Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

END

Di bawah sinar redup lampu chandelier, si gadis bermarga Natsumi tengah duduk sambil memperhatikan benda persegi panjang pipih di tangan. Bibir manisnya bersenandung, mengeluarkan perasaan dari dalam hati yang sulit diungkap. Sementara itu tangan satunya bergerak, mengusap perutnya yang rata.

Ayaka Natsumi mungkin sudah kehilangan dirinya yang lama. Dia tidak berkecimpung di dunia kriminal lagi karena kondisi kesehatan yang kian memburuk. Untuk melayangkan satu pukulan saja dia sudah tak kuasa. Eve sadar dirinya hanya akan jadi beban.

Jadi di sinilah ia sekarang, hidup di bawah naungan geng kriminal yang dipimpin Sano Manjirou. Juga ... lelaki misterius yang 12 tahun lalu datang menaklukan Tokyo Manji.

Izana Kurokawa.

Lelaki keturunan Filipina itu mengaku datang jauh-jauh dari Yokohama hanya untuk merangkul sang adik. Ia ingin membawa Mikey ke dalam dekapannya. Ia ingin hidup rukun dengan saudaranya sama seperti apa yang diminta sang mendiang kakak tertua, Sano Shinichiro.

Cklek. Pintu ruangan dibuka. Ada seorang lelaki bersurai hitam yang muncul dari sana. Ia tersenyum sembari menenteng tas belanja bertuliskan Dior di permukaannya.

"Aku datang!" katanya.

Sadar siapa yang datang, Eve pun buru-buru memasukkan benda pipih yang sedari tadi diperhatikannya ke dalam saku baju. Bibirnya tersungging manis, menyambut sang tamu yang langsung duduk di sebelah.

"Apa itu?"

Si tamu menunjukkan tas yang dibawanya dengan bangga. "Koleksi dress Dior yang baru rilis kemarin. Aku membelikannya untukmu."

Eve menghela napas lelah. "Sudah kubilang berkali-kali, kau tidak perlu membelikan aku yang seperti itu, Chifuyu."

"Sudah, terima saja. Aku membelinya karena kupikir kau akan terlihat sangat cantik saat mengenakannya," balas lelaki itu seraya menaruh tas belanjaannya ke samping sofa.

Si gadis bersurai ungu tersenyum malu. Ada semburat merah muda yang timbul di wajah tatkala kata "cantik" meluncur dari bibir kekasihnya.

"Chifuyu, aku ada pertanyaan," ujar Eve. Diam-diam dia berusaha menetralkan degup jantungnya yang tengah menggila.

"Tanya saja. Waktuku tidak banyak. Sebentar lagi aku harus pergi kerja lagi," timpal lelaki itu. Netranya tak berhenti fokus dari layar smartphone, memperhatikan list jadwal pertemuan bersama beberapa kolega bisnis Tokyo Manji.

Eve cemberut. Lagi-lagi dia ditinggal sendiri. Namun ia buru-buru menghempaskan pemikiran itu karena ada hal yang jauh lebih penting. Gadis itu pun langsung mengambil napas dalam dan mengembuskannya perlahan.

"Chifuyu, kamu mau punya anak perempuan atau laki-laki?"

Mendengar pertanyaan tersebut, smartphone di tangan si lelaki langsung melompat dan jatuh ke permukaan sofa. Matsuno Chifuyu mendadak tegang, ia fokus menatap netra emas si lawan bicara dengan kaku. "Asalkan itu darimu yang mana saja bukan masalah. Kenapa tiba-tiba tanya itu?"

Eve menggeleng sambil tersenyum. "Bukan apa-apa."

Chifuyu mengembuskan napas berat lalu memegangi kedua pundak gadisnya. "Eve, jangan memikirkan hal itu. Kau harus sembuh dulu, oke?"

"Apa kau tidak senang kalau jadi ayah?" Eve bertanya lagi. Dia agak kecewa mendengar balasan sang lawan bicara.

Chifuyu kembali tegang. "E-eh, bukan maksudku seperti itu. Hanya saja ... kau kan sedang sakit. Jangan banyak pikiran, aku tidak mau ada hal buruk yang menimpamu."

Eve diam. Ia hanya mengangguk. Setidaknya gadis itu tahu kalau kekasihnya tidak akan menolak jika anak di dalam perutnya lahir. Hati gadis itu damai, semoga saja ini adalah masa depan terbaik yang bisa dimilikinya.

"Tidak perlu cemas begitu. Aku sudah banyak mendapat bantuan dari Izana terkait pengobatan. Aku pasti sembuh kok," ujar Eve kemudian.

"Tapi...." Chifuyu memandangi wajah kekasihnya lekat-lekat. Entah bagaimana, kulit gadis itu jadi semakin pucat dari hari ke hari. Tubuhnya pun tampak ringkih, hampir mirip seperti tulang yang dibungkus kulit. Tak ada yang tahu penyakit apa yang diderita Eve. Semua dirahasiakan oleh Izana.

Lelaki bersurai hitam itu takut, tapi dia tidak dapat menceritakan kegelisahannya pada siapapun. Ia tidak mau dianggap meremehkan bantuan Izana.

"Chifuyu, apa kamu bahagia?" sela si gadis bersurai ungu. "Kamu ... bertahan di dunia kriminal karena terikat denganku kan?"

Chifuyu terdiam. Tebakan Eve tepat sasaran. Sudah lama lelaki itu ingin pergi, tapi apa jadinya ia jika harus jauh-jauh dari Ayaka Natsumi? Sungguh dirinya tidak sanggup membayangkan.

"Sudahlah, jaga dirimu ya," tutup Chifuyu lalu mendaratkan kecupan lama di dahi Ayaka Natsumi. Memang, dia sangat mencintai gadisnya. Semoga Tuhan mau memberikan sedikit kasih sayangnya pada kedua pasangan ini.

"Kenapa lama sekali?" tanya Eve heran, yang langsung membuat Chifuyu menjauhkan bibirnya dari dahi sang kekasih. "Bukankah kamu mau pergi kerja lagi?

Chifuyu diam mematung. Mana mungkin dia harus jujur kalau ada firasat buruk yang menggentayangi lelaki itu. Chifuyu merasa ... kalau Ayaka Natsumi tidak akan bertahan lama. Dan dirinya berusaha mengubur dalam pemikiran konyol tersebut. Dia menolak percaya.

"Bukan apa-apa," katanya.

🍀

Seorang lelaki jangkung dengan balutan jas mewah berjalan menelusuri lorong apartemen. Di tengah perjalanan, ia bersenandung sembari mengelap pisau lipat yang ia keluarkan dari saku. Bibirnya tersenyum bahagia seakan benda itu adalah perhiasan paling mahal sedunia.

Ah, tapi apa yang mau diharapkan?

Lelaki bersurai putih itu sudah biasa melihat perhiasan. Bahkan benda-benda yang harganya menyentuh jutaan dollar saja sudah biasa dibelinya tanpa harus memikirkan sisa saldo di bank.

Mungkin ini berlebihan, tapi bangunan apartemen ini pun adalah miliknya. Semua pegawai di sini adalah tangan dan kakinya. Ia hidup bergelimang harta dan kekuasaan berkat usahanya mengalahkan Tokyo Manji 12 tahun lalu.

Pria ituーIzana Kurokawaーlantas berhenti di salah satu pintu dan menekan belnya. Ia menunggu sang pemilik kamar keluar sambil memasang senyuman terbaik.

Cklek. Seorang gadis beraroma bunga lily kini hadir di pandangan. Ia menatap balik dengan pandangan bertanya-tanya. Mau apa Kurokawa Izana datang ke tempat ini?

Izana tersenyum. "Hai, Eve. Selamat tinggal."

JLEB! Pisau lipat yang sedari tadi dilap hingga mengkilat kini berubah menjadi merah. Benda kecil itu sukses menancap dalam di perut Ayaka Natsumi.

Eve memandang ngeri lelaki di depan. Mulutnya sesekali menyemburkan cairan merah, efek rusaknya organ dalam berkat tusukan sang benda tajam. Kini gadis itu pun runtuh. Ia terbaring di ambang pintu tanpa bisa mengatakan apapun.

Izana lantas berjongkok. Ia menjambak rambut gadis itu hingga wajah mereka saling pandang.

"Kasihan sekali," katanya.

"K-k-kenapa?" tanya Eve serak.

"Obat dariku rupanya tidak cukup untuk membunuhmu. Jadi aku datang ke sini secara langsung untuk melakukannya," ungkap Izana enteng.

"H-huh? Jadi selama ini ... obat-obat itu bukan untuk menyembuhkan aku...? Uhuk!" Eve merasa disambar petir. Ia tidak menyangka harus mengalami hal seperti ini.

Izana terkekeh. "Sakit ya, rasanya dikhianati?"

"Keparat, uhuk! Uhuk!" balas Eve.

"Dengar, Mikey adalah milikku. Satu-satunya saudara untuknya itu hanya aku. Tak ada ruang untuk saudara ketiga maupun keempat dan seterusnya," jelas Izana dengan pupil mata yang tampak mengecil. Bibirnya menyeringai.

"Tak ada ruang untukmu, Ayaka Natsumi. Makanya aku menyingkirkanmu."

Air mata Eve seketika menggenang. Ia sadar tak akan ada yang bisa menolongnya. Sejak awal dirinya sudah dijebak dan tak ada jalan untuk keluar. Semua berakhir.

Sebelum pandangan gadis itu benar-benar kabur, tangannya bergerak perlahan mengusap perut. Ia menangis terisak, penuh rasa pedih. Hatinya tercabik-cabik. Dunianya seakan runtuh. Ayaka Natsumi meraung dalam hati saat tahu kalau bayi di dalam kandungannya tak akan pernah lahir.

おわり.

... Tenjiku Arc is loading ...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro