Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

14 :: SELECTION OF THE PRETTIEST GROUP (1).

Sebelum lo baca lo di wajibkan kasih pertanyaan seperti gambar diatas. Nanti gue disitu dan detik itu juga. HAHAHA.

***

Tidak di sangka Qoutes kosong lagi.

***

🚐🚐🚐

Mily dan Juwita tidak tahu banyak tentang apa itu Selection of the prettiest group. Hanya mengetahui secara samar jika hal ini sudah lama ada dan cuman di adakan dua tahun sekali di setiap perayaan ulang tahun sekolah. Mereka berdua pernah mendengar jika ada makna di balik event ini. Tetapi, Mily dan Juwita tidak tahu persis sebab tidak ingin mencari tahu lebih dalam lagi. Meski begitu, setidaknya mereka sebagai murid punya sedikit pengetahuan tentang story sekolah ini.

Dan sekarang, entah takdir apa yang sudah di tuliskan, hingga Mily dan Juwita benar-benar melangkah sejauh ini.

Siang tadi sudah berubah menjadi sore dan tidak terasa sudah berganti menjadi malam. Mily dan Juwita kini berada di dalam mobil Mbak Dona. Setelah aksi penculikan yang membuat Mily dan Juwita terus cemberut tetapi tentu senang karena mereka benar-benar jadi mengikuti event ini, kedua gadis itu sudah menuju sekolah. Tidak pernah tenang di tempat, Mily dan Juwita terus gelisah sambil sesekali bergerutu.

"Mbak Dona nggak punya baju yang lain gitu? Harus banget aku pake baju yang keteknya ter-umbar-umbar?" Mily duluan protes.

"Masih mending lo, Mil. Lah, gue? Ngumbar-ngumbar keteposan," kata Juwita kesal. Sesekali menarik-narik gaunnya ke atas.

"Ckckck. Kalian berdua ini kampungan banget, deh." Mbak Dona menggeleng-gelengkan kepalanya. "Itu, tuh, namanya style jaman now."

Mily dan Juwita kompak berdecak malas lagi.

Mbak Dona terkekeh melihat itu. Melirik sekilas ke arah Mily dan Juwita yang terduduk di belakang. Kedua gadis itu belum terbiasa dengan pakaian mereka. Ia mengakui, kembang-kembang desanya itu yang selalu ia temui di lapangan kompleks saat sore hari ternyata bisa cantik juga. Meski sebenarnya, kedua gadis itu sudah cantik dari dulu tetapi tertutupi dengan kelakuannya.

Tersenyum lebar dengan usaha nya malam ini. Mbak Dona menancap gas lagi hingga mobilnya melaju lebih cepat.

***

Suasana sekolah malam ini sangat ramai. Tentu sebagian besar semua murid datang untuk menghadiri pesta perayaan sekaligus event yang di adakan bersamaan di malam ini. Mily dan Juwita yang masih berada di dalam mobil takut-takut keluar. Mereka bisa melihat banyak orang berdatangan dan langsung masuk kedalam aula sekolah, tempat acara di laksanakan.

Mily dan Juwita saling pandang, tangan mereka meremas gaun masing-masing. Bagaimana bisa mereka turun dengan baju yang bisa membuat mereka masuk angin?

"Kenapa nggak turun?" Mbak Dona berbicara. Menoleh ke belakang sebentar lalu turun duluan yang mau tidak mau Mily dan Juwita ikut turun.

Satu yang Mily dan Juwita rasakan saat pertama kali menginjakkan kaki di tanah, terasa ingin tersungkur jatuh ke bawah. Mereka berdua mencoba berdiri tegak tetapi malah seperti bayi yang baru belajar meluruskan kaki. Sontak, Mily dan Juwita saling berpegang.

Mbak Dona berdecak pelan. "Kalian, kan, udah gue ajarin cara pake high heels? tegakin kakinya!"

Mily ikut berdecak. "Kenapa ngga pake sepatu aja, sih, Mbak?"

"Iya. Atau kenapa nggak pake sandal aja sekalian?" Juwita ikut-ikutan.

"Nggak bisa lah! Masa baju udah cantik-cantik malah pake sepatu apalagi sandal! Malu-maluin!"

Mbak Dona mendesah lelah. Ia maju mendekati Mily dan Juwita. "Udah sana masuk. Jangan macem-macem! Jangan di pegangin mulu bulu matanya!!!" ucapan Mbak Dona mengagetkan kedua gadis itu yang daritadi tidak nyaman dengan benda berbulu lebat yang harus tertempel di mata mereka.

"Berat, Mbak. Aku sampai ngantuk." Mily terus mengeluh.

"Aku aja udah sempat tidur gara-gara keberatan." Juwita ikut-ikutan lagi.

"Yaampun." Mbak Dona sudah hampir gila. "Dengarin gue! Menjadi cantik itu emang nggak mudah. Jadi kalian harus kuat! Lagian entar kalian juga terbiasa."

Mily dan Juwita manggut-manggut saja sambil sesekali menjilat lipstik mereka.

"Jangan di jilat lipstik nya!" sentak Mbak Dona lagi. Kepalanya sudah terasa mengeluarkan asap. "Ya Allah, ampuni dosa hamba," katanya frustasi sambil mengeluarkan lipstik yang tadi di bawah. Mengoleskan ke bibir Mily dan Juwita berganti.

"Maaf, Mbak. Abisnya enak," ucap Juwita sambil sesekali mengulum bibirnya agar lipstik tadi merata.

"Iya. Kek rasa stroberi." Mily menimpali. "Mirip permen lipstik yang dijual di warung Bu Siti."

Mbak Dona menutup matanya rapat-rapat. Mencoba merendam emosi. Menghadapi Mily dan Juwita benar-benar menguras kewarasannya. "Yaudah sana! Masuk! Jalan yang bener! Jangan kek orang pincang! Jangan di pegang bulu matanya! Jangan di jilat lipstik nya!"

Mily dan Juwita mengangguk mantap.

Mbak Dona menghela napas. "Yaudah. Masuk. Dan lakukan yang terbaik! Oke? nanti gue jemput lagi.

"Oke." jawab Mily dan Juwita kompak. Melemparkan senyum dan melambaikan tangan pada Mbak Dona yang sudah masuk ke dalam mobilnya lagi lalu melaju pergi.

"Siap nggak siap, kita harus siap, Ta."

"Kok jantung gue cenat-cenut gini, Mil?"

"Udah. Santai." Mily merapikan tatanan rambutnya. "Ayo, Ta. Kita masuk."

🚐🚐🚐

"Emang, ya, Bang Surya kita ini selalu sukses mencuri perhatian." Dito menepuk pundak Surya yang terkekeh.

Seperti kata Dito, Surya benar-benar menawan malam ini. Pesonanya selalu pengundang mata untuk memperhatikan setiap gerak-gerik Surya. Dengan jas hitam rapi yang melekat sempurna di tubuh lelaki itu hingga bentuk tubuh tegapnya terpampang jelas. Di tambah lagi dengan tatanan rambutnya. Melengkapi penampilannya yang nyaris sempurna di mata para penggemarnya yang berada di sekeliling Surya.

"Yaelah. Gue yang ganteng juga santai-santai aja, tuh." Sofyan menyeletuk.

"Elu, mah, bukan ganteng, tapi sok ganteng." Dito berbicara lagi yang seketika mendapatkan pukulan maut di bahunya.

"Bener-bener katarak mata lo, dit," semprot Sofyan kesal.

Surya hanya tertawa sambil meneguk minumannya sedikit. Memperhatikan sekitar yang semakin ramai. Pesta pembukaan akan di mulai beberapa menit lagi, lalu setelah itu event yang ia sempat khawatirkan akan tidak berjalan dengan lancar akan di adakan setelahnya. Kedua acara itu terpaksa di gabungkan menjadi satu yang seharusnya event nanti di laksanakan saat penutupan tetapi berubah jadwal kerena beberapa alasan tertentu.

"Hai," sapa Violin.

Surya menaikkan alis. Menatap Violin yang hadir dengan baju kurang bahannya. "Kenapa?"

Violin tersenyum manis. "Kamu ganteng banget malam ini."

"Udah tau," jawab Surya acuh sambil kembali meneguk minumannya.

Gadis cantik berambut sebahu itu terkekeh. "Kalau aku cantik nggak malam ini?"

Mendengar itu Surya langsung meneguk habis minumannya dan menatap Violin lekat-lekat. "Enggak."

Violin seketika memasang wajah kesalnya. Tangannya tanpa sadar mengepal. Lelaki dihadapannya ini selalu bersikap dingin tetapi dengan gadis lain dan termasuk Mily dan Juwita tidak seperti itu, berbanding terbalik. Sangat baik.

"Lo kenapa, sih? Sama dua dekil itu lo baik? lah, ke gue lo gini?"

"Karena gue tau mana yang pantas di baikin dan enggak." Surya menatap Violin tajam. "Jangan panggil Mily dan Juwita seperti itu. Mereka berdua jauh lebih baik daripada lo."

Violin tambah murka, baru mau membalas ucapan Surya tetapi tertunda karena tiba-tiba aula menjadi hening ketika terdengar suara kehebohan yang berada di arah pintu masuk. Semua menatap kesana. Sama dengan Violin yang mengikuti arah suara dan seketika mendapati kedua gadis yang jatuh tersungkur ke bawah.

Mily dan Juwita dengan rasa malu luar biasa harus bangkit sekarang juga. Dengan pelan-pelan mereka berdiri kembali. Lutut kedua gadis itu gemetar, merasa sakit karena tadi jatuh tersungkur ke bawah. Mencoba berjalan sedikit dengan hati-hati sambil saling berpegangan. Mily dan Juwita sempat mengangkat pandang, memperhatikan semua orang menatapnya. Entah itu tatapan apa, mereka berdua tidak mengerti.

"Siapa tuh?" Sofyan duluan berbicara. Matanya lurus memandangi kedua gadis itu yang masih mencoba terus berjalan masuk.

"Bidadari jatuh dari Surga?" Dito menyahut.

Tatapan Surya juga terus menatap ke arah Mily dan Juwita. Sedikit tidak percaya apa yang di lihat. Kedua gadis itu sama-sama memakai gaun berwarna gelap. Cocok dengan warna kulit mereka yang selama ini di tutupi. Surya meneguk salivanya sendiri. Terus melempar pandang ke arah Mily dan Juwita tetapi terusik dengan argumen Sofyan dan Dito yang ada di sampingnya. Menoleh kesal ke arah kedua lelaki itu yang melotot lebar ke arah Mily dan Juwita.

"Mata lo berdua santai aja. Gue colok mau?"

Sofyan langsung berdecak. "Lo bener-bener nggak bisa liat gue tenang mandangin cecan, ya? Gue ini lagi jomblo, jadi lo maklum lah."

"Galak bener, lo. Gunanya cecan di dunia ini, tuh, di pandangin baik-baik. Kalau udah srek, baru di gas pol," ucap Dito juga.

Surya mendelik tidak suka. Melempar tatapan sinis ke arah Dito dan Sofyan yang kembali memandangi Mily dan Juwita yang sudah berdiri tegak disana.
Surya menghela napasnya, lalu merogoh ponselnya. Mengetik sesuatu dengan cepat.

Makasih Mbak Dona, Bantuannya.

Setelah pesan itu terkirim, Surya mengangkat pandang lagi. Bibirnya tersenyum lebar. Memandangi Mily dan Juwita dengan tatapan puas.

Kenapa cantik?

****

Masa ya tadi gue hampir makan orng.

Hampir saja ku telan hidup-hidup):

Sebenarnya ini Uda di post dr tdi mungkin tp semua file gue yg beserta cerita part ini ke hapus sama kenakalan adek gue):

Cobaan cecan begini bgt ya Allah HAHAH:(

Maapkan aku):

Yauda. Aku lg malas bacot): klo mau bacot dengan ku makanya masuk ke gpnya HAHAHa. Btw buat yang kasi aku nomor mohon maaf nanti aku masukin semuanya. Kalo ada yg masuk lagi langsung dm gue aja di ig aku kasi linknya. ig ku as.aff_

Oke bye. Salam syng dr aku yg kayak nya akan bertambah gila):

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro