota basket juga. Mereka semua baru saja selesai latihan tambahan lagi dan kini sedang terduduk santai di lapangan. Ketika semua pandangannya menuju ke arah Mily yang sedang jalan sendiri di koridor, Surya tanpa sadar meremas botol air mineral kosong itu hingga penyok.

"Iya. Padahal dulu dia melebihi kata buluk, eh tiba-tiba bisa berubah kek gitu." Cowok bernama Ciko ikut-ikutan. "Pasti banyak cowok yang dekatin dia tuh."

Melihat Surya yang mulai seperti cacing kepanasan membuat Sofyan terkekeh geli. Ia melempar tatapan mengejek ke arah Surya.

"Mampus lo," bisik Sofyan.

"Apaan sih lo," balas Surya sensi.

"Gue dulu pernah minta nomor telponnya tapi enggak jadi dikasih karena tiba-tiba dia harus pergi." Lilo menyenggol Ciko. "Rencana gue bakal minta nomornya lagi. Lo mau nggak temenin gue nanti?"

"Boleh tuh. Sekalian gue minta juga."

"Lo gausah dah, pacar lo udah ada," kata Lilo.

Ciko cengengesan. "Oh iya, lupa."

"Mending kalian semua nggak usah minta nomor dia," tiba-tiba Surya menyeletuk. "Percuma, dia udah punya pacar."

Lilo menoleh. "Kata siapa?"

"Kata gue barusan," jawab Surya santai.

"Asyik. Gue mulai mencium aroma-aroma peran dunia selanjutnya," ucap Dito yang ada disamping Sofyan. Mereka berdua sedang cekikikan melihat reaksi Surya.

"Alah. Paling itu cuma gosip." Ciko menimpali.

"Bukan gosip, tapi fakta!" ujar Surya sedikit tidak santai.

"Masa? Lo tau dari mana?"

Surya menjadi bingung ingin menjawab apa. "Ya, pokoknya dia udah punya pacar. Lo berdua mending gausah deketin dia. Katanya pacar dia itu galak. Mau lo dihajar sama dia?"

"Masa sih. Nggak percaya gue."

"Yaudah sana lo dekatin kalau berani. Tapi setelahnya jangan harap lo bisa pulang dengan selamat!" Surya makin kesal, dan tanpa sadar sudah melempar tatapan tajam ke arah Ciko dan Lilo. Kedua lelaki itu mendelik ngeri dan tidak berani berbicara lagi.

"Selo, bro, selo." Sofyan masih setia mengejek. "Gausah bakai urat ngomongnya," ucapnya lagi lalu tertawa.

"Begitulah, Yan, Kalau seseorang udah terinfeksi virus bucin. Disenggol dikit langsung ngegas." Dito ikutan tertawa.

"Apaan sih lo berdua." Surya berdecak kesal lalu mengambil asal minuman Sofyan dan meneguknya hingga habis. Tiba-tiba saja tenggorokannya kering serta badannya seperti terbakar oleh sesuatu.

Melirik tajam sekali lagi ke arah Ciko dan Lilo, kemudian menghela napas, kedua lelaki itu cukup menguras emosinya. Sedangkan sebagian temannya yang tahu hubungan Surya dan Mily hanya bisa tertawa geli. Lelaki itu benar-benar sensitif jika berurusan dengan Mily.

🚐

"Ini makan." Mily menyodorkan roti dan susu kotak ke arah Juwita yang setia menekuk wajahnya. "Lo udah gede, masa ngambek mulu kerjaanya. Nggak malu lo sama umur?"

"Apasi," balas Juwita cemberut.

"Udah, lo makan cepet," paksa Mily. Ia membuka bungkus roti itu lalu memberikannya pada Juwita. "Makan ih. Lo belum makan apa-apa daritadi. Gue nggak mau lo sakit, ngerepotin."

Dengan terpaksa Juwita mengambil itu dan memakannya kesal.

Mily terkekeh, ia duduk di samping Juwita. "Habisin. Entar pulang dari rumah Violin gue temenin ke toko buku. Gausah ngambek lagi, entar muka lo makin jelek."

"Beneran?" tanya Juwita dengan mata berbinar.

"Iya beneran."

Juwita menjadi tersenyum lebar lalu memakan lahap makanannya. "Beneran ya? Awas nggak jadi lagi."

"Iya. Entar lo duluan aja berangkatnya. Tungguin gue jam empat di cafe dekat rumah Violin. Biar kita bisa langsung pergi. Lo tau kan tempatnya?"

"Tau." Juwita mengangguk semangat.

🚐

Bel pulang sudah berbunyi, kini Surya sudah menunggu di dalam mobilnya. Ia melihat ke sana kemari mencari Mily, tetapi gadis itu belum muncul-muncul juga.

Saat ia berniat menghubungi Mily, tetapi tiba-tiba ia melihat gadis itu sedang berjalan keluar dari gerbang bersama seorang lelaki lain. Surya menyipitkan mata, mencoba memperjelas penglihatannya.

Ketika lelaki itu pergi, Surya keluar dari mobil. Berjalan cepat mendekati Mily yang sedang melambaikan tangan. "Siapa?" tanyanya langsung.

"Ih, Kak Surya bikin kaget aja," ucap Mily terkejut.

"Siapa?" tanya Surya lagi.

Menyadari raut wajah Surya berubah, Mily cepat-cepat meraih tangan lelaki itu menuju mobil, tetapi tangannya ditarik balik.

"Kamu belum jawab pertanyaan aku. Dia siapa?"

"Dia Beni. Temen kelas aku," jawab Mily.

"Teman kelas?" tanyanya lagi. "Beneran?"

Mily mengangguk cepat. "Iya beneran."

"Terus kenapa kamu sama dia jalan bareng keluarnya? Emang temen kelas harus gitu ya?"

"Ih, Kak Surya kenapa sih?" tanya Mily heran. Ia menarik tangan Surya lagi untuk masuk ke dalam mobil, dan lelaki itu menurut. Untung saja sekolah sudah sepi, jadi ia tidak perlu takut ketahuan.

"Kak Surya kenapa sih? Kok mukanya gitu?" Mily kembali bertanya ketika Surya sudah menghidupkan mesin mobilnya dan berjalan meninggalkan sekolah.

"Aku nggak suka liat kamu jalan berdampingan sama dia," jelas Surya terang-terangan.

"Iya. Tapi kan kita nggak ada apa-apa."

"Emang nggak ada apa-apa. Tapi siapa tau temen kamu itu suka sama kamu."

"Enggaklah. Kan kita temen kelas. Beni cuma anggap aku temen doang."

"Tau dari mana kamu kalau dia cuma anggap kamu teman? Aku bisa liat dia nggak anggap kamu temen doang."

"Kok gitu? Emang mata Kak Surya itu mata ajaib jadi bisa liat gituan? Kak Surya nggak usah ngomong aneh-aneh deh." Mily mulai kesal.

"Aku ngga nggak ngomong aneh-aneh."

"Kak Surya ngomongnya ngaco. Udah ah, nggak usah ngomongin itu lagi."

"Kenapa emang? Kamu takut ketahuan kalau kamu itu senang aja disukain sama banyak cowok?"

Mily menoleh sepenuhnya. "Kok Kak Surya ngomong gitu?" tanyanya tidak percaya. Matanya mulai berkaca-kaca karena terlalu kesal. Entah apa yang merasuki Surya hingga berbicara keterlaluan seperti itu.

Surya meremas rambutnya stres. Ia menghela napas, berusaha menetralkan rasa kesalnya. Ketika mendapati lampu merah, Surya menghentikan mobilnya. Ia melirik Mily yang berpaling, lalu menjulurkan tangan menggenggam tangan gadis itu. Merasakan Surya meraih tangannya, Mily menoleh. Menatap Surya yang menatapnya juga dengan penuh penyesalan.

"Maafin aku," ucap Surya pelan.

Mily tidak berbicara, masih kesal dengan ucapan lelaki itu.

"Maafin aku. Aku lagi banyak pikiran, makanya nggak bisa ngontrol emosi. Maafin aku udah lampiaskan ke kamu semuanya. Aku cuma takut kalau kamu diambil sama orang lain. Makanya aku kesel banget liat kamu jalan sama dia. Maafin aku, aku nggak bermaksud," jelas Surya menyesal.

Mily mengangguk paham. "Iya nggak apa-apa. Aku ngerti."

Menarik Mily sejenak ke dalam pelukannya. "Besok temanin aku belajar ya. Ujian sekolah bentar lagi."

"Ga mau. Entar Kak Surya malah nggak belajar seperti kemarin," tolak Mily langsung.

"Tau aja ih," Lelaki itu terkekeh. la melepaskan pelukannya lalu kembali menjalankan mobilnya.

"Tau lah. Kak Surya belajar yang bener ya. Awas nggak lulus."

"Ih, ngomongnya," sebal Surya. "Pasti lulus lah. karena kalau nggak lulus terus cara aku nikahin kamu gimana? Entar aku nggak dapat restu lagi."

"Ngomong apasi?" Mily kesal lagi bercampur malu. Ia menutup telinga, "aku lagi merem jadi nggak denger, aku nggak denger."

Surya tertawa, ia mendekati tubuhnya ke Mily. "Masa nggak denger?"

"Iya nggak denger!"

"Masa? Yaudah kalau kamu nggak denger." Surya makin jahil, bibirnya mengarah pada telinga Mily. "I love you," bisiknya penuh perasaan.

🚐🚐🚐

Ini pertama kalinya Mily menghadiri perayaan ulang tahun teman sekolahnya. Biasanya ia hanya menghadiri perayaan ulang tahun anak-anak para tetangga komplek bersama Juwita. Dan ini pertama kali juga ia membawa hadiah, dulu saat ada acara seperti ini Mily dan Juwita selalu datang dengan tangan kosong serta perut lapar. Mereka hadir hanya untuk numpang makan, kemudian meramaikan suasana sesaat, lalu pulang.

Mily mengedarkan pandangannya, memperhatikan temen-temen barunya yang sedang berkumpul. Sore ini rumah Violin sudah ramai walau puncak acara di malam hari nanti. Violin duluan merayakan bersama temen-temen komunitasnya dengan mengajak mereka semua makan-makan, lalu dilanjutkan party besar-besaran. Mily terpaksa hadir hari ini karena ia sudah berniat tidak akan gabung lagi di acara malam hari.

Melirik jam tangannya, sebentar lagi ia harus pergi menemui Juwita. Mily duduk di tengah-tengah. Ia hanya diam menyimak pembicaraan. Sebenarnya bergabung di komunitas ini ada bagusnya juga, ia jadi punya teman banyak, dan untungnya tidak memiliki sifat seperti Violin.

"Lo kenapa diam aja, Mil?" tanya Debi.

"Ah, enggak apa-apa, Kak," jawab Mily.

"Nanti malam lo datang kan?"

"Enggak deh kayaknya, Kak. Makanya aku hadir sekarang. Nanti malam aku ada urusan."

"Yah, kok gitu. Nggak asik banget, ah."

Mily tersenyum. "Mungkin lain kali aja, Kak."

"Yaudah kalau gitu." Debi mengangguk paham.

Mily diam lagi, makanannya yang disiapkan sudah tidak disentuh. Untuk kesekian kalinya ia melirik jam tangan, sudah lewat jam empat dan Juwita sudah pasti menunggu. Ia memberanikan diri untuk bangkit dari duduknya.

"Kak, aku pamit duluan bisa nggak?"

"Mau kemana? Acara gue belum selesai lho ini?" tanya Violin langsung.

"Aku ada urusan, Kak. Harus pulang secepatnya," jawab Mily.

"Nggak usah buru-buru kali, Mil." Sonya menyeletuk. "Lo tinggal bentaran lagi deh."

Mily menggaruk kepalanya bingung. "Aku beneran ada urusan Kak. Jadi harus pergi sekarang."

"Urusan apaan?" tanya Violin lagi. "Emang lo ada urusan apaan lagi?"

Baru mau Mily menjawab Violin berbicara lagi. "Udah, lo pulang entar aja. Diluar lagi hujan tuh. Emang lo mau jatuh sakit karena kehujanan?"

Mily menoleh ke arah jendela. Ia baru sadar jika sore ini sedang hujan. Ia berpikir sesaat, lalu perlahan ia mengangguk setuju, ia yakin jika Juwita tidak datang juga. "yaudah, Kak."

Violin tersenyum kemenangan melihat itu.

🚐

Sementara Juwita kini terduduk gelisah ditempatnya. Sudah hampir setengah jam ia berada di cafe yang Mily perintahkan. Ia memang datang lebih cepat, dan kini jam empat sudah lewat tetapi Mily belum datang-datang juga.

"Ah, Mily lama banget sih." Juwita bergerutu.

Juwita melihat-lihat keluar, mencoba mencari keberadaan Mily yang mungkin sudah datang. Ketika tidak menemukan apa-apa, ia cemberut.

"Awas ya lo, Mil, kalau nggak jadi!"

Menghela napasnya, Juwita sudah lelah menunggu. Melirik jam tangan kecilnya kemudian berdecak. Mily sudah terlambat lebih dari sejam.

Gadis itu memilih beranjak, keluar dari cafe itu setelah selesai membayar minumannya. Berdiri tegak di depan Cafe sambil memeluk dirinya sendiri, hujan makin deras hingga jalan raya tampak dipenuhi kabut.

"Mily ah. Tega banget nyuruh gue nunggu lama. Dia sekarang di mana coba?" ucapnya sendiri sambil menahan dingin.

"Atau gue ke rumah Violin aja?" Juwita berpikir. "Enggak ah. Mending gue tungguin Mily, dia pasti dateng."

Juwita tidak bergerak, memilih menunggu Mily lagi. Gadis itu pasti datang, ia yakin. Mungkin Mily sedang diperjalanan menuju cafe.

Gadis itu terus menunggu dengan setia. Meski detik demi detik berlalu, dan menit demi menit berlalu, Juwita tetap yakin pada keyakinanya. Mily tidak mungkin sejahat itu hingga melupakan janjinya hari ini.

"Ish! Kok lama?" Setelah diam lama menunggu, Juwita makin hilang kesabaran. Melirik jam tangannya lagi dan sudah hampir setengah enam, hujan pun mereda. Juwita mengambil napas dalam, lalu dihembuskan kasar. Perlahan rasa kesalnya berubah menjadi kecewa. Untuk pertama kalinya Mily membiarkannya seperti ini. Untuk pertama kalinya Mily melupakannya.

"Lo kalau nggak mau temenin gue mending bilang nggak mau!" Terlalu merasa kesal dan kecewa, mata Juwita tanpa diperintahkan mulai berkaca-kaca. Dadanya agak sesak, sudah menunggu lama tetapi Mily tidak muncul- muncul. Juwita merasa bodoh karena sudah mengharapkan gadis itu tetapi malah membuatnya kecewa.

"Awas lo Mily," ucapnya lagi lalu memperbaiki posisi tas selempangnya. Berniat pergi dari cafe karena langit sudah semakin gelap.

Mily benar-benar tidak datang, padahal Juwita sudah sangat mengharapkan kedatangan gadis itu. Ia sudah sangat senang karena akhirnya Mily mengiyakan ajakannya selama seminggu lebih ia menanti, tetapi Mily tidak menepati omongannya. Juwita mengambil napas dalam-dalam lalu dihembuskan pelan. Kemudian ia menjulurkan tangan menghapus ujung matanya yang berair.

Menghela napas kecewa, Juwita melangkah pergi. Tetapi baru selangkah ia mendadak berhenti. Gadis itu menyipitkan mata, mencoba memperjelas penglihatannya. Dari jauh ia bisa melihat punggung belakang seseorang yang sangat ia kenali sedang berlari mendekati mobilnya bersama seorang gadis yang Juwita tidak kenali.

Juwita mengambil langkah agar matanya benar-benar jelas melihat, tetapi tiba-tiba sebuah mobil besar menghalangi. Juwita berdecak kesal sambil menunggu mobil itu berlalu. Dan saat berlalu, seseorang yang ia lihat itu sudah menghilang.

Andai mobil besar tadi adalah manusia, Juwita akan mengejarnya dan mengatainya habis-habisan.

"Kampret!" umpat juwita. Kemudian berjalan pergi sambil menggaruk kepalanya.

Tadi Juwita mengenali orang itu, tetapi ia juga tidak bisa langsung memutuskan. Dalam hati ia berharap, semoga saja penglihatannya salah.

"Masa sih itu tadi Kak Surya?" guman Juwita pelan. "Ah, pasti gue salah liat."

🚐🚐🚐🚐🚐


Hmmm. Jadi kita sad ending aja kan?🙈🙈 oke?🙈🙈🙈

Mulai dari part ini, part selanjutnya udah memasuki kawasan warning ya beb🙈🙈

Coba kasih tau alasan kalian kenapa mau sad ending aja atau mau happy ending aja?

Jangan lupa vote, komen banyak2 dan share ke temen2 kalian ya beb💏 komen kemarin adalah komen tersepi yg pernh ada😂😥

Dan lupa follow ig khusus tentang ceritaku ya, @astories.e dan ig pribadiku @as.aff_ 💏 ayo kita berteman di media sosial lain💏💏

Dan iya, sambil menunggu Tetl post dihari senin, follow wp ku aja ada cerita lainku disana, jangan lupa dibaca juga AsmahAfaaf 💏

Oke, geng sampai ketemu lagi dihari senin. Hari ini aku telat bgt wkwk. Soli💏

Paypay.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro