Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

1

Kring!

Sebuah tangan kini mematikan alarm yang tadinya menyala. Alarm itu menunjukan pukul lima pagi. Perlahan, sosok itu mengedipkan matanya beberapa kali. Mencoba menyesuaikan sang netra pada cahaya yang merembas masuk ka arah matanya.

Perlahan, dia mengangkat tubuhnya, memposisikan dirinya untuk duduk. Tangannya terangkat, merenggankan otot otot tubuhnya yang terasa kaku. Lalu helaan nafas meluncur begitu saja di bibirnya.

"Mimpi itu lagi--"

Kuroko Tetsuya, turun dari kasurnya. Tangannya mengusap pelan kepalanya, kembali menguap kecil. Kakinya kini melangkah menuju kamar mandi, dan mulai membersihkan diri.

Hari biasa dia lalui dengan wajahnya tanpa ekspresi. Ya, hari biasa...

Prang!

Kuroko baru saja menutup pintu kamarnya, dan matanya menatap sosok laki laki yang tengah asik beradu argumen dengan seorang perempuan.

"Kau pikir membuat ini mudah?"

"Memang kenapa? Kalau susah, beli saja!"

Kuroko menghela nafasnya. Perlahan, dia melangkah pergi dari tempatnya berawal. Berjalan menuju pintu dan membukanya. Sebelum pergi, dia kembali menoleh ke belakang. Seperti biasa, hal yang pertama yang dia lihat adalah adu mulut ke dua orang tuanya.

'Mungkin, lebih baik aku tinggal di rumah oba-san saja...'

Batinnya sesaat, hingga akhirnya kakinya kembali melangkah.

Langit pagi terlihat biru, di campur dengan jingga yang terlihat di ujung Timur. Suara burung terdengar, dan juga hembusan angin yang menerpa perlahan. Tak lupa dengan bunga sakura yang kini telah berguguran pelan.

Suasana hari ini tidak menggambambar Kuroko sama sekali.

Walaupun begitu wajahnya yang datar ataupun tak berekspresi itu tak menunjukan apapun yang berarti. Kakinya terus melangkah maju, mengabaikan setiap suara di sekitarnya.

Lagi pula, dia sudah terbiasa di abaikan.

Tangannya kini menggengam sebuah buku berwarna hijau tua, yang kini tengah terbuka dan di baca oleh manik berwarna biru muda itu. Kakinya melangkah maju, berjalan menuju ke sebuah sekolah yang tak lagi jauh darinya.

'Seirin'

Kuroko masuk ke dalam. Kakinya terus melangkah, mengabaikan suara ramai di sekitarnya yang menyapa temannya yang lain satu sama lain. Sedangkan dirinya? Yah-- memiliki teman bukanlah hal yang dia inginkan sama sekali.

Hingga akhirnya Kuroko sampai menuju kelas miliknya. Tangannya menarik kursi miliknya dan menaruh tasnya di gantungan sebelah meja. Dia duduk, menatak keluar jendela dan menatap bunga sakura yang masih berguguran. Ah-- benar benar tak menggambarkan perasaan Kuroko saat ini.

Kuroko hanya menggelengkan kepalanya perlahan. Hingga akhirnya suara ramai itu menjadi sunyi karena sang guru telah masuk ke dalam. Namun bukan itu yang membuatnya sunyi, melainkan sosok gadis bersurai (H/c) yang mengikuti di belakang.

Kuroko tidak mempedulikannya. Matanya masih asik membaca buku hijau miliknya. Mengabaikan sosok eksistensi sang gadis yang sedari tadi membuat ricuh satu kelas. Mengabaikan kedua sudut bibir gadis itu yang terus terangkat menyapa satu kelas.

"Ya, kita kedatangan murid pindahan. Silahkan perkenalkan dirimu."

Kuroko melirik sedikit, dan seketika dia terdiam. Matanya sedikit membulat bersamaan dengan dirinya yang langsung menutup buku miliknya dan meletakannya di atas mejanya.

Sudut bibir gadis itu semakin melebar. Matanya menatap seluruh kelas-- termasuk Kuroko sekalipun.

"Salam kenal! Namaku, [Full name] desu! Mohon bantuannya!"

Kuroko terdiam.

"Ya, semoga saja kalian bisa membantunya. (last name) silahkan duduk di tempat kosong. Selanjutnya, bukalah buku kalian."

Mata Kuroko tak lepas dari sang gadis yang kini duduk di kursi depan dekat pintu keluar. Rasanya seperti ada magnet yang terus menarik Kuroko menatapnya tanpa henti.

Seakan-- sesuatu membuat Kuroko tak bisa terus terkejut dan membulatkan matanya.

****

Jam istirahat, jam yang selalu ditunggu oleh para murid. Kuroko kembali terfokus pada bukunya, walaupun begitu terkadang matanya mendelik ke arah sang gadis yang kini mejanya tah dipenuhi oleh orang orang.

Kuroko masih terdiam, tak ada reaksi sebenarnya di wajah. Namun matanya mengatakan keterkujutan yang sangat. Mulutnya terbuka sedikit, bingung harus mengatakan apa sekarang.

Ok, Kuroko akan menjadi orang aneh jika dia terus menatap gadis itu. Dia berdiri, kakinya perlahan melangkah menuju pintu kelas miliknya. Tak ada yang menyadari ke pergian sang surai biru itu. Ya, kecuali satu orang.

***

Kuroko menatap pemandangan dari atap sekolah. Matanya terlihat kosong, tangannya kini memegang sebuah gelas kertas berisikan milkshake vanilla kesukaannya. Entah dapat dari mana-- yang jelas Kuroko tengah menikmati kesendiriannya.

Netra birunya menatap ke arah langit. Rasanya matanya silau karena hanya menatap langit saja. Walaupun begitu, dia tetap berusaha menatap langit lebih lama.

Terlihat luas, awan yang terlihat sangat nyaman. Namun, terasa jauh dan tak bisa di jangkau...

Begitulah yang Kuroko rasakan sekarang. Benar benar kosong dan berat. Tak ada yang bisa dia pertahankan saat ini. Hanya kekosongan hati yang benar benar mendalam.

Hah-- benar benar. Kalimat kiasan itu bisa membunuhnya kapan saja. Karena semua yang tertulis itu benar adanya.

Kuroko terdiam. Netranya kini menatap ke bawah. Terlihat jauh dan tinggi, sepertinya nyaman untuk--

Kuroko tak bergerak. Tubuhnya kini sudah di luar pagar. Kakinya ingin melangkah maju ke depan, menjatuhkan diri. Kuroko tak bergerak, dia terpaku di sana. Bingung, kenapa dia sudah di sini--

'Jatuhkan dirimu, Kuroko sayang...'

"HOI KAU KENAPA!?"

Kuroko kembali menoleh, tersentak akan sebuah teriakan nyaring. Terdengar dari suarannya, dia seorang perempuan. Dan dia adalah si anak baru, (Y/n).

"APA YANG KAU LAKUKAN? KAU INGIN MATI?"

Kuroko tidak menjawab. Dia tetap di sana, kepalanya kembali menoleh ke bawah. Menatap rerumputan hijau yang tengah melambai akibat angin, seakan memancing Kuroko untuk menjatuhkan diri.

"JANGAN BUNUH DIRI! HIDUPMU MASIH PANJANG DAN BERARTI."

Kuroko tak menjawab. Kepalanya menunduk. Tubuhnya tidak melakukan apa yang dia perintahkan. Tak bergerak untuk mundur, namun ingin jatuh pergi.

Kuroko menoleh kw arah gadis itu. Senyum getir menghiasi wajahnya. Dia benar benar tertekan, rasanya benar benar berat. Kenapa harus dia yang mengalami semua ini...

"Aku tak bisa--"

Dan seketika Kuroko menjatuhkan dirinya.

"JANGAN!"

Tbc

Note:

YOSHHH!
WORK INI TERBANGKALAI SELAMA--

*mikir*

NYARIS SETAON, YES!
/plak/

Akhirnya aku up. Hrsnya kelen senang su>:(

Dah aku g mw kasih apa apa lagi.
NYAHAHAHAHA--
/run/

©Katarina_294

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro