Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

26 :: UPACARA PERPISAHAN.

ASSALAMUALAIKUM SAYANG! YUHU AKU KAMBEK LAGI😢😢 TERIMA KASIH ATAS DOANYA DAN ALHAMDULILLAH AKU LOLOS😢😢💑💑

Ayo kita tumpengan di mimpi masing-masing Wkwk.

Untuk memeriahkan kelolosan ini ayo jebolin lagi bacotnya💏 aku sayang kalian (terpaksa krn jomblo HAHA)💏💏

***

Rindu; suatu perasaan yang rumit. Sulit dipahami apa maunya. Dan hanya bisa datang tanpa mempertanggung jawabkan ulahnya.

***

🚐🚐🚐


Melihat bus yang sudah terparkir rapi di depan sekolah membuat awal pagi Mily langsung menjadi tidak bersemangat. Dengan wajah ditekuk ia memandangi lapangan basket dimana Surya sedang berlarian bersama timnya untuk melakukan persiapan sekaligus sedikit latihan sebelum berangkat ke lampung, tempat Surya akan bertanding. Mily cemberut seketika mengingat jika ia akan berpisah dengan lelaki itu. Padahal Mily baru saja berdekatan dengan Surya lagi, tetapi hari ini lelaki itu harus pergi dan meninggalkannya sejenak. Meski hanya empat hari, tetapi ketika cinta sedang mekar-mekarnya maka hal itu akan terasa berabad-abad.

"Yaelah, bucin." Juwita mencibir.

Mily mendelik kesal karena Juwita dari tadi terus mengatainya. Gadis itu tidak tahu saja bahwa betapa beratnya perasaan jika harus menjalani hari-hari tanpa kehadiran seseorang yang ada di hati.

"Apaan, sih, lo. Nggak usah komentar mulu. Urusin aja tuh Kak Dito," ucap Mily terus memandangi Surya yang sudah selesai latihan. Lelaki itu terduduk di pinggir lapangan.

Juwita mendadak tersenyum sendiri. "Akhirnya, Mil. Ada yang suka sama gue! Hihihi." Gadis itu terkikik-kikik kesenangan.

"Sayang banget, padahal gue berharap lo sama Sofyan."

"Apaan! Nggak mungkin lah! Sofyan itu bukan tipe gue. Bisa-bisa kalau gue pacaran sama dia malah kita berantem mulu. Makan hati mulu gue tiap hari." Emosi Juwita tersulut. "Kemarin aja, nih, waktu Kak Surya jengukin bokap gue sekalian mau jelasin semuanya ke gue, tuh cowok ngikut juga, kan, terus kita berantem lagi karena dia ngatain gue perebut gebetan temen sendiri, sampai-sampai satpam datang ngusir kita saking bacotnya tuh anak."

"Kak Sofyan baik tau sebenarnya. Cuma cara dia mengungkapkan sesuatu emang selalu mancing esmosi," tutur Mily. Matanya tidak berhenti memandangi Surya yang kini sudah berjalan meninggalkan lapangan. Tetapi sebelum benar-benar pergi lelaki itu menoleh sebentar ke arahnya lalu dengan percaya diri mengedipkan mata. Kemudian menghilang dari pandangan Mily yang perasaannya sudah ambyar berantakan.

"Udah, ah, kenapa malah bahas dia," ucap Juwita tidak tahan.

Mily berdeham, berusaha menata kembali perasaannya. "Jadi lo beneran mau coba pedekate sama Kak Dito?"

Juwita mengangguk. "Iyalah. Kenapa enggak? Kak Dito baik, dia yang anterin gue ke rumah sakit waktu itu. Huhuhu, calon mantu idaman bokap gue bener, dah."

"Tapi gantengan Kak Sofyan." Mily menimpali.

"Yaudah, lo aja sana sama Kak Sofyan kalau gitu," balas Juwita tidak santai.

"Lah, ngapain? Kalau gue sama Kak Sofyan nanti nasib Kak Surya gimana?"

"Gampang. Tinggal oper ke gue." Juwita tertawa karena ekspresi Mily langsung berubah.

"Langkahi mayat gue dulu kalau begitu!" jawab Mily sangat tidak santai. Ia tidak memperdulikan Juwita lagi yang tergelak, gadis itu menunduk melihat ponselnya yang bergetar.

Kak Surya💋
•Mil?
•Guru lo udah datang apa belum?

Belum Kak•√√
Aku kayaknya bakal free sampai istirahat•√√


Kak Surya💋
•Yaudah. Lo samperin gue ya sekarang di halaman belakang sekolah.
•Gue mau ngomong.

Ngomong apa?•√√


Kak Surya💋
•Ngomongin masalah hati.

Ih serius!•√√


Kak Surya💋
•Iya-iya, nanti gue seriusin lo kalau udah tamat kuliah kok.

Ish Kak Surya!😠•√√


Kak Surya💋
•Kok emotnya marah? Oh tau, nggak mau selesai kuliah ya? mau cepet-cepet? Yauda, entar gue abis tamat SMA aja kalau begitu.

Nyebelin ih😾•√√

Kak Surya💋

•√√

Kak Surya💋

Ih😂 Nggak elit banget ummahnya. Bikin geli😂•√√


Kak Surya💋
•Yaudah sini kalau mau ummah yang elit dan nggak bikin geli tapi malah bikin kecanduan.

Karena sudah tidak tahan dengan balasan asalan Surya, Mily sudah mengunci ponselnya tidak ingin menerima lagi kata-kata berdampak dahsyat dari lelaki itu. Jantungnya seperti ingin copot seketika. Bagaimana bisa Surya mengirim pesan seperti itu dengan santai saja? Lelaki itu benar-benar ingin membuatnya diagnosa penyakit jantung sungguhan. Karena kini dadanya mulai berdenyut tidak normal. Sangat kencang tetapi entah mengapa justru nikmat rasanya. Mily tersenyum gemas, tanpa sadar menggigit bibir bawahnya kuat saking inginnya ia berteriak tetapi tidak siap masuk koran tiba-tiba karena suaranya yang menggelegar mampu melumpuhkan pendengaran siapapun.

"Lo kenapa? Lagi nahan boker? Ke toilet lo sana. Kebiasaan banget lo nahan nungguin dia sampai di ujung tanduk baru ke toilet." Setelah sekian lama yang tidak pernah Mily harapkan, pertanyaan Juwita yang langsung membuatnya kembali jatuh dari langit ke tujuh.

***

"Bibir lo kenapa? Kok berdarah?" Mily mendadak tersentak ketika Surya maju dan menyentuh bibirnya yang tadi jadi korban kekerasan. Lelaki itu mengusap darah yang masih mengalir keluar membuat Mily meringis pelan. Surya mendesah khawatir lalu mengambil sapu tangannya.

"Bagaimana bisa gue pergi kalau lo lagi terluka seperti sekarang?" Dengan pelan-pelan Surya mengobati bibir Mily.

"Aku nggak apa-apa, Kak." Mily mengelak, menjauh dari Surya sedikit karena jarak wajah lelaki itu sangat dekat dengannya.

"Nggak apa-apa gimana kalau lo terluka? Walau lo emang ngaku nggak apa-apa tapi guenya yang kenapa-kenapa kalau liat lo seperti ini." Mendengar ucapan Surya yang bernada tidak biasa membuat gadis di hadapannya menunduk.

Surya menarik dagu Mily agar mendongak, menyuruh gadis itu menatapnya. "Gue bakal jauh dari lo, Mil. Walau cuma empat hari tapi itu akan terasa lama buat gue. Gue nggak bisa jagain lo dari dekat untuk sementara waktu, jadi gue mohon lo jangan bandel dan bikin gue khawatir terus. Oke?"

Mily mengangguk patuh. Matanya tidak bisa ditahan lagi untuk tidak berkaca-kaca. Merasa bersalah karena sudah membuat Surya khawatir, merasa sakit pada bibirnya yang terasa berdenyut nyeri, dan terakhir merasa sedih karena Surya akan berpisah dengannya untuk empat hari kedepan.

Lelaki itu tersenyum geli karena Mily terlihat seperti anak kecil sekarang. Karena jam berangkatnya ke bandara sudah dekat, Surya pun tidak ingin membuang-buang waktu lagi dan langsung memberikan pelukan erat. Mendekap Mily yang sudah terisak kecil. Baru saja gadis itu berbaikan dengan Surya, baru ingin menikmati hari-hari indah lagi tetapi harus tertunda karena pertandingan basket Nasional ini. Surya dan timnya berhasil menjadi perwakilan Jakarta Barat dalam pertandingan basket yang diadakan jauh dari tempat tinggalnya.

"Nggak usah sedih. Gue bakal setia, kok. Walau katanya cewek lampung itu cantik-cantik. Tapi secantik-cantiknya mereka kalau hati gue cuma ngarah ke lo doang, ya, mereka tetap nggak ada apa-apanya," kata Surya jahil lagi, memancing Mily agar berhenti menangis.

"Ngeselin!" Hanya itu yang bisa Mily ucapkan.

"Tapi lo suka, kan?" Surya semakin menjadi. Mily tidak menjawab lagi malah mulai histeris. Mendengar itu Surya sama sekali tidak kaget, ia sudah tahu segalanya tentang Mily.

Surya tertawa, kemudian mengeratkan pelukannya, menghirup wangi rambut Mily dalam-dalam. "Mily, gue bakal rindu sama lo. Jangan dekat-dekat sama cowok lain, ya? Kalau ada yang deketin lo kasih tau gue. Oke?" katanya tersenyum karena Mily mengangguk.

"Aku juga bakal rindu sama Kak Surya," balas Mily.

"Nggak usah. Lo diem aja. Biar gue sendiri yang disiksa oleh rindu," bantah Surya langsung. "Rindu itu nggak enak, Mily."

"Kalau enggak enak kenapa Kak Surya mau rinduin aku?"

"Walau rindu itu nggak enak, tapi kalau rindu ini gara-gara lo gue sama sekali nggak keberatan harus tersiksa. Malah gue bakal menikmatinya. Gue bakal jadi penikmat rindu yang baik untuk lo."

Mily mengangguk paham untuk kesekian kalinya. Surya mengusap rambut panjang gadis itu, tetapi Mily tiba-tiba saja berbicara. "Oh iya, Kak Surya tadi mau ngomongin apa?"

"Tadi gue udah bilang sebagian," jawab Surya.

"Terus sebagiannya lagi apa?"

Surya memperbaiki pelukannya. Ia meresapi dalam-dalam dahulu pelukan hangat ini lalu kembali berbicara. "Mily...."

"Iya, Kak?"

"Gue cuma mau bilang ke lo. Untuk ketiga kalinya, dan masih dengan perasaan yang penuh seperti biasa. Gue mau negasin ke lo lagi, kalau lo itu milik gue. Cuma milik gue. Dan nggak akan gue biarkan lo diambil sama cowok lain. Lo ngerti, kan? Kalau Lo itu milik Surya seorang?"

🚐🚐🚐


Surya dari tadi sudah turun dari bus sekolah, dan kini sedang berjalan menuju pesawat bersama timnya. Sejenak ia menatap sekeliling, lalu mengambil napas dalam-dalam. Walau hanya empat hari tetapi hatinya sangat berat untuk pergi.

"Herman gue sama anak jaman sekarang. Bucinnya keterlaluan." Sofyan menggelengkan kepalanya tidak habis pikir. Lelaki itu mencibir sambil merangkul bahu Surya.

"Sofyan berani ngomong gitu karena dia nggak punya doi." Dito menimpali membuat Sofyan berdecak. Lelaki itu tidak menjawab hanya melemparkan tatapan sinis.

Dito terkekeh. "Santai aja kali, Ya. Lo juga bakal ketemu Mily lagi. Lagian kepergian lo, kan, untuk mengharumkan nama sekolah. Kalau lo lemes gitu bisa-bisa kita kalah dan malah nggak bawa pulang piala. Sekarang tuh kita udah mulai beranjak ke Nasional. Dikit lagi bisa jadi tim klub basket terbesar di negara kita."

Surya mengangguk, ia sedikit tersenyum. Dito benar, dan ia juga sudah berjanji pada Mily jika akan membawakan gadis itu piala kejuaraan. Surya tidak boleh mengecewakan sekolah, dirinya, Mamanya, temannya, dan tentu juga dengan gadisnya.

Dito menepuk bahu Surya sebagai kode agar lelaki itu segera mengikuti Sofyan yang sudah naik ke atas pesawat. Surya mengangguk dan ikut naik, seketika melihat Sofyan yang berjalan riang mencari tempat duduknya.

Ketika Sofyan sudah menemukan berarti Surya dan Dito tidak perlu pusing mencari. Ketiga lelaki itu sudah duduk di tempat masing-masing begitupun dengan rekan timnya yang lain. Menunggu sesaat mendengarkan instruksi dan sebagainya, lalu pesawat mulai lepas landas membuat Surya refleks meremas sedikit jok sebelah kursinya. Walau Surya sudah banyak kali menaiki pesawat tetapi ia selalu merasa takut.

Surya menghela napas lega saat pesawat sudah mendapatkan ketinggian terbaiknya. Sofyan yang di sampingnya tertawa pelan sambil menyikut Dito. "Kasian anak Mama, naik pesawat aja masih takut," ejeknya dengan tawa garing membuat Dito ikut tertawa.

Surya menoleh, "Lo mau gelut di atas pesawat nggak?"

Sofyan dan Dito menahan tawa yang ingin meledak lagi, karena jika tidak Surya bisa saja menendang mereka keluar dari pesawat. Lelaki itu tidak menggubris, ia menatap ponselnya yang sudah di nonaktifkan setelah mengabari Mily. Surya tersenyum mengingat gadis itu.

Berbicara soal Mily, Surya menjadi mengingat sesuatu. Tangannya langsung merogoh kantong celananya, mengambil selembar surat. Surya terkekeh ketika kelakuan lucu Mily terlintas di otaknya. Sebelum lelaki itu naik bus Mily tiba-tiba datang sambil berlari mengampirinya. Dengan napas ngos-ngosannya gadis itu berbicara sambil menyondorkan surat ini.

"Nanti dibaca di pesawat, ya."

Surya menyerit, "ini apa?"

"Ada deh. Baca aja nanti. Tapi bacanya di atas pesawat aja, awas kalau enggak, ya."

Setelah mengingat kembali kejadian tadi Surya dengan perasaan menggebu-gebu membuka surat Mily.

Untuk Kak Surya yang ganteng dan aku yang cantik.

Surya terkekeh geli membaca awal kata membuka yang Mily tulis. Matanya menurun membaca isi surat itu.

Hai, Kak Surya. Ehehe.
Iya tau aku sok-sokan banget nulis ginian. Tapi aku mau nyoba aja biar kek film yang pernah aku nonton. Wkwk. Aku cuman mau bilang, jaga kesehatan di sana. Jaga ibadahnya. Jaga pola makannya jangan sampai telat. Jangan tidur malam-malam, ya, Kak. Tetap semangat untuk besok lombanya!  Oh, iya, jangan lupa ngabarin Tante Citra dan aku juga, ehehe.

Kak Surya aku tau kita cuman pisah beberapa hari doang. Tapi kok rasanya semenit aja udah terasa sehari ya?  Ehehehe.

Kak Surya, aku mau jujur, aku udah langgar omongan Kakak tadi. Aku keras kepala, mau nggak ikut jadi penikmat rindu juga tapi aku nggak bisa nahan.  Maaf:(

Ternyata rindu itu tidak mengenal waktu dan tempat, nulis ini aja aku udah rindu.  Ehehe. Berani aku ngomong gini karna Kak Surya jauh:D

Yaudah, cukup sampai disini aja surat dari aku. Cepet kembali, ya, Kak, penawar rindu yang tadi aku bikin diam-diam akan segera habis masanya, jangan pulang kalau itu udah mau kadaluarsa. Oke? Ehehehe.

Oke, Kak, sampai ketemu lagi:*

Salam manis, dari aku yang jodohnya (S)i Dia.

Selesai membaca itu Surya tanpa sadar tersenyum lebar, sangat lebar hingga matanya menyipit. Melipat surat itu kembali lalu menyandarkan tubuhnya sambil memeluk surat Mily. Gadis benar-benar telah menguasai hatinya sejak beberapa saat yang lalu. Mily sangat lihai mengaduk-ngaduk perasaannya hingga sekarang Surya merasakan beberapa hal-hal yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Hanya dengan surat ini jantungnya sudah tidak bisa santai di dalam sana. Terus menggebu-gebu merasakan kebahagiaan. Mily benar, ternyata rindu itu tidak mengenal waktu dan tempat, bahkan sekarang Surya mulai merindu sejak awal melihat tulisan gadis itu. Ia mulai menutup mata, mencoba memperagakan penawar rindunya sendiri yang diambil dari menatap wajah gadis itu lama dan memeluknya. Ia berharap rasa menyiksa itu akan memudar tetapi belum beberapa menit ia sudah berdecak pelan.

"Kayaknya, gue bakal gagal jadi penikmat rindu yang baik...."

*****

SATU KATA UNTUK PART INI LAGI DONG!!!💑💑

KASIH AKU KATA2 CINTA JUGA DONG (jomblo butuh asupan juga)💑💑

TERIMAH KASIH UNTUK ANTUSIAS BACOTNYA YA💑 AKU SAYANG KALIAN DAN GA MAU PISAH WALAU SEJENAK):

Doain aku bisa tamatin TETL dengan baik dan tanpa harus di eliminasi dulu💑😢

Akan kusuguhkan alur gula gula campur luka luka luka untuk kalian. Tunggu saja💑

Sekarang aku jadi baik dulu, entar aku jaat kok, tenang💏

Follow ig mereka juga ya, Suryanugrh_ & we.are.mj_ & emak tercantiq as.aff_ 💏💏

I lop u. I lop u too ga ni?

See u di hari selasa💑💑 Salam aqu yg sedang senang tp entr bakal degdegan lagi😢💏💏 AsmahAfaaf 💑💑

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro