Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

11 :: H-2.

****
Mungkin sekarang bagimu memilikinya adalah adalah ketidakmungkinan. Tapi bukankah Allah begitu mudah membolak-balikkan sebuah hati?

-Unknown.

***

#MJSUDAHTOBAT

💏💏💏

Awalnya Mily berfikir jika berangkat ke sekolah bersama Surya adalah hal yang biasa-biasa saja, tidak ada yang perlu di permasalahkan. Tetapi melihat parkiran yang ramai oleh murid perempuan yang ketahuan menunggu kedatangan Surya langsung menyadarkan Mily jika bencana akan segera menimpanya. Mily menjadi takut keluar, hingga Surya yang ada di sebelahnya ikut terdiam, menunggu gadis itu segera bergerak di tempatnya. Surya diam menunggu sambil memandangi Mily yang menatap ke arah keluar dengan wajah cemas. Surya mengikuti arah pandangan gadis itu dan seketika menghela napas, sempat juga terkekeh.

Surya baru saja sadar, kalau ini pertama kalinya ia berangkat ke sekolah bersama seorang cewek.

Surya yakin kalau mereka turun sudah pasti cacian dan kata-kata yang tidak pantas akan menyerang gadis polos di sampingnya ini. Ia memandangi Mily sekali lagi, bagaimanapun ia tidak mau gadis itu harus mendapatkan sesuatu yang akan menyakiti hatinya.

Surya bergerak, mengambil tas sekolahnya yang ada di kursi belakang. Mencari-cari ponselnya dan juga earphonenya yang sudah tersambung dengan benda persegi itu. Maju lebih dekat dengan Mily yang terus diam lalu tanpa aba-aba Surya memasangkan earphone ke telinga Mily yang seketika tersentak kaget. Surya juga ikut kaget dengan respon Mily yang tidak biasa. Ia tersenyum kecil dahulu lalu menyumbat kedua lubang telinga Mily.

"Gausah takut, gue ada disini."

Surya tersenyum sembari menepuk berkali-kali kepala Mily yang sedang melongo. Sebelum turun, ia memencet tombol kecil earphone itu dahulu hingga sebuah lagu langsung memenuhi telinga Mily. Setelahnya, Surya turun duluan, berlari kecil sebentar lalu membukakan Mily pintu. Karena jika tidak seperti itu, Mily tidak akan turun-turun.

Dengan segenap keberanian, Mily turun dari mobil. Telinganya tidak bisa mendengar apapun, hanya bisa menikmati alunan lagu dari ponsel Surya. Mily menunduk, tetapi masih bisa melihat wajah Surya yang tersenyum lagi. Entah kenapa lelaki itu suka sekali tersenyum, padahal Mily sudah merasa takut dengan jantungnya yang tidak pernah berhenti berdetak seperti habis lari maraton.

Surya menggerakkan mulutnya, Mily melihat tapi tidak mengerti. Hingga ia harus tersentak kaget lagi saat tangannya tiba-tiba di genggam dan menariknya untuk segera berjalan masuk. Mily seperti jalan terseret sambil memandangi tangan Surya yang mengeratkan genggamannya.

Mily mau berbicara tapi tidak mampu. Hanya pasrah dengan keadaan yang samar-samar ia bisa mendengar kehebohan tetapi Mily lagi-lagi tidak mengerti. Mengangkat kepala sedikit, menyaksikan orang-orang melihatnya, lalu berpaling pada Surya yang jalan dengan wajah tenang.

Surya biasa-biasa saja, tidak memperdulikan apapun. Walau telinganya sangat penuh dengan kata-kata yang sudah ia prediksi sebelumnya. Ia Ikut berpaling, menatap Mily yang menatapnya juga. Melihat ekspresi gadis itu, hampir saja tawa Surya meledak.

"Ini cewek kenapa lucu banget, sih?"

***

"Juwita!"

Mily baru saja masuk di kelas dan seketika mendapati Juwita yang awalnya sedang mengobrol bersama Nila tetapi langsung menenggelamkan wajahnya ke dalam lipatan tangan ketika Mily datang.

"Woi!" Mily menusuk-nusuk lengan gadis itu yang terus diam. "Enak banget ya, lo, nyet, langsung main pulang aja nggak bantuin gue beresin dapur dulu."

Juwita tetap bergeming. Tidak mau bergerak membuat Mily berdecak kesal lalu duduk di tempatnya dengan tidak santai sampai-sampai paha Juwita yang berada di antara bangkunya dan Mily terjepit tipis seketika.

"Kambing, sakit woi!" Juwita refleks berteriak ke arah Mily.

Mily menoleh. "Lo ngapa?"

"Lo duduknya santai aja dong! Sakit, nih, paha gue kejepit!"

"Masbulo. Masalah buat lo!" Mily memicingkan mata. "Siapa suruh lo duduk ngangkang bener sampai di bangku gue."

Juwita mencibir. Tidak bersuara lagi membuat Mily yang di samping berdecak untuk kedua kalinya sambil menoleh ke arah Juwita yang juga memakai masker penutup wajahnya yang Mily yakin memerah bekas kebodohan kemarin. Mily merogoh kantong seragamnya, mengeluarkan salep yang tadi di pakai juga hingga wajahnya yang memerah tadi sudah mereda.

"Nih, pake. Tapi jangan banyak-banyak, barang mahal, tuh."

Juwita melirik sedikit, lalu ke arah Mily yang wajahnya sudah tidak kenapa-napa. "Apaan, nih?"

"Salep cinta," jawab Mily asal.

Juwita mendengus, tapi perlahan meraih salep itu dan mengecek label harga yang masih tertempel. "Barang mahal apaan? cuman tujuh belas ribu doang."

"Lo jangan liat angkanya, tapi liat siapa yang ngasih. Liat ketulusan, liat kasih sayangnya."

"Idih. Dasar manusia halu."

"Pake cepet. Dan berhenti bacot daripada gue sliding orang sekarang." Mily melirik sinis ke arah Juwita.

Juwita mendelik, mulai merasa takut dengan Mily. Kemarin saat Juwita melakukan kesalahan hingga berakhir dengan wajahnya yang seperti ini, ia menjadi ngeri bertemu Mily. Langsung kabur saat Mily mulai mengeluarkan kemurkaan kemarin. Dan setelah itu Juwita memilih berangkat duluan daripada ia akan di serbu oleh Mily saat bertemu nanti. Sebab, Mily kalau sedang marah akan sangat menakutkan dan Juwita masih sayang nyawa nya.

"Lo kenapa nggak tungguin gue?" Mily bertanya lagi, sampai membuat Juwita tersentak kaget.

"Lo lupa kalau hari ini gue piket?" Juwita beralasan.

Mily mengangguk. Memang benar hari ini adalah waktu Juwita piket. Tapi, selama ini Juwita selalu menunggunya walau seperti itu. Tapi mengapa hari ini tidak? Mily menggeleng, tidak mau memikirkan lagi. Gadis itu memilih merogoh tas sekolahnya, mengambil buku yang tadi ia pinjam di perpus sebelum masuk ke dalam kelas.

"Nih." Mily menepuk lima buku tebal penambahan ilmu pengetahuan di hadapannya. "Nanti pulang sekolah kita pelajari ini. Dua hari lagi event itu di mulai. Dan mau tidak mau kita harus cepet melangkah bagaimanapun caranya."

"Harus banget gitu baca buku?"

"Yaialah! Karena cantik itu bukan cuman tampang doang, tapi otak juga perlu ada isinya."

Juwita berdecak kagum. "Beh...., niat dan serius banget lo sama event ini."

"Yaialah! Kalau lo mau mendapatkan sesuatu apalagi itu cinta, harus punya niat yang kuat dan keseriusan, jangan setengah-setengah."

Juwita mencibir. "Kalau kata Nila, nih. Yaudah, iya, terserah apa kata Bucin."

Mily terkekeh. Tidak peduli. Ia merogoh tasnya lagi, mencari ponsel Surya yang tadi di pinjamkan bersama dengan earphonenya. Mily belum sempat mengembalikan karena Surya tiba-tiba harus pergi ke kelasnya sementara ia harus ke perpus.

"Ta, mumpung ada hp bagus. Kita selfie, yuk," ajak Mily. Membuka aplikasi kamera dan menjulurkan tangan ke atas.

"Hp siapa, tuh? jangan bilang lo abis nyolong, ya?"

"Muka lu, nyolong. Mana berani gue. Kalau misalnya gue berani, kenapa gue malah mau nyolong hp, kenapa nggak nyolong hati Kak Yaya saja?"

Juwita seketika terkekeh. "Ih..., jadi gemes sama Kak Yaya."

"Gausah sok gemes lo. Kak Yaya punya gue!"

"Idih. Lo nggak tau? kata Nila, Kak Surya itu SCTV. Satu untuk semua."

Mily mendadak menurunkan tangannya. "Sekarang emang Kak Surya itu SCTV, tapi nanti dia bakal jadi RCTI."

"RCTI? RCTI, Oke....?

Mily mengangguk. "Iya. Kepanjangan adalah, oke..., Mily dan Surya sudah cocok."

Jywita tersenyum mengejek. "R e re, c e ce, mati H. R-E-C-E-H! Di tambah, l u lu. RECEH LU!"

Mily menatap kesal Juwita. "B o bo, d o do. B-O-D-O!" setelah membalas ucapan Juwita, Mily kembali menjulurkan tangan. Mengambil foto sendiri tanpa mengajak Juwita.

Cekrek.

Fotonya bermulut bebek sudah tersimpan di galeri Surya.

💏💏💏

"Tumben lo mau sholat?"

Juwita menatap aneh ke arah Mily yang berjalan di samping dengan wajahnya tersenyum cerah. Setelah bel istirahat kedua berbunyi, waktu itu bisa di pakai untuk dua pilihan; ke kantin, atau ikut shalat Zuhur karena waktunya yang tepat. Sementara, Mily dan Juwita biasanya memilih opsi pertama, tapi sekarang tiba-tiba Mily mengajaknya untuk shalat. Dan hal itu jelas membuat Juwita bertanya-tanya.

"Ta, gue kasih tau, ya. Kalau mau jadi wanita cantik itu bukan cuman tampang dan otak yang berisi. Tapi juga dengan ibadahnya yang taat."

"Asyiap, Ukhti." Juwita mengeluarkan gaya hormatnya. Tapi tidak cukup bertahan lama, ia tiba-tiba menatap Mily lagi dan berkata. "Lo sebenarnya emang mau tobat atau mau liatin Kak Surya?"

Mily seketika tersenyum lebar saat sudah masuk ke dalam musholla dan langsung mendapati keberadaan Surya. "Dua-duanya. Karena yang satu untuk masa depan, dan yang satu untuk di masa kelak yang akan abadi."

Juwita mengangguk mengerti walau sedikit tidak suka dengan makna di masa depan itu.

"Eh, lo?! Waduh, lo dapat azab apaan kok tiba-tiba jadi tobat?"

Juwita yang tadi tenang saja dan berniat membuka sepatunya untuk bersiap-siap wudhu terpaksa harus di tunda karena kehadiran Sofyan yang langsung menyerangnya dengan kata-kata pedas.

"Heh, lo! Manusia bermulut Iblis!  Ngapain lo ada disini?!"

Mily yang juga membuka sepatunya hanya bisa menghela napas. Sepertinya, sinetron live akan segera di mulai.

"Gue setiap hari kesini, woi! Elu, tuh, yang ngapain ada disini," kata Sofyan selalu tidak santai sambil mengusap wajahnya yang basah karena barusan wudhu lalu memakai kopiahnya yang seketika bikin Juwita terdiam.

Ini cowok kok mendadak ganteng, ya? Juwita menggeleng, enggak-enggak, Kak Sofyan tuh cuman pencitraan!

"Ngapa, lu? terpesona?" Sofyan tergelak. "Baru liat aja lo pesona baru gue. Tapi kalau lo suka sama gue mending gausah, deh. Entar gue berdosa karena nolak anak orang."

Juwita ikut tergelak. "Hah? Terpesona? sori, gue masih waras untuk enggak suka sama manusia macam lo!"

"Lo?!" Sofyan jadi keki. Dia baru mau maju selangkah dan membalas lagi tapi Surya datang dan menengahi.

"Yan, lo ganti kelamin sana. Percuma lo laki tapi kelakuan kek cewek," kata Surya.

"Tapi, dia yang mulai duluan. Bukan gue," Sofyan membela diri, masih menatap kesal Juwita yang sudah menjulurkan lidahnya.

"Lo duluan, ya, yang mulai, bukan gue!"

"Elu!"

Surya menjadi pusing untuk menengahi kedua sejoli ini yang di setiap pertemuan pasti selalu beradu mulut. Apalagi suasana Musholla sedang ramai dan tambah ramai karena ulah Sofyan dan Juwita. Surya melihat sekeliling, dan mendapati Mily yang baru selesai berwudhu. Tadi gadis itu memilih pergi duluan karena lagi malas menonton sinetron live.

Melihat Surya yang memberikannya tatapan seperti itu, Mily mengerti dan buru-buru menarik Juwita agar lekas pergi berwudhu. Sedangkan Sofyan sudah di seret masuk ke dalam musholla.

***

"Lo kenapa, sih, berantem mulu kerjaannya," tanya Mily sambil melipat mukenanya.

"Ngeselin, sih."

"Yaelah. Diemin aja kali."

"Enggak bisa, Mil. Kesel gue bawaannya. Apalagi mulut dia bener-bener minta di ulek!"

"Yaudah kalau ngga bisa. Berarti lo juga harus siap-siap terjalin Cinta jadi Benci sama Kak Sofyan!" Mily tersenyum mengejek. "Kek sinetron yang pernah kita nonton, Ta."

"Ogah!" Juwita langsung membantah dan beranjak meninggalkan Mily untuk menyimpan kembali mukena yang di pakai.

"Mily."

Mily yang asik menertawakan Juwita tiba-tiba lagi harus tersentak kaget karena saat ia berbalik langsung mendapati Surya yang duduk di depannya.

"Kak Ya—Surya?" Mily menggigit bibirnya. Hampir saja memanggil lelaki itu dengan Yaya.

Sebelum Surya membuka mulut, Mily langsung paham dengan maksud kedatangan lelaki itu dan dengan cepat membuka tasnya.  Mengembalikan ponsel dan earphone Surya. "Ini Kak. Makasih."

Surya mengambil itu. Sebenernya ia tidak berniat mengambil dan memang lupa sendiri kalau ponselnya ada di gadis itu. "Oke, sama-sama." Surya memasukkannya kedalam tas, lalu berbicara lagi. "Juwita mana? Kalian pulang bareng nggak?"

Mily mengangguk. "Iya, Kak."

"Oh, oke." Surya menggaruk kepalanya. "Kata Mama gue, kalau habis melakukan sesuatu harus sampai selesai." Mily mengangguk mendengarkan itu. "Jadi, karena tadi kita berangkat bareng, kita harus pulang bareng juga."

"Hah?"

'Iya. Begitu." Surya terkekeh. "Yaudah, gue ke kelas duluan. Nanti, lo sama Juwita tunggin gue di parkiran aja. Oke?"

Mily tidak mengangguk, apalagi bersuara. Hanya memandangi Surya yang sudah berlalu.

"Woi, mangap-mangap bae, lo! Awas iler tumpah-tumpah."

Kedatangan Juwita bersama kata-katanya selalu berhasil menggagalkan Mily untuk terbang ke langit ke tujuh.

💏💏💏💏💏

HAI GIMANA SDH CEPET KAN WALAU TAK CEPET BGT💏

JDI GMANA PART HARI INI? KASI TAU DONG💏

BTW GUE MAU NANYA NI KE KALIAN. MENURUT KALIAN DEFINISI TEMAN DAN PERTEMANAN ITU APASI? KASI TAU DONG💏

KALAU MENURUT GUE SI, TEMAN DAN PERTEMANAN ITU BUKAN HANYA ADA SAAT SEDIH DAN SENENG DOANG. TAPI TEMEN ITU YANG BISA DI AJAK MELEWATI SAMA-SAMA. APAPUN MASALAHNYA SEBESAR APAPUN ITU PASTI BISA DI SELESAI KAN SECARA BAIK-BAIK.💏

Ada yang mau jadi teman ku?💏

Btw Sofyan sdh ku temukan, terima kasih untuk dia (aku lupa namanya krn g terlalu memerhatikan klo di perhatikan nnti sayang HAHAHA) 💏

#oranggilamahbebas 💏

Oke, follow Suryanugrh_ dan we.are.mj_ 💏

Bundanya follow juga dong. As.aff_ 💏

Aku suka ini💏 km suka jg ga?💏

Btw, gimana klo kita bikin grup gt. Entr Juwita asli masuk klo mau💏 Surya asli mau jg💏

Klo mau bacot dong💏

Sdh. Emak kebanyakan bacot. See u klo aku post lagi💏

Follow bunda yuk, krn nnti bunda akan bikin cerita yg ulalala disana💏 AsmahAfaaf

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro