Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 7 Part 3

Kato berdiri di pinggir jendela, menatap ke langit malam yang cerah namun masih berembus dingin. Sebelah telinganya sedang mendengar nada sambung yang tak kunjung di angkat. Jemarinya bergerak gelisah, keningnya mengernyit bertanya-tanya kenapa Ryu lama sekali mengangkat teleponnya.

"Apa!?" teriak seseorang dari ujung telepon. Tubuh Kato seketika menegak, ia mendengar suara krasak-krusuk berisik, sepertinya si penelepon sedang berlari.

"Di mana kau? Kenapa berlari begitu?"

"Sialan! Aku--ketahuan salah satu pengawal di depan kamar Gilbert--"

Seketika itu juga Kato membulatkan matanya, napasnya tersekat tanpa sadar, kini bukan hanya si penelepon yang terdengar terengah-engah, tapi jantung Kato ikut membabi buta.

"Bagaimana bisa? Otosaka, apa kau berhasil kabur?"

Terdengar suara benturan keras, dan hening menyergap luas. Napas Ryu diujung telepon terengah keras, ia sempat menelan ludahnya sebelum menjawab.

"Brengsek. Apa sesulit itu masuk ke dalam sana?"

Tiba-tiba kegagalan Ryu terasa di tangannya, Kato menendang kasar kaki ranjang tidurnya hingga suaranya masuk ke sambungan telepon.

"Apa kau yakin aku bisa melakukannya?"

Kato mendesah panjang, amarah yang tadi ditahan seketika pecah. "Kau ini laki-laki bodoh, ya?! Kau benar-benar ingin kehilangan Asuka?"

"Ini bukan masalah Asuka. Ini masalah kehidupanmu dan orang-orang yang ayahmu tangkap di bawah sana."

Ketika mendengar kata orang-orang di bawah sana, dengkul Kato langsung lemas. Ia menjatuhkan diri ke atas kasur dan menunduk. Hal ini yang selalu ia tunggu selama 3 tahun terakhir. Ketika ia menyaksikan sendiri penjara bawah tanah yang letaknya hampir dua mil dari rumah utama mereka. Kalau bukan karena Mika, gadis imut yang selalu baik terhadapnya, mungkin Kato akan dibutakan dan mati dengan dosa-dosa ayahnya sendiri.

"Apa kau sudah pernah melihat ruang bawah tanah itu?"

"Kau bercanda?" Ryu seperti mendengkus remeh, "Rin menunjukkanku tempat indah yang ia bilang itu. Apa dia gila? Apa kau juga ikutan gila? Orang-orang ini bukan manusia, tapi mereka monster."

"Jangan terlalu keras. Aku tahu kau mulai muak, tapi ingat rencanamu. Kau harus melewatkan ini semua demi kebebasanmu. Angka itu, yang beberapa hari lalu kukirimkan, kau harus membukanya dan membebaskan mereka semua sebelum kau dicurigai lebih banyak artis. Jika kau mulai di curigai, jangan harap hidupmu tenang."

"Ayahmu yang merencanakan ini semua sementara aku hanya menunggu celah! Kau mau membuatku gila berlama-lama di sini?"

"Bukan hanya kau yang lama-lama gila, tapi Asuka--"

"Hentikan. Jangan bicarakan dia sekarang atau kau ingin membuatku mati?"

Sekilas, langit dengan semburat jingga memudar dalam ingatannya. Tatapan dan air mata yang menetes pelan jatuh di pipi Chelsea dan ciuman lembut menutup sore. Kalau ada yang bisa Kato akui sekarang, ia hanya ingin merasa bebas seperti Ryu selama ini. Ia ingin merasakan untuk cukup hanya mencintai saja. Tapi nyatanya, kau manusia, dan kau perlu respon untuk setiap perasaan yang kau punya.

"Kato, besok aku akan mencobanya lagi. Gilbert akan menandatangani berkas untukku di ruang meeting. Ada beberapa dokter bedah yang katanya akan--"

"Operasi? Mereka akan mengadakan operasi?"

Suara Ryu tiba-tiba terdengar tak yakin. "Dengar-dengar begitu. Kato, apa benar setiap operasi kulit, ayahmu akan mengambil satu orang dari antara mereka?"

Tenggorokan Kato terasa kering. Ia merasakan sengatan perih di dadanya. Ryu begitu beruntung tak masuk ke penjara itu. Walaupun Kato tahu nasib orang-orang yang sempat di bawa Gilbert, tapi sampai sekarang ia tidak pernah tahu siapa saja dan bagaimana mereka masuk ke sana. Ada banyak pengawal, meskipun Kato kuat, ia pun tak akan mampu menghabisi 20 macan dalam sekali tangkas. Ia butuh tikus kecil, ia butuh Ryu.

"Ya..."

Ryu menghempaskan diri ke sesuatu, entah kasur atau sofa. Ia menghela napas panjang, lalu saluran telepon hening beberapa saat.

"Kenapa... apa salah orang-orang itu hingga ayahmu melakukan itu?"

Yang Kato rasakan sekarang adalah sebagian dirinya ingin membela Gilbert, namun sebagian dirinya secara logis ingin memaki orang itu. Tapi mulut Kato selalu kaku. Ia seperti terikat masa lalu yang menyadarkannya pada "dia adalah orang paling beruntung yang bisa diadopsi oleh artis besar seperti Gilbert" walau pada akhirnya, ia tahu alasan kenapa selama ini ia mengadopsinya.

Kato bukan orang yang mempunyai rumah dan ia amat pengecut untuk merasa kesepian lagi. Ketika ia merasakan kasih sayang itu tulus, hatinya tak pernah menolak akan kebaikan itu. Sekecil apa titik kebaikan yang Kato terima, itu bagai sisa eskrim di atas tutupnya yang tak rela kau buang. Kau tetap menjilat sisa es krim itu meski tempatnya kau buang juga. Sama halnya seperti Kato yang mudah dipergunakan lalu akan dibuang lagi.

"Aku pikir aku bisa membaca pikiran ayahku selama ini. Tapi nyatanya tidak."

Sejak pesan-pesan tanpa nama yang sering Kato berikan pada Ryu, akhirnya Ryu sendiri yang menghubunginya di suatu malam. Walaupun pertemuan terakhirnya tidak berjalan mulus, tapi entah bagaimana Ryu mengetahui kalau Kato bisa ia percaya. Kato yang awalnya ingin menjerumuskan Ryu, malah pada akhirnya berbalik menghidupkan rencana lamanya bersama pemuda itu. Bahkan kalau bukan karena Chelsea, mungkin Kato tak pernah punya kekuatan atau pikiran untuk kembali menuntaskan ini semua. Hal yang seharusnya ia lakukan sejak bertahun-tahun lalu. Hal yang seharusnya dunia tahu kalau orang semacam Gilbert itu adalah monster.

"Kau masih bisa menyebut dia ayahmu?" suara Ryu agak menyindir, tapi Kato tahu pandangan semua orang yang terjadi dengan kenyataan keji itu. 

"Dia memang monster, tapi dia tetap orang yang menyelamatkanku--"

"Menyelamatkanmu untuk dipergunakan lalu di buang. Begitu maksudmu?"

Kato terdiam. Ia menelan ludah sekali, lalu beranjak keluar balkon kamar dan bersandar di tiang teras sambil memandang langit hitam tak berawan. 

"Sudahlah. Kenyataannya memang begitu, makanya aku ingin menuntaskan ini. Kau harus membawa satu saksi setidaknya keluar dari ruang bawah tanah itu. Kau masih ingat rencana kita, bukan?"

Mereka tidak pernah bertemu lagi sejak kejadian Kato yang membawa Chelsea dari Sukiyaki, tapi sejak misi mereka sama--menuntaskan Gilbert dan membebaskan hidup para artis--Kato secara jujur merasa ia mendapat dukungan baru. Setelah meyakinkan dirinya di hadapan Chelsea, kini ia hanya perlu saling percaya dengan Ryu. Orang yang awalnya ia benci karena sikap sok tampannya di layar kaca dan bagaimana ia meraup semua keuntungan itu sendiri tanpa ayahnya yang ambil alih, tapi sekarang, ia sadar, bahwa keberanian yang selama ini dipendamnya seiring waktu hidup kembali. 

Ia tak bisa membenci kebenaran selamanya, ia tak bisa dendam atas hal yang seharusnya tak ia dapatkan. Perasaannya dan kenyataan Chelsea yang tulus pada Ryu. Tak ada hal lain yang membuat Kato yakin kalau sekarang ia berpindah pihak pada perasaannya sendiri.

"Kau pikir aku sudah tua? Hey, dengar, jangan beritahu apapun soal aku kepada Asuka."

Ini yang selama ini Kato pertanyakan. "Kenapa? Asuka berhak tahu apa saja yang kau lakukan. Dia mencemaskanmu sampai aku sendiri mau mati melihatnya. Setidaknya, kalau kau tidak ada di sini, aku ingin menjadi tempat sandaran untuknya tapi tidak bisa!"

Saluran telepon hening sejenak, napas Kato yang memburu karena emosi sekilas samar-samar menderu pelan. Ia bisa mendengar getir sendu dari keheningan itu. Pasti Ryu sama-sama merindukan Asuka, pikir Kato.

"Apa kau akan mengatakan hal yang sama jika di posisiku? Asuka bukan orang yang lemah, dia bisa saja mengejarku dan mencariku hingga ke ujung Jepang, dan aku tak menginginkan hal itu. Maka... biar saja dia bersamamu dan aku rela apapun itu karena aku ingin menyelesaikan poin utama dari segala keterpurukan ini."

Ryu benar. Inilah saatnya ia berteguh lagi. Tinggal satu bukti dan Kato bisa bebas. Semua masa lalu yang berpendar tinggal dalam dadanya sebentar lagi hanya tinggal serpihan abu yang terbawa angin dan hilang. Ia bisa hidup setidaknya untuk dirinya sendiri sebagai dirinya sendiri, bukan sebagai putra dari artis terkenal yang selalu disembunyikan di kalangan publik dan yang terpenting--ia bisa menutup semua rasa pahit yang ia alami sepanjang 20 tahun hidupnya ini.

"Hey, Kato, apa yang akan kau lakukan setelah membunuh ayahmu? Apa kau--benar-benar akan membunuhnya?"

Sejenak, Kato mengubah posisi sandarannya, ia berjalan sedikit agak ke depan balkon dan menyanggah sikunya ke pagar balkon seraya menatap jalan sepi komplek perumahan kecil itu.

"Apa kau mengkhawatirkanku?"

Ryu mendecih, "yang benar saja."

"Aku mungkin ikut terbunuh juga."

Dari ujung telepon, Ryu tergelak, "bodoh sekali. Jadi kau benar menginginkan itu terjadi?"

"Entahlah. Aku selalu percaya kalau aku bisa mendapatkan sesuatu tapi aku juga bisa kehilangan sesuatu. Mungkin aku dipenjara seumur hidup, tapi aku tidak tahu apa yang bisa kulihat setelah itu. Asal Asuka bahagia dan kau bebas, itu lebih dari cukup. Dosa ayahku, hanya antara aku dan tangan-tangan kotornya."

"Ah... jangan berusaha menjadi pahlawan di depan Asuka. Aku akan meminta bayarannya dulu terlebih aku tahu apa saja yang sudah kau lakukan terhadapnya. Mungkin aku akan meminta ijin untuk menghajarmu dulu."

Kato tertawa kecil, membayangkan bagaimana ciuman sore hari yang hangat bisa berpendar nyata sekaligus dingin di bibirnya. 

"Itu adalah hal yang kunantikan."

Ryu menggerutu, "baiklah. Tunggu kabarku besok. Sampai jumpa."

"Ja," telepon ditutup, Kato menurunkan benda itu dari telinganya lalu menghadap ke bawah. 

Dari jauh, ia melihat ke arah jalanan kompleks yang sempit di depan pagar rumahnya. Ada yang bergerak di bawah bayangan. Di antara gang yang temaram dan hening malam hari, sesosok hitam berdiri di bawah lampu dengan mantel panjang dan topi bundar, menatapnya dari kejauhan dan menantinya. Kato menatap sekilas, tapi ia segera masuk sebelum sadar kalau itu adalah salah satu penguntit yang mungkin ayahnya bawakan.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro